Penerapan Physchal Distancing dan Social Distancing Bukan untuk Putus Silaturahmi

Physchal distancing semakin banyak digunakan untuk penanganan dan pencegahan virus covid-19 di Indonesia. Yang dimana physchal distancing bisa diterjemahkan dengan jaga jarak atau jaga jarak aman dan disiplin untuk melaksanakannya, sebenarnya jaga jarak ini tidak hanya berlaku di tempat umum saja tetapi bisa di dalam rumah masing – masing. Karena satu keluarga besar yang ada dirumah tersebut belum tentu semuanya negatif dan juga belum tentu keluarga besar tersebut yang ada dirumah aman dari virus corona.

Dengan adanya penerapan physchal distancing yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencegah penyebaran virus corona, orang – orang atau masyarakat akan beranggapan bahwa dengan physcal distancing akan memutus silaturahmi atau larangan bersosialisasi dengan orang lain, sebab yang sebelum – sebelumnya akrab dengan tetangga – tetangga dirumah, saudara yang datang untuk mampir kerumah atau sekedar berkunjung, mengobrol, dan lain – lain. Tidak lama kemudian keluarnya himbauan adanya penerapan phsychal distancing membuat masing – masing orang jadi menarik diri.

Sehingga untuk menghindari adanya kesalahpahaman dengan penerapan physchal distancing dan sosial distancing maka World Health Organization atau bisa disingkat (WHO), yang bisa diartikan Organisasi Kesehatan Dunia, (WHO) mengoreksi maksud dari penerapan physchal distancing adalah mendorong masyarakat untuk tidak berdekatan secara fisik langsung dengan orang lain. Menurut dari pemimpin teknis upaya penanggulangan COVID-19 WHO, Maria Van Kerkhove “mendorong masyarakat untuk menjaga fisik dengan orang lain, namun menjaga jarak fisik bukan berarti memutus tali silaturahmi antar-sesama.”

WHO juga menganjurkan untuk menjaga jarak fisik yaitu minimal 1 meter dengan orang lain, sebab aturan ini diberlakukan untuk menghindari tubuh dari percikan batuk atau bersin yang terkontaminasi.

Pada akhirnya himbauan ini diterima dan direspon oleh sejumlah pesohor dan masyarakat dengan membuat berbagai gerakan di media sosial, gerakan tersebut dibuat agar orang tetap merasa terhubung dan menghimbau untuk tetap berada dirumah. Sementara di Indonesia sudah menerapkan social distancing, dalam kenyataannya physchal distanding memang tidak dapat dipisahkan dengan social distancing, oleh sebab itu social distancing kelihatannya belum sepenuhnya dipahami secara baik oleh masyarakat sebagai startegi pencegahan penyebaran covid-19.

Karena sekalipun covid-19 sangat meresahkan masyarakat terkait dengan keselamatan dan kesehatan diri namun ikatan relasi sosial masih lebih kuat dalam prespektif dalam masyarakat, peran prespektif interaksionis simbolik dapat dilihat dari perilaku masyarakat dimana penggunaan istilah social distancing masih menjadi dilema dalam penerapannya untuk pencegahan penyebaran virus corona.

Seperti, masyarakat merasa kesulitan dalam menjalankan social distancing karena kebiasaan perilaku masyarakat Indonesia dalam kebersamaan, kerja sama, solidaritas, gotong royong, dan sebagainya dalam bentuk interaksi sosial, meskipun masalah ini menjadi masalah pribadi karena masih banyak orang yang belum memahami atau tidak mudah dalam melakukannya sebab terlihat dengan sangat jelas ada persoalan yang sementara dihadapi oleh masyarakat terkait dengan social distancing, karena tidak mungkin harus melakukan aktivitas di tempat tinggal masing – masing karena akibat dari himbauan social distancing, yang dimana sebelumnya setiap orang atau masyarakat di tempat kerja melakukan pekerjaan secara bersama – sama atau banyak orang disuatu perusahaan atau tempat kerja tersebut, namun sekarang dengan adanya kebijakan physchal distancing dan social distancing di dunia kerja yang sebelumnya datang langsung ke lapangannya atau ke tempat kerjanya tetapi sekarang di ganti menjadi online dan semakin lama mulai menimbulkan kejenuhan bekerja dirumah, inilah permasalahannya yang harus diselesaikan, dicari solusinya untuk mencegah penyebaran corona virus lebih efektif.

Apalagi himbauan dengan adanya dilarang mudik oleh pemerintah saat menjelang puasa hingga lebaran, saat menjelang bulan puasa masih banyak masyarakat yang mulai tidak menaatinya semenjak adanya himbauan untuk dilarang mudik demi mencegah penularan atau penyebaran virus corona, demi kesehatan dan keamanan baik diri sendiri maupun orang lain.

Karena terlalu cepatnya atau terburu – burunya pemerintah dalam menghimbau kepada masyarakat mengenai adanya physchal distancing dan social distancing sehingga kurangnya sosialisasi untuk himbauan tersebut ke masyarakat sehingga masih banyak yang melanggar atau tidak menaatinya, sebenarnya social distancing itu sama halnya berkaitan dengan upaya pencegahan penyebaran corona virus yaitu dengan cara isolasi mandiri, dengan isolasi mandiri setiap orang atau keluarga mewajibkan untuk tinggal di dalam rumah masing – masing sambil melakukan upaya pembatasan fisik dengan orang lain, ketika ingin isolasi diri di dalam rumah yaitu ada baiknya kita merencanakan kegiatan misalnya ketika kita biasanya di akhir pekan belanja bulanan di supermarket atau minimarket dengan keadaan suasana yang ramai hal tersebut harus direncanakan ulang karena tempat ramai akan meningkatkan resiko kita terjangkit virus corona jka kita ingin belanja sesuatu atau membeli barang sebaiknya di siang hari serta hari biasa jangan di akhir pekan untuk menghindari keramaian, selanjutnya menyediakan obat – obatan yang diperlukan jika kalian menderita penyakit tertentu atau sedang menjalani pengobatan pastikan kalian memiliki persediaan obat yang bisa digunakan bila perlu pasok obat – obatan lain juga seperti paracetamol atau obat sebagainya jika diperlukan saja, selanjutnya memenuhi kebutuhan harian persiapkan stok makanan, minuman, kebutuhan mandi, disinfektan, dan kebutuhan sehari – hari lainnya dalam jumlah yang secukupnya saja dan juga hindarin panic buying atau membeli secara berlebihan, selanjutnya kita juga perlu mempersiapkan akses internet jika kita harus belajar atau bekerja dirumah, akses internet tentu merupakan hal penting yang perlu disiapkan agar proses belajar dan bekerjanya tetap berjalan lancar untuk akses internet sediakanlah wi-fi atau kuota internet yang cukup dan memiliki kecepatan yang stabil.

Dengan adanya himbauan physchal distancing dan social distancing ada efek positifnya seperti menjadi lebih dekat dengan keluarga, kepedulian sosial meningkat, adanya solidaritas untuk membantu tenaga medis, punya banyak waktu untuk melakukan hal-hal yang ditunda. Dengan demikian kebijakan atau himbauan tentang physchal distancing atau social distancing harus lebih ditekankan lagi karena masih kurangnya sosialisasi kepada masyarakat mengenai himbauan tersebut, akan tetapi, kebijakan atau himbauan physchal distancing atau social distancing di sosialisasikan secara terus menerus agar masyarakat memahami secara tepat dan benar tentang kegunaan kebijakan atau himbauan physchal distancing dan social distancing bagi kesehatan bersama masyarakat sebagai hasil dari ikatan relasi sosial yang sangat kuat.

Bagus Kresna Mukti, Mahasiswa Pendidikan Geografi UNISMA Bekasi

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *