TRITURA 23: (9) Bangsa Indonesia Hidup di Antara Gerombolan Mafia…

Oleh: Sri-Bintang Pamungkas, Tokoh Bangsa dan Aktivis

Tidak seperti Prabowo yang kaya-raya, ARB itu miskin….dalam artian, bahwa di Indonesia, untuk bisa menjadi Pejabat Negara, haruslah punya kekayaan yang melimpah-ruah. Yaitu, untuk bisa menarik suara para pemilihnya… dan lain-lain biaya…, tak terkecuali suap….

Dalam Situasi dan Kondisi seperti itu tidak mungkin orang miskin atau yang punya kekayaan seadanya bisa menjadi Pejabat Negara (atau Daerah) lewat Pemilihan. Sejak beberapa waktu lamanya, di dalam soal itu, Indonesia sudah menjadi negara Kapitalis dan Liberalis… Lebih Kapitalis dan lebih Liberalis daripada Negara Kapitalis dan Liberalis di Barat sendiri. Mereka masih jujur, sedang di Negeri kita, kecurangan justru yang dicari orang… karena kecurangan itu berarti kemenangan.

Oleh karena itu, untuk bisa terpilih menjadi Gubernur DKI ARB yang berdarah Asli Arab ini hatus menggali lubang Utang kepada sahabatnya yang dibesarkan oleh keluarga Cina Kaya… Sebetulnya bisa saja ARB ini menilpun Kedubes AS untuk minta dibantu… atau Komunitas pendukungnya sesama Arab. Tapi itu tidak dilakukannya.

Baru untuk menaiki tangga Pencapresan, mulailah ARB ini agak bingung. Terlebih-lebih setelah Dubes AS berbisik-bisik dengan salahsatu Partai Islam Pendukungnya. Didukung Amerika, tapi tak ada Duit. Setelah tengok kiri dan kanan, dan setelah melewati beberapa kandidat Cawapres yang sama-sama miskin, termasuk AHY, anak SBY, maka pilihan jatuh ke tangan Ketua PKB si Imin. Sebenarnya sejak awal pilihannya sudah ke Imin, hanya sekedar membuat liku-liku untuk menghindari jejak dan berita tak sedap.

Wakil Ketua PKB itulah yang disasar, karena dia Cina kaya-raya: Rusdi Kirana, bosnya Lion Air yang ribuan kali hilir mudik Cina-Indonesia dengan membawa jutaan Orang Cina untuk bekerja di Indonesia dalam Program _Asymmetric War_ dalam rangka menduduki Republik Indonesia… Menjelang Pemilu/Pilpres 2014 itu, Rusdi Kirana membeli kursi Wakil Ketua PKB. Demikianlah ARB, demi mendapatkan Uang Pilpres, rela menyerahkan Indonesia kepada Cina… bagi ARB, itu tidak menjadi soal…

Sedang Prabowo tidak perlu berkhianat dengan cara begitu… Selain sudah kaya sebelumnya, mantan menantu Presiden 32 tahun, Bowo pun bak Jongosnya Jokowi yang di belakangnya ada 9 Naga Konglomerat. Bowo sudah berenang dalam lautan uang… dan lupa masa lalunya…

Bapak Bowo pun kaya raya. Dia adalah mantan Menteri Keuangan PRRI-Permesta 1958. Memang orang sering bingung, sejak kapan Soemitro pro dengan Islamnya PRRI di Sumatera. Ternyata sangat mungkin Soemitro lebih pro kepada Permesta di Sulawesi Utara, sekalipun Maklumat Permesta diawali di Sulswesi Selatan. Soemitro juga harus lari dari kejaran Soekarno, karena korupsi dan paham keBaratannya yang kental. Benar saja, ketika PRRI-Permesta menyerah, Soemitro lari ke Inggris dan uang PRRI-Permesta pun dibawanya serta… termasuk sumbangan AS kepada PRRI-Permesta… Bisa miliaran USD sebesar untuk Israel melawan Palestina!

Kesempatan baik ini tidak disia-siakan Agen-agen Intelijen Inggris dan Amerika Serikat. Keluarga Soemitro diberinya Kewarganegaraan Inggris… Dan otak Soemitro dicuci untuk menjelaskan rahasia Soekarno dan kelemahannya… Soekarno pun berhasil dijatuhkan… Dan Soeharto pun kemudian memanggil Soemitro pulang…

Prabowo Subianto tidak diberi nama Bapaknya. Subianto, pamannya, prihatin anak-anak adiknya bakal menjadi pengikut Nasrani seperti Ibunya yang berasal dati Sulawesi Utara. Konon harapan Subianto, sang Paman itu, dilanjutkan oleh Kivlan Zein dan kawan-kawannya dari Kopassus. Tapi kemudian, Kivlan sendiri pernah menyampaikan bahwa sekarang Bowo hanya Islam KTP…. Bowo pun kontak2an dengan Petinggi Israel… belajar tentang Ketahanan Pangan…

Setelah menjadi menantu Pak Harto, Prabowo Subianto semakin merajalela… Dulu sewaktu masih di Kopassanda, pernah menyiapkan diri mau menangkap Jenderal Benny Moerdani sendirian, tapi sempat dicegah. Pulang dari Timor Timur, akibat tertembak, perangainya banyak berubah. Semua orang yang berseberangan dengan Soeharto dianggapnya sebagai musuh. Mungkin dia merasa kehormatannya hilang, yang tinggal hanya statusnya sebagai menantu Soeharto.

Saya adalah salahsatu yang dilihatnya sebagai musuh. Masih di tahun 1994, sebelum aku dituduh melawan Soeharto dan dihukum penjara karena diduga menghina Soeharto, Bowo meminta saya menemuinya. Itu disampaikannya kepada Jenderal Nasution. Sambil kaget dan merasa gamang, saya bilang: _”Di rumah Pak Nas saja…!”_

Pada saatnya, datang dua orang Kolonel, Ismet dan Adityawarman. Kata Aditya, seharusnya Kolonel Kivlan juga hadir, tapi dia sedang bertugas di Solo… Ada satu setengah jam kami berbicara dengan disaksikan Pak Nas. Intinya yang saya rasakan adalah sebuah peringatan untuk tidak melawan Pak Harto. Semula aku masih diminta lagi bertemu di suatu tempat lain, tapi aku menolak.

Samasekali aku tidak mengira akan ada Peristiwa Jerman dengan tuduhan makar, lalu menghina Presiden pada 95/96. Kalau mengingat apa yang kemudian terjadi pada 97/98, sangat mungkin Prabowo juga menargetkanku untuk mati… Sangat beruntung aku bisa “bersembunyi” di balik Jeruji Lapas Cipinang…

Paling tidak ada beberapa puluh Aktivis yang diculik berhasil dibebaskan… Ada 16 orang Aktivis lainnya yang dibunuh orang-orang Kopassus dalam Timnya Prabowo pada masa itu. Sebagian dari mereka masih tercatat namanya dalam bukuku Ganti Rezim-Ganti Sistim… Ada beberapa orang PDIP dan PRD serta Widji Tukhul… Sedang 6 orang yang terapung-apung di laut arah ke Lampung sebagaimana diceritakan baru-baru ini, tidak pernah saya dengar sebelumnya. Tapi 16 tahun sesudah peristiwa itu, Jenderal Kivlan Zen, yang pernah bersama Prabowo, juga ketika bersekolah di Fort Bening, Georgia, AS, mengaku tahu peristiwa pembunuhan berantai itu…

Sebagai akibatnya, Prabowo dipecat dari TNI tidak dengan hormat. Dia masih mencoba meminta dispensasi dari Habibie, tapi tidak direspon. Rumah Habibie pernah dikepungnya, bahkan kursi Habibie pun ditendangnya, untung Habibie tidak terluka.

Sekarang Bowo masih ingin menjadi Presiden RI… Bahkan sudah mencobanya dua kali, tapi gagal. Mungkin dengan pertolongan Jokowi dia merasa akan berhasil… asal mau bergabung dengan Anak Jokowi yang ingusan…

Mungkin demi membersihkan nama baiknya, dibikin menjadi apa saja oleh Jokowi Bowo pasrah… asal jadi RI 1. Bowo lupa berapa kali sudah kehormatannya sebagai mantan Danjen Kopassus melayang hilang…

 

(Isi tulisan, bukan tanggungjawab penulis)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *