Bulukumba,- Dalam semangat merayakan warisan budaya dan potensi lokal, Kerukunan Masyarakat Bulukumba (KM Bulukumba) bersama sejumlah komunitas dan brand lokal siap menorehkan sejarah baru lewat kegiatan minum kopi dengan gula aren oleh peserta terbanyak, sebagai salah satu rangkaian Festival Pinisi ke-XV, pada hari Sabtu, 25 Oktober 2025 mendatang.
Menjelang kegiatan akbar tersebut, panitia pelaksana bersama KM Bulukumba dan Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparpora) Bulukumba menggelar konferensi pers di Café Ondeway, Minggu 5 Oktober 2025.
Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan Disparpora, KMB Wilayah Sulawesi Selatan, panitia pelaksana, serta awak media.
Event ini menargetkan Rekor MURI dengan melibatkan 5.000 peserta, menjadikannya salah satu peristiwa kopi terbesar di Sulawesi Selatan.
Menurut Ketua Badan Khusus Perwakilan KM Bulukumba Sulsel, Hendra Pachri, kegiatan ini bukan sekadar ajang pemecahan rekor, tetapi juga wujud nyata penguatan identitas kopi lokal Bulukumba.
“Jangan hanya melihat kopi Kahayyanya, tapi Bulukumba adalah salah satu tempat dengan potensi kopi luar biasa di selatan Sulsel,” ujar Hendra, yang juga Dosen Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Lebih lanjut Hendra menjelaskan, kegiatan ini akan menggunakan Kopi Kahayya, varietas khas Bulukumba yang tumbuh di ketinggian hingga 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl), dan dikenal memiliki karakter unik hasil perpaduan arabika dan robusta.
Kopi tersebut akan diseduh dengan metode tubruk tradisional, dipadukan dengan gula aren cara minum kopi yang telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Bulukumba dan Nusantara pada umumnya.
“Dengan mengangkat metode ini, kami ingin menegaskan bahwa kopi bukan hanya soal rasa, tetapi juga soal akar budaya dan kebersamaan,” jelasnya.
Kegiatan ini, tambahnya menjadi panggilan bagi pelaku usaha kopi lokal, mulai dari warung kopi, kafe, hingga UMKM untuk lebih banyak menggunakan biji kopi Bulukumba sebagai bahan utama. Langkah ini, katanya, penting untuk mendorong peningkatan kesejahteraan petani kopi di daerah.
“Harusnya usaha yang bergerak di dunia kopi menggunakan kopi lokal, agar mendorong peningkatan kesejahteraan petani,” imbuhnya.
Sebagaimana diketahui, kopi Bulukumba tidak hanya tumbuh di Kahayya, tetapi juga di berbagai wilayah lain seperti Borong Rappoa (Kindang), Kajang, dan Bulukumpa, yang masing-masing memiliki karakteristik rasa serta cerita tersendiri.
Dengan mengangkat kopi lokal, Bulukumba memperkuat posisinya sebagai ‘rumah kopi’ Sulawesi Selatan, yang tidak hanya menyajikan minuman, tetapi juga identitas dan kebanggaan daerah.
Perwakilan Disparpora Bulukumba, Ahmad Rijal, turut menyampaikan dukungan penuh terhadap inisiatif ini.
“Kami menyambut baik kegiatan ini, apalagi jika nanti berhasil memecahkan rekor MURI. Suatu kebanggaan bagi masyarakat Bulukumba ikut serta dalam kegiatan ini, karena Bulukumba memang dikenal sebagai daerah penghasil kopi berkualitas,” ujarnya.
Rijal berharap seluruh masyarakat dapat berpartisipasi dan bersama-sama mengangkat citra Bulukumba melalui budaya lokalnya, salah satunya lewat kopi.
Panitia mengajak seluruh warga dan pengunjung Festival Pinisi XV untuk ikut mencatat sejarah, mengangkat cita rasa tanah sendiri, serta menunjukkan bahwa kopi Bulukumba bukan hanya layak dinikmati, tetapi juga layak dibanggakan.(*)