JAKARTA – Anggota Komisi IV DPR RI Hermanto menyebutkan kebijakan relaksasi HET (harga eceran tertinggi) beras, secara umum dapat memicu inflasi. Ia meminta agar HET yang lama dipertahankan.
“Caranya, Bapanas (Badan Pangan Nasional) membuat strategi pengadaan sebanyak mungkin stok beras dalam negeri dengan membeli beras petani dan mendorong pengadaan pupuk yang murah bagi petani, tepat waktu serta perbaikan irigasi oleh pemerintah,” papar Hermanto menanggapi pertanyaan wartawan atas kebijakan Bapanas yang memperpanjangan waktu penetapan relaksasi HET beras premium selama satu bulan hingga 31 Mei 2024.
Bapanas belum lama ini memberlakukan relaksasi HET untuk beras premium 10-23 Maret 2024. Angkanya dari semula Rp13.900 per kg menjadi Rp14.900 per kg. Relaksasi HET kemudian diperpanjang hingga 24 April 2024. Setelah itu diperpanjang lagi hingga
31 Mei 2024.
Relaksasi berlaku juga untuk HET beras medium, semula Rp10.900 per kg menjadi Rp12.500 per kg. Relaksasi HET beras medium ini berlaku sejak 24 April hingga 31 Mei 2024.
Atas relaksasi HET beras premium, Hermanto menanggapi, target konsumen beras premium adalah masyarakat berpenghasilan menengah ke atas.
“Bila perpanjangan relaksasi HET beras premium dengan sasaran masyarakat tersebut dengan maksud memberi margin yang besar bagi petani maka hal itu dapat dipahami demi pemerataan pendapatan,” papar legislator dari FPKS DPR RI ini.
Namun, lanjutnya, bila HET beras medium diperpanjang masa relaksasinya maka akan berdampak pada masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah yang jumlahnya sangat besar.
“Itu dapat memperlemah daya beli masyarakat,” ucap Hermanto.
‘Penerapan kebijakan relaksasi HET beras medium perlu sangat hati-hati ditengah kondisi ekonomi yang berat dan penghasilan masyarakat yang tidak mengalami peningkatan”, pungkas legislator dari Dapil Sumbar I ini.