H. Rudy Masud, SE, ME, Anggota Komisi III F-PG DPR RI Dapil Kaltim)
Sungguh pemandangan yang adem dan penuh makna, begitu melihat safari kebangsaan yang dilakukan Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo sehari usai dilantik Presiden Joko Widodo sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) baru.
Sebuah tradisi luhur yang sangat dijunjung tinggi, yakni “sowan” kepada tokoh-tokoh agama dari organisasi massa Islam terbesar di negeri ini, yaitu PBNU dan PP Muhammadiyah serta DPP Rabithah Alawiyah.
Saya melihat sesuatu yang menarik. Setidaknya, ada beberapa poin.
Pertama, Pak Listyo tergolong sebagai Kapolri muda yang melangkahi beberapa angkatan dari seniornya –seperti halnya Jenderal Purn. (Pol) Tito Karnavian yang menjadi Kapolri pada tahun 2016-2019. Saat akan melakukan fit and proper test Kapolri di Komisi III DPR RI (20 Januari 2021), Pak Listyo yang menjadi Kabareskrim saat itu datang diantar langsung oleh Kapolri Jenderal (Pol) Idham Aziz dan sejumlah perwira tinggi senior dan junior lainnya. Suasana sangat cair. Dan kita tahu, ini adalah tradisi baru pembelajaran bagi generasi Polri bahwa pergantian kepemimpinan Korps Bhayangkara itu adalah suatu keniscayaan. Polri tetap solid dan suksesi kepemimpinan berjalan dengan baik.
Kedua, saat Jenderal Polisi bintang tiga tersebut memaparkan konsep “Presisi”. Menarik disimak bahwa Presisi adalah konsep manajemen kepolisian RI masa depan yang menekankan prediktif, responsibilitas, transparansi, dan berkeadilan. Menurut Pak Listyo, pendekatan ini bisa membuat pelayanan Polri lebih terintegrasi, modern, mudah, dan cepat. Konsep ini jelas dijabarkan secara detail dalam makalahnya berjudul “Transformasi Polri yang Presisi”.
Jujur, saya cukup takjub. Karena konsep tersebut begitu fresh. Bernas. Dan membuktikan bahwa Pak Listyo adalah jenderal polisi yang cerdas. Beliau menekankan pada transformasi yang mengarah ke profesional. Membuktikan bahwa Polri tidak mau “terjebak dalam zona nyaman”, melainkan menyadari tantangan ke depan yang semakin hari, semakin kompleks dan beragam. Secara intuitif, saya punya “feeling” tersendiri. Karakter, sorotan mata, dan pembawaan Pak Listyo membuat saya yakin, bahwa beliau bukan sosok yang: “NATO” –Not Action, Talk Only. Beliau pemimpin yang bertangan dingin.
Terakhir, saya punya pandangan bahwa Pak Listyo adalah sosok yang sangat tegas, egaliter, cakap membaca situasi dan tentu saya sangat amanah. Hal ini bisa kita lihat dari safari kebangsaan yang dilakukan jenderal polisi bintang empat itu sowan ke Mabes TNI menemui Panglima TNI Jenderal Marsekal Hadi Tjahjanto. Safari ini cukup penting dalam rangka meningkatkan sinergitas dan soliditas antara Polri-TNI. Pesannya jelas. Bahwasannya TNI dan Polri adalah garda terdepan NKRI. Penjaga Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila.
Dalam lawatan safari sebelumnya, Pak Listyo pun menemui tokoh-tokoh agama dari ormas besar Islam. Menggelitik. Di PBNU, KH Said Aqil Siradj berkelakar dengan khas NU-nya dengan menyebut bahwa Pak Listyo adalah NU cabang Nasrani. Semua tertawa, dan Pak Listyo yang saya yakin, merasa sangat “di-wong-ke”. Di PP Muhammadiyah, Pak Listyo tampak berpeci hitam layaknya Pak Haji. Di sana, Kapolri menyatakan dengan lugas, korps nya siap dan terbuka dikritik. Ketua Umum PP Muhammadiyah KH Haedar Nashir pun menimpali, bahwa Polri adalah Polisi sahabat umat.
Maraton safari berlanjut ke Rabithah Alawiyah Pimpinan Rabithah Alawiyah, Habib Zen Umar bin Smith. Di ormas yang menghimpun keturunan langsung Nabi Muhammad SAW tersebut Pak Listyo menyatakan, bagaimana ke depan antara umara dan ulama mampu bersinergi dalam melakukan banyak hal. Di samping juga pihaknya menerima masukan bagaimana polisi mampu memberikan pelindungan, pengayoman, pelayanan kepada masyarakat dalam kegiatan yang berbentuk harkamtibmas. Kapolri mengajak untuk bersinergi mengedukasi umat melaksanakan 5M dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Apa kesimpulannya? Bahwa yang dilakukan oleh Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo dalam safari kebangsaannya ini begitu indah dimata dan damai dihati. Hal ini seolah meredam merebaknya hoax, sentimen, serta narasi adanya kriminalisasi ulama oleh Polri. Dan, Pak Listyo hadir bagai oase di tengah gurun. Ia sekaligus menampik isu sensitif, bahwa perbedaan agama Kapolri baru dapat menjadi ganjalan dalam memimpin Polri. Buktinya, ia diterima dengan hangat dan saya rasa berhasil merajut kebersamaan yang begitu nyata.
Di mata saya, Kapolri baru kita, Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo sadar bahwa sebagai pimpinan insititusi penegak hukum, ia harus berdiri di atas agama dan golongan manapun.
Salam dan Hormat Saya untuk Kapolri baru Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo.