Setiap manusia adalah pemimpin, apakah pemimpin bagi dirinya sendiri, pemimpin bagi keluarganya, pemimpin bagi unit kerjanya, ataupun pemimpin bagi organisasi ataupun masyarakatnya.
Memimpin adalah menggerakkan orang-orang di sekelilingnya atau orang-orang yang dipimpinnya. Bergerak ke mana? Bergerak menuju jalan ke arah kondisi organisasi yang diinginkannya bersama. Kecakapan menggerakkan orang-orang mutlak dimiliki karena tanpa kecakapan ini pemimpin seperti mendorong mobil mogok.
Bila kecakapan ini dimiliki pemimpin akan lebih mudah menggerakkan organisasinya menuju kondisi yang diinginkan bersama.
Kondisi organisasi yang diinginkan sering disebut visi.
Dalam organisasi yang kecil seperti keluarga, ini sering dinamakan cita-cita. Visi atau cita-cita harus menarik, menantang, dan menggairahkan agar semua orang dalam organisasi termotivasi untuk mewujudkannya.
Oleh karenanya, pemimpin harus sering-sering membahasnya bersama orang-orang yang dipimpinnya agar visi atau cita-cita tersebut masuk dalam pikiran dan alam bawah sadar mereka.
Visi yang sudah masuk dalam alam bawah sadar akan menuntun pikiran, ucapan, perilaku, dan kebiasaan kearah cita-cita tersebut. Itulah sebabnya orang yang memiliki cita-cita dan keinginan yang kuat dapat mengalahkan semua alasan yang menghambatnya. Dia akan fokus mencari jalan terpendek dan tercepat untuk dapat sampai pada kondisi yang diinginkannya.
Pemimpin harus memberi gambaran yang jelas tentang kondisi organisasi yang diinginkan. Semua ucapan, tindakan, kebiasaan, dan kebijakan yang dibuat harus selalu mencerminkan proses pencapaian visi. Arahan-arahan yang diberikan harus mendorong anak buah berbuat dan bergerak lebih cepat, lebih efektif.
Visi harus diterjemahkan ke dalam tujuan-tujuan organisasi jangka menengah yang biasanya tahunan dan target-target yang lebih opersional yang berjangka waktu lebih pendek – biasanya bulanan. Pemimpin memimpin proses pencapaian target-target anak buahnya.
Pemimpin disebut pemimpin jika dapat menggerakkan anak buahnya dengan mudah, selain pemahaman anak buah tentang target, tujuan, visi yang harus diketahui secara jelas, pemimpin harus membangun hubungan baik dengan orang-orang yang dipimpinnya.
Hubungan baik dengan anak buah akan akan memperlancar arahan, instruksi, dan pelaksanaan pencapaian target-target kerja. Menanyakan kondisi keluarga, memberi dorongan untuk belajar, memberikan pujian terhadap kerja yang baik, apresiasi kepada orang atau tim yang berprestasi adalah contoh-contoh perilaku membangun hubungan.
Pemimpin harus melakukan kegiatan-kegiatan kepemimpinan yang berorientasi pada pekerjaan dan hubungan. Orientasi pada pekerjaan berhubungan dengan pelaksanaan kerja yang mengarah pada pencapaian target-target dan orientasi hubungan mengarah pada hubungan baik yang harus dibangun dengan semua orang-orang yang dipimpinnya.
Kecakapan membangun hubungan wajib dimiliki oleh pemimpin handal. Kecakapan membangun hubungan seringkali disebut “People Skills”.
“The boss says, “Go!”; the leader says, “Let’s go!”.”
“Seorang boss akan bilang, “Pergi!”, sementara seorang pemimpin akan berkata, “Ayo kita pergi!”. Gordon Selfridge []