Melukai Inner President Jokowi

Istilah inner president adalah plesetan yang saya buat dari kata inner child. Belakangan kata ini begitu populer dikalangan Milenial dan Gen Z, yang mencoba menyenangkan dirinya dengan membeli sesuatu atau melakukan satu hal yang tidak bisa dilakukan ketika kecil.

Memang pada definisinya, inner child ada dalam perasaan dan jiwa. Adanya kejadian yang bersifat psikologis dan begitu membekas baik itu positif maupun negatif selama masa kecil, yang pada akhirnya terbawa hingga dewasa.

Bacaan Lainnya

Kembali ke inner president, jika kita flashback ke tahun 2019, ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan maju lagi untuk periode kedua, pada saat itu bocor satu nama yang akan menjadi pendamping Jokowi, sama dengan momen politik dua hari ini, inisial namanya juga sama: M.

Sewaktu itu, nama Mahfud MD santer diberitakan menjadi sosok dibalik inisial M tersebut. Pada hari pengumuman, drama terjadi, partai koalisi pengusung menolak nama Mahfud MD yang diminta oleh Jokowi, ada banyak rumor, ada yang mengatakan penolakan di inisiasi oleh Golkar, PKB bahkan PPP.

Tapi tetap, nama pilihan Jokowi harus digeser karena penolakan tersebut. Maka dicari nama lain yang berawalan M, dan akhirnya nama Ketua Umum MUI pada saat itu, Ma’ruf Amin dipilih untuk mendampingi Jokowi.

Dalam satu kesempatan, Ketua Umum PBB, Prof. Yusril Ihza Mahendra pernah bercanda mengenai momen politik ini: “Tiba-tiba Mahfud deadlock, ditolak habis-habisan sama Golkar. Dicarilah orang yang inisialnya M di depan, ya Ma’ruf. Sayangnya, enggak Mahendra gitu,”.

Kompromi politik Presiden Jokowi pada saat itu juga dianggap sebagai lemahnya posisi politik Jokowi, baik di internal PDIP maupun koalisi partai politik pengusung, karena jika dibandingkan dengan pemilihan nama Boediono oleh SBY di tahun 2009, Jokowi jelas kalah dominan.

Penetapan nama Mahfud MD saat ini sebagai bacawapres Ganjar Pranowo jelas membuka kembali luka lama Jokowi. Betapa sulitnya Jokowi melawan tekanan politik untuk bisa berdampingan dengan Mahfud, tapi pada saat ini Ganjar bisa mendapatkannya dengan mudah lewat dukungan penuh PDIP, yang tidak diterima Jokowi saat itu.

Apalagi pengumuman nama ini seakan menghentikan momentum politik yang sedang di bangun oleh Keluarga Jokowi sejak akhir September lalu hingga saat ini, dugaannya akhir dari rangkaian peristiwa politik ini nantinya adalah penetapan Gibran Rakabuming Raka sebagai bacawapres Prabowo Subianto.

Jadi, sudah melukai inner president Jokowi dengan menetapkan nama Mahfud sebagai bacawapres Ganjar, PDIP juga berusaha menghentinkan momentum politik yang sedang dibangun keluarga Jokowi. Kita tutup tulisan ini dengan frase terkenal Cinta kepada Rangga: “PDIP, apa yang kamu lakukan kepada Jokowi itu, jahat!”

 

Ditulis oleh Muhammad Syaifulloh, Ketua Umum Angkatan Muda Khatulistiwa

Pos terkait