Nama kabinet Presiden Prabowo Subianto ternyata tidak melanjutkan nama Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang sebelumnya senada dengan nama kabinet Presiden Joko Widodo. Prabowo justru memilih nama Kabinet Merah Putih (KMP), nama yang sama dengan koalisi saat pertama kali Prabowo maju menjadi calon Presiden di tahun 2014, kenapa?
Saat nama kabinet diumumkan bersamaan dengan nama-nama Menteri yang nantinya akan membantu Presiden untuk menjalankan tugas pemerintahan lima tahun kedepan.
Bayangan yang muncul pertama kali dibenak saya adalah lambang Garuda Merah yang sangat terkenal pada satu dekade lalu. Lambang yang identik dengan Prabowo dan koalisinya pada saat itu: Koalisi Merah Putih.
Pada tahun 2014, Prabowo untuk pertama kalinya maju menjadi calon Presiden bersama dengan Hatta Radjasa sebagai calon Wakil Presiden. Pasangan Prabowo-Hatta yang mengusung jargon ‘Selamatkan Indonesia’ ini, berhadapan dengan calon Presiden Joko Widodo dan calon Wakil Presiden Jusuf Kalla yang diusung oleh Koalisi Indonesia Hebat (KIH).
Tapi ternyata pada saat itu takdir tidak berpihak kepada Prabowo. Pemenang Pemilu Presiden tahun 2014 adalah pasangan Jokowi-JK dan keduanya kemudian ditetapkan menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
Menariknya, KMP tidak langsung bubar dan masih solid mempertahankan koalisinya di parlemen. Paket pimpinan yang diusung oleh KMP berhasil menduduki kursi pimpinan DPR dan MPR, sehingga diawal masa pemerintahan Presiden Jokowi, parlemen cukup ‘bertaring‘ dalam proses mengawal jalannya pemerintahan.
Nama-nama beken seperti Fadli Zon (Menteri Kebudayaan saat ini) dan Fahri Hamzah (Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman saat ini) muncul sebagai pengkritik vokal pemerintah.
KMP resmi bubar pada tahun 2018, lalu diteruskan oleh Koalisi Indonesia Adil Makmur yang mengusung Prabowo dan Sandiaga Uno sebagai calon Presiden dan calon Wakil Presiden di tahun 2019. Tapi pada hakikatnya, KMP sudah mulai ditinggalkan perlahan, PPP mundur di tahun 2014, PAN di tahun 2015, lalu Partai Golkar di tahun 2016, hanya tersisa tiga partai awal yakni Partai Gerindra, PBB dan PKS.
Jadi, ketika Prabowo mengumumkan nama kabinet Merah Putih alih-alih kabinet Indonesia Maju jilid kedua, ada andai-andai lucu dalam pikiran saya, ‘apakah seperti ini rasanya jika Prabowo menang satu dekade lalu?‘.
*
Pertanyaannya, kenapa Prabowo memilih nama kabinet Merah Putih daripada kabinet Indonesia Maju?
Pertama, mungkin ada rasa nostalgia yang kuat dalam diri Prabowo. Nama ini tentu mewakili mimpi awal Prabowo sebagai calon Presiden, jargon selamatkan Indonesia-pun cukup sesuai dengan kondisi Indonesia kekinian.
Kedua, memutus secara langsung maupun tidak langsung hubungan antara pemerintahan Presiden Prabowo dengan pemerintahan Presiden Jokowi.
Hal ini sebenarnya wajib dilakukan Prabowo, karena banyak asumsi yang beredar di masyarakat, bahwa pemerintahan Prabowo adalah kepanjangan dari pemerintahan Jokowi.
Asumsi ini muncul karena sejak awal pencalonan hingga kemudian terpilih dan ditetapkan sebagai Presiden, Prabowo tidak lepas dari bayang-bayang pengaruh Jokowi.
Mulai dari nama koalisi yang meniru nama kabinet pemerintahan Jokowi. Pencalonan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka sebagai calon Wakil Presiden mendampingi Prabowo. Juga kemudian adanya 16 Menteri Jokowi yang saat ini menjabat kembali dalam pemerintahan Prabowo.
Di akhir masa jabatan, Jokowi beserta keluarga juga melakukan banyak blunder politik yang dinilai berpengaruh pada transisi pemerintahan. Seperti adanya isu pencalonan Kaesang yang kemudian melibatkan Putusan MK dan demo besar di DPR, lalu heboh kasus ‘fufufafa’ yang diduga terkait dengan Wakil Presiden saat ini.
Maka wajar kiranya jika Prabowo mulai berusaha ‘memutus‘ hubungan antara kedua pemerintahan, dimulai dari pilihan nama kabinet, yakni Merah Putih, bukan Indonesia Maju jilid kedua.
Ditulis oleh Muhammad Syaifulloh, Ketua DPP Pemuda LIRA