Oleh : Jacob Ereste
Sejarah telah mencatat, agama Kristen berperan besar dalam pembentukan peradaban dunia Barat. Umat Kristen Protestan pun telah berhasil mengembangkan secara ekstensif budaya khas yang
bermanfaat dalam bidang pendidikan, humaniora dan ilmu pengetahuan, politik dan tatanan sosial, ekonomi maupun kesenian serta berbagai bidang lain.
Dari sensus resmi Kementerian Dalam Negeri pada tahun 2021, penduduk Indonesia telah berjumlah 273,33 juta jiwa dengan rincian, 86,93 persen beragama Islam, 10.55 persen Kristen, 7,47 persen Protestan, 3,08 persen Katolik dan 1,71 persen Hindu, serta 0,74 persen Buddha dan 0,05 Konghucu, serta 0,03 agama lainnya.
Dari seluruh agama dan Aliran Kepercayaan yang ada, sebanyak 1,19 miliar penduduk dunia tidak terafiliasi dengan agama apapun alias atheis, atau agnostik. Negara yang paling besar penduduknya tidak beragama adalah China, 720 juta dan Ceko sebanyak 78 persen dari total populasi keseluruhan.
Dalam versi World Population Review urutan agama terbesar berdasarkan jumlah pemeluknya di dunia pada tahun 2020 adalah Kristen 2,38 miliar yang terdiri dari Katolik, Protestan, dan lainya. Sedangkan Vatikan adalah kota yang dihuni oleh penduduk 100 persen beragama Katolik Roma. Sedangkan Pitcairn tercatat memiliki penduduk 100 persen beragama Kristen Advent.
Protestanisme juga pernah tercatat sebagai corak Kekristenan terbesar kedua dengan jumlah total pemeluknya 800 juta lebih di seluruh dunia. Atau sekitar 37 persen dari keseluruhan umat yang ada.
Mauritania, Maladewa, dan Arab Saudi tercatat 100 persen penduduknya Muslim. Palestina, Maroko, Yaman, Afghanistan, Iran serta Irak adalah negera yang bisa disebut 99 persen penduduknya yang Muslim. Namun totalitas di seluruh dunia ada sekitar 50 negara dengan mayoritas berpenduduk Muslim di dunia.
India merupakan negara yang memiliki jumlah umat Hindu terbanyak di dunia, sekitar 79,8 persen dari populasi 1,16 miliar di dunia. Berikutnya Nepal, Bangladesh dan Sri Langka lalu Amerika Serikat, Malaysia, Inggris serta Mauritius.
Penganut agama terbesar lainnya di dunia adalah agama Buddha, sebanyak 507 juta orang. Dan yang terbanyak di antara negara yang memeluk agama Buddha adalah China, sekitar 254,7 juta, lebih dibanding negara asal agama Buddha, yaitu India. Berikutnya adalah Thailand 66,1 juta, Myanmar 41,44 juta, dan Jepang 41,38 juta orang.
Yang tidak kalah menarik adalah keberadaan agama lokal yang muncul dari dalam negeri maupun dari dalam warga masyarakat setempat. Dan yang terbanyak pengikut agama lokal ada di China, Afrika, Amerika dan Australia. Total jumlah manusia yang menganut agama lokal ini tidak kurang dari 430 juta orang.
Adapun penganut agama lain di yang ada dunia sebanyak 61 juta orang terdapat di berbagai negara yang ada. Seperti Taoisme, Konghucu, Sikhisme, dan lain-lainnya. Sedangkan agama Yahudi cukup besar memiliki pengaruh di dunia, ternyata hanya berjumlah 14,6 juta orang. Dan Israel tercatat sebagai negara mayoritas beragama Yahudi, yaitu sebesar 76 persen dari populasinya yang ada di dunia.
Secara formal, negara yang memiliki penganut agama Yahudi adalah Canada sebesar 3 persen, Inggris 2 persen, Rusia 2 persen dan Argentina 2 persen dari populasi penganut agama dari masing-masing negara tersebut.
Studi yang pernah dilakukan mencatat sekitar 4.300 agama yang dianut oleh umat manusia di berbagai negara di dunia. (CNN Indonesia, 3 November 2022). Agama terbilang cukup dominan dipengaruhi oleh kebiasaan atau adat istiadat yang berlaku di suatu daerah. Namun, semua agama sangat berperan menjadi pegangan keyakinan untuk etis dan moral.
Meski begitu, toh agama sebagai suatu sistem kepercayaan dan peribadatan cukup besar pengaruhnya terhadap cara berpikir manusia yang percaya dan mempercayainya, hingga menjadi topik utama dari tesis benturan peradaban yang bakal terjadi atau sudah dimulai antara peradaban Barat dan peradaban Islam seperti yang digambarkan oleh Samuel P. Huntington yang menjadi sumber konflik pada masa depan umat manusia di bumi.
Kegamangan Samuel P. Huntington dalam merumuskan peradaban yang akan berbenturan ini, seperti peradaban Barat, China (Konfusius), Jepang, Islam, Hindu, Ortodok Slavia, Amerika Latin dan Afrika terkesan terlalu sembrono, hingga definisi peradaban dalam batasan geografis (Barat), ajaran (Konfusius) etnik(Slavia), negara (Jepang dan agama (Islam) serta benua (Afrika) tak bisa dipahami dalam satu definisi peradaban yang bakal berbenturan pada masa depan atau yang tengah terjadi sekarang ini.
Justru tesis John Naisbitt bersama Patricia Aburdene tentang kebangkitan spiritualitas di dunia tampak sedang terjadi dan menggejala serta membara di sejumlah negara yang sudah mulai gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritualitas di Indonesia setidaknya sejak 20 tahun silam.
Dan premis John Naisbitt bersama Patricia Aburdene yang meyakinkan kebangkitan serta kesadaran untuk memahami spiritual secara lebih mendalam, sungguh relevan, kendati gejala dari kebangkitan spiritualitas ini tidak identik dengan kebangkitan agama. Karena spiritualitas dan agama bukan sesuatu yang tunggal. Bahkan mereka berdua meyakinkan bahwa agama dsn spiritualitas adalah sesuatu yang terpisah.
Jadi, merupakan fenomena baru yang tidak kalah menarik untuk melakukan kajian lebih jauh tentang benturan dari tesis John Naisbitt bersama Patricia Aburdene dengan pemikiran Francis Fukuyama yang memposisikan Islam sebagai satu-satunya agama yang akan berbenturan dengan budaya Barat. Sementara di Barat hari pada akhir belakangan ini adanya gejala dari kegandrungan warga masyarakat Barat berduyun-duyun mengetuk pintu Islam.
Kalau pun spiritualitas bukan bagian dari agama, tapi jelas tolak pijak dari para pelaku spiritual adalah agama dari masing-masing para pelakunya. Jadi agama semacam tolak pijak atau pemberi bekal bagi para pelaku spiritual yang intinya kasmaran untuk mendekat kepada Tuhan.
*Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa.