Era Digital: Masihkah Rahmat dan Berkah Menjadi Prioritas?

 

Oleh: Munawir Kamaluddin, Penulis Tinggal di Sulawesi Selatan

Bacaan Lainnya

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۙ اُولٰۤىِٕكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللّٰهِ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

AL-Quranul Karim dalam pandangannya yang universal dan komprehensif tentang manusia dan alam kehidupan telah memberikan informasi yang cukup jelas dan gamblang bahwa sdh menjadi Aksioma ( kebenaran mutlak dlm perspektif agama) bahwasanya salah satu persoalan fundamental dan determinan dalam meraih kesuksesan dan keberhasilan di semua segmen kehidupan adalah urgensi akan rahmat dan berkah Allah SWT. Karena tanpa Rahmat Allah swt segala sesuatu akan gagal dan tidak bermakna. Krn rahmat dan berkah Allah SWT adalah kunci segala keberhasilan.

Di era digital seperti saat sekarang ini yang sering disebut sebagai era dimana teknologi komputer dan internet menjadi sangat mudah diakses dan penting dalam kehidupan sehari-hari dan dalam berbagai bidang seperti politik, bisnis, pendidikan, komunikasi, budaya, dan aneka ragam persoalan.

Disamping itu, era digital ini juga sering disebut sebagai era globalisasi, dimana perdagangan, investasi, dan komunikasi antar negara semakin mudah dan cepat. Tentu hal ini juga mencakup perkembangan teknologi yang memungkinkan akses yang lebih luas terhadap informasi dan budaya global yang sedang berlangsung.

Zaman globalisasi dan era digital yang ditandai dengan peningkatan interdependensi (saling ketergantungan) antar negara dan perusahaan multinasional yang meningkatkan keterkaitan ekonomi, politik, dan budaya di seluruh dunia dab antar berbagai negara

Aneka ragam pendapat tentang dampak globalisasi, beberapa di antaranya positif dan beberapa negatif. Namun demikian, ini menjadi fenomena yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi dan budaya global saat sekarang ini.

Pertanyaan yang kemudian muncul , apakah Rahmat dan berkah Allah SWT. Di era digital atau globalisasi masih diperlukan dan menjadi prioritas ? , mengingat kehebatan manusia sedemikian maju dan berkembang begitu pesat , sehingga hampir seluruh persoalannya dapat mereka atasi , maka dampaknya peranan spiritualitas tidak begitu urgen dan menentukan dalam pandangan orang moderen seperti saat sekarang ini.

Padahal kemajuan ilmu pengetahuan dalam penerapannya yang dikenal dengan teknologi sesungguhnya memiliki banyak kelemahan dan keterbatasan, yang hanya mampu diatasi melalui intervesi transendental atau kekuatan Ilahiyah yang kita istilahkan dengan Rahmat dan berkah Allah SWT. Karena Allahlah yang paling tahu segala hal tentang kita . Sebuah ungkapan yang sering disampaikan ulama terkemuka dari Mesir (Syeikh Mutawali Asy-Sya’rawi) terkait kehidupan kita ini :

كن على يقين بهذه الثلاثة لا أحد أرحم بك من ربك ‏لا أحد أعلم بهمك أكثر من ربك ‏لا أحد يقدر على رفع الضر عنك إلا ربك

“Yakinlah olehmu pada 3 hal:
1. Tidak ada yang lebih sayang padamu daripada Tuhanmu,
2. Tidak ada yang lebih tahu apa maumu daripada Tuhanmu ,
3. Tidak ada yang dapat menghalangi petaka darimu kecuali Tuhammu.”

Disinilah urgensi Rahmat dan berkah Allah SWT harus dan senantiasa dihadirkan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang kita hadapi karena pada hakikatnya manusia sehebat apapun pasti memiliki keterbatasan dan kelemahan. Maka karenanya Allah menghadirkan syariatnya sebagai solusi umat dan kemanusiaan.

Bangsa kita merdeka 78 tahun yang silam berkat Rahmat Allah SWT. Rasulullah yang berhasil melakukan serangakaian hijrah &!terbebas dari hegemoni kafir musyrikin yg tiap hari meneror , mengintimidasi & menyiksa fisik bahkan konspirasi untuk menghabisi nyawa Rasulullah hingga akhirnya melakukan migrasi ke Madinah & sambutan yg antusias masyarakat Anshar di Yatsrib adalah krn berkat Rahmat Allah swt. Kesuksesan dlm melakukan Fathu Makkah ( penaklukan Mekah ) dengan damai tanpa pertumpahan darah karena Rahmat Allah SWT.

Pergantian presiden dari waktu ke waktu dinegeri kita ini dengan cara damai tentu juga krn berkat Rahmat Allah. Maka tentu kita berharap semoga Pilpres , Pileg & Pilkada jg berjalan lancar & kondusif dibawah naungan Rahmat Allah. Demikian pula halnya kita berharap semoga segala kealpaan, kekhilafan & dosa yang setiap hari kita perbuat mendapat ampunan Dan Rahmat Allah berupa pintu Taubat & magfirah-Nya terus terbuka u/ kita . krn itu Allah swt berfirman : QS. Azzuheuf: 32:
وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ
“ Dan Rahmat Tuhanmu jauh lebih baik dati apa yg dikejar & dikumpulkan manusia” atau dlm surah QS. AL-A’raf: 158:
وَرَحْمَتِى وَسِعَتْ كُلَّ شَىْءٍ

“ Dan Rahmat Tuhanmu akan meliputi & menutupi segala sesuatu”.
Demikian halnya dosa & pelanggaran yg kita lakukan disebabkan Rahmat Allah maka kesalahan Kita tersebut dimaafkan o/ Allah swt. Rasulullah bersabda dlm hadir Imam Turmuzi:
عن أبي هريرة أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: لما خلق الله الخلق كتب في كتابه فهو عنده فوق العرش، إن رحمتي تغلب غضبي

“Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw bersabda: ‘Ketika Allah telah menciptakan makhluk, Dia tuliskan dalam kitab-Nya —yang tersimpan di sisi-Nya di atas ‘Arasy— bahwa Kasih-sayang-Ku mendominasi murka-Ku.” ( Turmuzi).

Sebegitu pentingnya Rahmat Allah swt dlm kehidupan maka hendaknya kita senantiasa beraktivitas sesuai dgn arahan & petunjuk AL-Qur’an & Sunah Nabi SAW. Krn Rahmat Allah tersubut tidak hanya diperlukan didunia tetapi juga sangat diperlukan diakhirat saat kita menghadap Allah di yaumil mahsyar. Karena yang dapat menyelamatkan kita, membebaskan dati api neraka & bahkan memasukkan kita si dalam surganya Allah, adalah krn Rahmat Allah swt. Bukan karena amal ibadah kita semata. Masih ingatkah kita dalam sebuah Hadits yang Disamapikan Jibril saat berjumpa dengan Rasulullah :

Dalam satu hadits riwayat Imam Muslim, sahabat Jabir radhiyallahu ‘anhu (RA) berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada amalan seorang pun yang bisa memasukkannya ke dalam surga, dan menyelamatkannya dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah”.

Dikisahkan dari sahabat Jabir RA, Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) mendatangi kami kemudian Beliau bersabda: “Jibril berkata: Wahai Muhammad, demi Dzat yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla memiliki seorang hamba telah beribadah kepada Allah selama lima ratus tahun di puncak gunung di sebuah pulau yang dikelilingi dengan lautan yang lebar dan tinggi gunung itu adalah tiga puluh dzira”.

Jarak dari setiap tepi lautan yang mengelilingi gunung itu adalah empat ribu farsakh. Di gunung itu terdapat sebuah mata air selebar beberapa jari. Dari mata air itu mengalir air segar dan berkumpul ke sebuah telaga di kaki gunung.

Di sana juga terdapat pohon-pohon delima yang selalu berbuah setiap hari sebagai bekal hamba tersebut beribadah kepada Allah setia harinya. Setiap kali menjelang sore, hamba itu turun dari gunung ke telaga untuk mengambil air wudlu, sekaligus memetik buah delima lalu memakannya, baru kemudian mengerjakan salat.

Usai salat, hamba itu selalu berdoa kepada Allah Taala, supaya kelak ketika ajalnya menjemput, dia wafat dalam keadaan bersujud kepada Allah dan dia juga berdoa supaya setelah kematiannya, jasadnya tidak dirusak oleh bumi dan oleh apapun juga sampai datangnya hari kebangkitan.

Allah Ta’ala pun mengabulkan semua doa hamba tersebut. Kemudian Allah berfirman: “Masukkan hambaKu ini ke surga dengan sebab rahmat-Ku”.

Hamba tersebut berkata: “Dengan sebab amalku Ya Rabb”.

Allah berfirman: “Masukkan hambaKu ke surga dengan sebab rahmat-Ku”.

Hamba tersebut tetap berkata: “Dengan sebab amalku Ya Rabb”.

Kemudian Allah berfirman: “Sekarang coba timbang amal hambaKu ini dengan nikmat yang telah aku berikan kepadanya”.

Ternyata setelah ditimbang, nikmat penglihatan yang telah diberikan Allah kepada hamba itu menyamai timbangan amal ibadah yang telah dilakukannya selama 500 tahun. Dan masih tersisa anggota tubuh lain yang belum ditimbang, sedangkan amal hamba tersebut ternyata sudah habis.

Kemudian Allah Ta’ala berfirman: “Sekarang masukkan hambaKu ini ke neraka”.

Mendengar perintah Allah itu, kemudian para Malaikat menggiring hamba tersebut ke neraka. Tiba-tiba ketika akan digiring ke neraka, hamba itu berteriak sambil menangis: “Ya Rabb, masukkan aku ke surga dengan rahmat-Mu”.

Kemudian Allah Ta’ala berfirman kepada para Malaikat: :Tahan dulu wahai Malaikat, dan bawa dia ke sini”.

Hamba itu lalu dibawa oleh para Malaikat kehadapan Allah Ta’ala. Kemudian Allah berfirman: “Wahai hambaKu, siapakah yang telah menciptakanmu yang sebelumnya kamu bukan apa-apa?” Hamba itu menjawab: “Engkau Ya Rabb”.

Kemudian Allah berfirman: “Siapakah yang telah memberimu kekuatan sehingga kamu mampu beribadah kepadaKu selama 500 tahun?” Hamba tersebut menjawab: “Engkau Ya Rabb”.

Allah berfirman: “Siapakah yang telah menempatkanmu di sebuah gunung yang berada di tengah-tengah laut yang luas, mengalirkan dari gunung tersebut air yang segar sedangkan di sekelilingnya adalah air asin. Yang menumbuhkan buah delima setiap malam yang seharusnya hanya setahun sekali berbuah, serta siapa yang telah memenuhi permintaanmu, ketika engkau berdoa supaya dimatikan dengan cara bersujud?”

Hamba itu menjawab dengan wajah menunduk: “Engkau Ya Rabb”.

Allah berfirman: “Itu semua tak lain adalah atas rahmat-Ku, dan dengan rahmat-Ku juga engkau Aku masukkan surga”.

Kemudian Allah Ta’ala berfirman kepada para Malaikat: “Masukkan hambaKu ini ke surga, engkau adalah sebaik-baik hamba wahai hamba-Ku”. Dan dimasukkanlah hamba itu ke dalam surga berkat rahmat Allah Ta’ala.

Kemudian Malaikat Jibril AS berkata: “Sesungguhnya, segala sesuatu itu berkat rahmat Allah wahai Muhammad”.

Demikian kisah seorang hamba yang beribadah 500 tahun semoga bisa menjadi iktibar dan pelajaran berharga. Ahli ibadah tersebut mendapat teguran keras dari Allah hingga masuk neraka dan akhirnya dimasukkan ke surga setelah mengakui kebesaran Allah dengan segala Rahmat-Nya.

Hikmah yang bisa kita petik dari kisah ini adalah jangan pernah merasa aman dengan rahmat Allah, sehingga membuat kita enggan dan meninggalkan amal saleh. Karena Allah berfirman dala Qur’an: “Itulah surga yang dikaruniakan untuk kalian, disebabkan amal saleh kalian dahulu di dunia” (QS. Az-Zukhruf : 72).

Tapi ingat, jangan pernah merasa ujub (berbangga diri) dengan amalan. Sebab, tidak ada keimanan dan ketaatan yang menyebabkan seorang masuk surga melainkan karena rahmat Allah Ta’ala.

Karena itu sekali lagi . Hidup ini akan bermakna & bernilai manakala Rahmat Allah menjadi prooritas dalam segala aspek kehidupan . Sebaliknya hidup ini akan menjadi buruk & rusak ,serta menjadi sia-sia manakala Rahmat Allah swt. Tidak berhasil kita dapatkan .

Rahmat adalah berkah . Berkah adalah Rahmat. Tanpa Rahmat & berkah jangan bermimpi meraih kesuksesan & keberhasilan . Kalaupun berhasil secara lahiriah , yakinlah bahwa keberhasilan itu bersifat temporer bukan permanen.
Sesuatu yang didapatkan dengan cara-cara kotor & menyimpang serta menyalahi aturan agama tidak akan berkah & mendapat Rahmat Allah swt. Keberhasilan seperti itu akan membawa petaka & kemurkaan Allah. Dan pada akhirnya tdk membawa kebahagiaan.

Didalam sebuah tulisan Muhammad al- Fadhil yang kemudian diterjemahkan oleh Dr. KH. Muzakkir Arief, MA. menegaskan akan urgensi Rahmat dan berkah Allah bagi kehidupan umat manusia teramat determinan.

Ketika kita membaca ucapan Nabi Isa -Alaihis-Salam- yang diabadikan di dalam Alqur’an:”Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada”
QS: Maryam (19): 31

Apa yang ada di benak kita?
Apakah kita sudah bersungguh-sungguh berdo’a agar Allah merahmati dan memberkahi kita?

Agar kita lebih termotivasi untuk bersungguh-sungguh berdo’a memohon berkah Allah; dan semakin bersungguh-sungguh untuk memperjuangkan Rahmat dan berkah Allah, sebaiknya kita memperbarui pemahaman kita tentang berkah Allah.

Rahmat atau berkah itu berarti, Pertumbuhan dan penambahan.
Berkah adalah nilai batiniah yang dihasilkan dan ditambahkan kepada amal salih dan orang salih.

Rahmat atau berkah itu berbentuk petunjuk, tuntunan, kemudahan, keterarahan; mencakup semua bentuk turunnya kebaikan dari Allah terhadap sesuatu..

Rahmat atau berkah itu tidak dapat diraih dengan kekuatan, atau harta, atau jabatan, dan sebagainya.
Berkah itu adalah nikmat dan kemuliaan yang diturunkan oleh Allah kepada hamba-Nya yang dipilih oleh Allah, karena sebab-sebab yang diamalkan oleh para hamba pilihan itu..

Setiap muslim dituntut untuk mencari berkah Allah pada semua aspek kehidupannya; karena pada berkah itulah terdapat keterarahan hidup, ketenangan jiwa, kekuatan iman, kebahagiaan dengan amal, kemudahan berbuat baik.

Ibu dari Anas bin Malik -Radhiyallahu Anha- dan -Radhiyallahu ‘an Anas- mengantar Anas kepada Rasulullah -Shallallahu Alaihi wa Sallam- lalu mengatakan:
“Ya Rasulallah, Ini anakku Anas; terimalah dia sebagai asistenmu; dan do’akanlah dia agar diberkahi oleh Allah”
Lalu Rasulullah -Shallallahu Alaihi wa Sallam- mendo’akan Anas -Radhiyallahu Anhu-:

“Ya Allah, Perbanyaklah hartanya dan anaknya; dan berkahilah dia pada semua yang Engkau karuniakan kepadanya”
HR. Al-Bukhari dan Muslim

Selain itu, Rasulullah -Shallallahu Alaihi wa Sallam- mencontohkan untuk mendo’akan pengantin baru agar diberkahi oleh Allah, dengan do’a ini:

“Semoga Allah memberi berkah untukmu; dan mencurahkan berkah atasmu; dan semoga Allah mengumpulkan kamu berdua dalam kebaikan”
HR. Abu Dawud, dinilai Sahih oleh Asy-Syaikh Al-Albani

Rasulullah -Shallallahu Alaihi wa Sallam- juga mencontohkan untuk mendo’akan berkah untuk orang yang memberi makan kepada beliau:

“Ya Allah, Berikanlah berkah kepada mereka, pada semua yang Engkau karuniakan kepada mereka; ampunilah mereka; dan sayangilah mereka”
HR. Muslim

Berkah itu sangat penting, karena pada berkah terdapat ketenangan batin dan kebahagiaan jiwa dalam kehidupan ini.
Kalau berkah itu turun pada nikmat yang sedikit, ia menjadi banyak; dan kalau berkah itu turun pada nikmat yang banyak, niscaya manfaatnya semakin banyak dan semakin luas.

Kita senantiasa membutuhkan berkah Allah pada banyak aspek dari kehidupan kita, antara lain:

1. Berkah pada umur.
Kalau umur kita diberkahi oleh Allah, niscaya Allah memudahkan kita untuk menyelesaikan banyak amal ibadah, yang tidak dapat diselesaikan oleh banyak orang.

Contohnya:
Sa’ad bin Mu’adz -Radhiyallahu Anhu- masuk Islam pada saat beliau berusia 30 tahun; dan beliau wafat pada usia 36 tahun; tapi kematian beliau menyebabkan Arasy Allah bergetar! Itu tanda kemuliaan beliau.
Padahal beliau hidup hanya 6 tahun sebagai muslim, sebagai sahabat Rasulullah -Shallallahu Alaihi wa Sallam-, -Radhiyallahu ‘an Sa’ad wa ‘anish-Shahabati Ajma’in-.

Banyak ulama, para da’i, para orang salih, dulu dan sekarang, yang dimudahkan oleh Allah untuk menyelesaikan program keilmuan, atau program da’wah, atau program pendidikan, dalam usia mereka yang tidak terlalu panjang; yang tidak dicapai oleh banyak orang yang seusia dengan mereka atau bahkan lebih panjang usianya dari mereka.

2. Berkah pada waktu.
Kalau Allah memberkahi waktu kita, niscaya waktu kita akan sangat longgar, sangat banyak; dan kita penuhi dengan amal ibadah yang beragam.
Contoh:
Dalam satu jam atau dua jam dari waktu kita, kalau diberkahi oleh Allah, kita bisa menyelesaikan banyak amal ibadah; yang tidak dikerjakan dan tidak diselesaikan oleh orang yang waktunya belum diberkahi oleh Allah.

Bagi orang yang waktunya diberkahi oleh Allah, dalam satu menit, ia bisa membaca:
“SUBHANALLAH” 100x
Atau membaca:
“ASTAGHFIRULLAH” 100x
Demikianlah seterusnya.

Adapun orang yang waktunya belum diberkahi oleh Allah, bukan hanya satu menitnya berlalu sia-sia, tapi jam demi jam berlalu tanpa manfaat; hari demi hari dilewati, tanpa amal ibadah yang sungguh-sungguh; bahkan bulan demi bulan, berlalu dalam kelalaian. Na’udzubillah.

Tentang pentingnya kita mengupayakan waktu-waktu yang diberkahi, kita dianjurkan untuk mengefektifkan dan mengoptimalkan waktu pagi setiap hari, berdasarkan sabda Rasulullah -Shallallahu Alaihi wa Sallam-:

“Ya Allah, Berikanlah berkah kepada umatku, pada waktu pagi mereka”
HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dinilai Sahih oleh Asy-Syaikh Al-Albani

3. Berkah pada rezeki.
Kalau Allah memberkahi rezeki kita, niscaya rezeki itu cukup untuk kita; bahkan dengan rezeki yang sedikit, kita bisa mengamalkan banyak kebaikan; kita berbahagia dengan rezeki itu; bermanfaat bagi kita dan untuk orang lain; dan hati kita tidak tergantung pada rezeki itu; berapapun jumlahnya.

Contoh rezeki yang belum diberkahi oleh Allah, ialah orang yang setiap bulan mendapatkan gaji yang cukup besar -menurut penilaian banyak orang-, tapi gaji itu tidak pernah cukup baginya; bahkan seringkali ia berutang pada akhir bulan.
Sebaliknya, ada orang yang rezekinya diberkahi oleh Allah; penghasilannya sangat terbatas, tapi selalu cukup untuk kebutuhan-kebutuhan pokoknya; dia puas, tenang, berbahagia.

4. Berkah pada ilmu.
Kalau Allah memberkahi ilmu kita, niscaya Allah menuntun kita untuk mengamalkan ayat yang kita pelajari, atau hadis yang kita pelajari, atau nasihat yang kita dengarkan atau kita baca; lalu itu kita amalkan secara berkesinambungan, seumur hidup kita.

Ilmu yang diberkahi oleh Allah itu menggerakkan kita untuk meningkatkan takwa, mengamalkan rasa takut dan pemuliaan kepada Allah; menghadirkan rasa diawasi oleh Allah; mendorong kita untuk bertaubat dan selalu kembali ke jalan Allah; selalu bersemangat belajar Islam dan beramal salih.

Ilmu yang diberkahi juga mendorong kita untuk mengajak orang lain kepada jalan hidayah, jalan tauhid, jalan pemahaman yang benar tentang Islam, serta jalan pengamalan Islam dalam seluruh aspek kehidupan kita.

Adapun ilmu yang belum diberkahi oleh Allah, maka orang itu sama dengan orang yang tidak berilmu; walaupun banyak ilmunya; walaupun tinggi pendidikannya; walaupun ia memiliki kertas ijazah yang tertinggi; karena dia tidak mengamalkannya; tidak menda’wahkannya; dan atau pengamalannya sangat jauh dari ilmunya. Na’udzubillah.

5. Berkah pada rumah.
Rumah yang diberkahi itu adalah rumah yang terasa lapang bagi penghuninya; dihadiri oleh para malaikat pembawa rahmat; dijauhi oleh para setan; karena para penghuni rumah itu banyak berzikir, banyak beribadah dan beramal salih; dipenuhi dengan cinta dan kasih-sayang, ketenangan dan kedamaian.

Sebaliknya, rumah yang terasa sempit, walaupun itu istana yang besar dan megah; tapi rumah itu dipenuhi problem, kesusahan, kegalauan, perselisihan, kebencian; karena para penghuni rumah itu meninggalkan kewajiban-kewajiban; melakukan banyak dosa dan kemungkaran; sedikit berzikir kepada Allah; itulah rumah yang belum diberkahi oleh Allah. Rumah bagai neraka. Na’udzubillah.

Karena itu, kita sangat dianjurkan untuk memohon kepada Allah agar Allah memberkahi rumah kita. Ini sangat penting sekali.
Mari kita renungkan bagaimana Allah mengilhamkan kepada Nabi Nuh -Alaihis-Salam- untuk berdo’a; dan do’a itu diabadikan di dalam Alqur’an:
“Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik pemberi tempat”
QS: Al-Mu’minun (23): 29

6. Berkah pada anak.
Anak yang diberkahi adalah anak yang salih, yang rajin8 beribadah, yang berbakti kepada kedua orang tua, yang selalu mengharapkan balasan kebaikan dari Allah pada semua amalnya.
Sebaliknya, anak yang belum diberkahi oleh Allah, adalah anak yang lemah hubungannya dengan Allah, kurang ibadahnya, terkadang meninggalkan salat, kemudian ia durhaka kepada kedua orang tuanya; memutuskan hubungan baik dengan keluarga dekatnya; buruk akhlaknya. Na’udzubillah.

Karena itu dalam merespon dinamika kehidupan kita saat sekarang ini maka perlu kita memperbanyak bergilir dan berenung dalam rangka mengundang datangnya Rahmat & berkah Allah SWT. Beberapa bahan renungan yang dimaksud adalah :

Berkah itu bertingkat-tingkat dan fluktuatif. Terkadang ada sisi tertentu pada seseorang yang diberkahi oleh Allah, tapi di sisi lain dari kehidupannya, belum diberkahi oleh Allah.

Terkadang berkah itu hadir pada satu nikmat, tapi pada waktu yang lain berkah itu berkurang, bahkan hilang. Na’udzubillah.

Berkah itu adalah pasukan tersembunyi dari Allah, yang diberikan oleh Allah kepada para hamba-Nya yang salih, pilihan Allah.

Kehadiran berkah itu sangat ditentukan oleh kesalihan batin, kesucian hati, keikhlasan jiwa.
Kehadiran berkah itu juga sangat ditentukan oleh penghayatan kita terhadap berkah itu, bertambah dan berkurangnya berkah itu.
Fluktuasi berkah itu tergantung pada kondisi hidupnya iman di hati; tingkat kesadaran atau kelalaian jiwa; tingkat kesungguhan untuk mendapatkan berkah, atau tidak peduli terhadap berkah.

Berkah itu tergantung pada konsistensi kepatuhan kepada Allah dan kesungguhan menjauhi dosa. Karena berkah itu berkurang akibat dosa, bahkan berkah itu bisa sampai hilang.

Karena itu dianjurkan kita untuk selalu berdo’a memohon Rahmat dan berkah Allah SWT. , karena hal itu adalah sarana utama untuk mendapatkan berkah dan tambahan berkah pada semua aspek kehidupan kita.

Membahas lebih jauh tentang makna dan urgensi Rahmat & berkah bagi manusia maka akan kita menemukan bahwa betapa luas dan besarnya hakikat Rahmat dan berkah tersebut bagi oerjalanan hidup umat manisia . Berikut ini akan diulas tentang makna Rahmat dalam perspektif Al-Quran

Rahmat terdiri dari tiga huruf râ’, hâ’, dan mîm. Menurut Ibnu Faris dalam Maqâyîs al-Lughah setiap kata Arab yang berakar dari tiga huruf râ’, hâ’, dan mîm memiliki arti dasar ‘kelembutan, kehalusan dan kasih sayang’. Sedangkan menurut al-Ashfihani dalam Mufradât Alfâdzh al-Qur’an, kata rahmat berarti ‘kelembutan yang menuntut berbuat baik kepada yang disayangi’. Terkadang rahmat hanya khusus berarti ‘kelembutan’. Kadang juga hanya berarti ‘berbuat baik’.

Pada dasarnya rahmat (kasih sayang) itu berasal dari Tuhan Maha Pengasih Penyayang (al-Rahmân al-Rahim). Allah swt adalah sumber rahmat (kasih sayang) yang tersebar di alam semesta ini. Allah swt mewajibkan bagi diri-Nya sendiri sifat rahmat (kasih sayang) QS al-Anʻam [6]: 12. Dalam Shahîh al-Bukhârî melalui jalur Abu Hurairah ra, Nabi Besar Muhammad saw pernah menyatakan, Pada hari penciptaannya, Allah swt menciptakan 100 (seratus) rahmat (kasih sayang). 99 rahmat (kasih sayang) masih dipegang oleh Allah swt untuk disimpan. Hanya satu rahmat saja yang disebarkan oleh Allah swt bagi seluruh makhluknya. Sementara menurut Shahîh Muslim dari Salman al-Farisi, satu rahmat itu disebar di muka bumi sehingga cukup bagi seorang ibu menyayangi anaknya dan semua makhluk baik manusia, burung, semua jenis hewan dan jin dapat mengasihi satu sama lain. Lalu 99 rahmat sengaja ditahan oleh Allah swt untuk memberi rahmat bagi seluruh hamba-Nya pada hari kiamat.

Sebagaimana umumnya sejumlah kata-kata yang termuat al-Quran mempunyai makna lebih dari satu atau sering disebut dalam ilmu tafsir dan al-Quran sebagi musytarak lafdzhî. Dalam al-Quran, kata rahmat disebutkan sebanyak 145 kali. Kesemuanya mempunyai beragam makna sesuai dengan konteks pembicaraannya. Setidaknya tidak kurang dari 14 makna bagi rahmat. Diantaranya sebagai berikut:

Lanjut di Halaman Berikutnya:

Pos terkait