Buat Apa sih Perdebatan Tetang Ilmu?

Buat Apa Sih Perdebatan Tetang Ilmu?

Hakikatnya, ilmu adalah alat bantu bagi kemudahan hidup manusia sebagai makhluk sosial maupun sebagai individu. Tapi bagi Gunawan Moehammad (GM), ilmu itu ya untuk merayakan perdebatan.

Sebagai alat, ilmu tunduk pada hukum kenisbian ruang & waktu. Sebab itu, tidak perlu gemetar berhadapan dg ilmu, betapapun megahnya ilmu itu didandani oleh seseorang ilmuan yang hidup dan kepentingannya bersumber dari suatu disiplin ilmu.

Yang mutlak hanya Allah pemilik asal dari ilmu itu. Ilmu berubah-ubah, berkembang, bisa juga punah, invalid dan tidak abadi.

Jika titik tolak rakyat dalam melihat, menyikapi dan memperlakukan ilmu berangkat dari sikap dasar di atas, maka konsekuensinya:

1. Rakyat atau seseorang akan haus dan tidak pernah puas terhadap satu disiplin ilmu tertentu. Sebab seseorang akan terus memperbarui kehidupannya guna memudahkan pencapaian kehidupannya.

2. Seseorang atau rakyat akan berkembang menjadi interdisipliner atau ensiklopedis, sekurang-kurangnya akan memiliki wawasan dalam setiap ragam keilmuan.

3. Ilmu yang disikapi secara mendasar seperti itu, akan membuat perkembangan institusi ilmu akan mudah diakses, tidak terjerumus menjadi sangat mahal, ketat, ekslusif, menara gading, laiknya tempat suci yang hanya boleh dan diizinkan diakses oleh para ilmuan atau komunitas akademis yang dianggap “suci” dan pantas.

4. Akses terhadap ilmu dan profil ilmuwan atau ulama akan muncul seperti Al-Farabi, Jabir Ibnu Hayyan, Al-Khawarizmi, Al-Ghazali,dan otoritas-otoritas interdisipliner di masa lalu umat Muslim, yang kehidupan mereka bisa diakses sesiapapun dari para penuntut ilmu, baik di rumahnya maupun di beranda masjid tempat ia menyampaikan kuliah-kuliahnya secara gratis.

Bandingkan dengan sekarang, ilmu jatuh menjadi sangat mahal, sarat sertifikasi, dan pakarnya susah diakses, kecuali berbayar melalui kuliah yang diorganisasi oleh institusi seperti kampus atau lembaga.

Ada apa? Karena ilmu sudah jatuh bukan lagi sebagai “barang bebas akses”,tapi sudah menjadi komoditas. Mungkin dalam kasus “ilmu” yang asalnya dari Allah, Dia pun menjadi heran dengan kenekatan akuisisi manusia terhadap property-nya itu.

Wallahu a’lam.

SED

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *