‘Barang Siapa Beriman pada Allah dan Hari Akhirat maka Hendaknya Berbicara Baik atau Diam, Jangan Sakiti Tetangga serta Memuliakan Tamu’

PESAN HIKMAH:

Oleh: Munawir K, Dosen UIN Alauddin Makassar

Bacaan Lainnya

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالأخْسَرِينَ أَعْمَالا . الَّذِينَ
ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا . أُولَئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا

Katakanlah, ‘ Apakah akan Kami “
beri tahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.”

(QS. Al-Kahfi: 103-105)

PENJELASAN PESAN HIKMAH(PPH):

Pesan Hikmah yang terkandung dalam ayat ini sangat mendalam dengan berupaya mengajak manusia merenungi akan hakikat dan tujuan hidup yang sesungguhnya , sekaligus sorotan tajam dan koreksi Allah SWT. Terhadap realitas kehidupan sebahagian umat manusia dengan penjelasan sebagai berikut:

1. قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالأخْسَرِينَ أَعْمَالا
”Katakanlah, ‘Apakah akan Kami beri tahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?’”

Pertanyaan ini mengajak kita untuk merenung secara mendalam tentang makna sejati dari keberhasilan dan kerugian dalam kehidupan. Hal ini relevan tidak hanya bagi umat Islam, tetapi bagi seluruh umat manusia yang berusaha mencari arti kehidupan.

2. الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
”Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.”

Ayat ini mencerminkan pengalaman yang sering kali dialami oleh manusia di berbagai belahan dunia, di mana mereka mungkin merasa telah berbuat dengan baik namun pada akhirnya menyadari bahwa perbuatannya tidak memberikan dampak yang diharapkan secara spiritual atau moral.

3. أُولَئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا
”Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.”

Ayat ini menyatakan konsekuensi dari sikap penolakan terhadap petunjuk Allah dan ketidakpercayaan akan kebenaran-Nya. Hal ini relevan bagi seluruh umat manusia, karena setiap individu memiliki tanggung jawab moral untuk menghormati dan mengakui keberadaan Tuhan.

Ayat ini juga menekankan perlunya refleksi mendalam tentang tujuan hidup dan makna sejati dari keberhasilan dan kegagalan. Dalam konteks sosial, manusia memiliki tanggung jawab untuk membangun hubungan yang harmonis dengan sesama dan menjalankan peran sebagai khalifah Allah dengan adil dan bijaksana.

Disamping itu ayat ini mengingatkan kita bahwa perbuatan yang sia-sia dalam kehidupan dunia bukan hanya merugikan secara individual, tetapi juga dapat mengganggu harmoni dalam hubungan sosial. Manusia sebagai khalifah di bumi memiliki tanggung jawab untuk menjalankan tugasnya dengan penuh kesadaran akan akibat dari setiap tindakannya terhadap sesama dan lingkungan.

Lebih jauh ayat diatas menyoroti pentingnya iman dan kepatuhan terhadap ajaran Allah dalam membangun kehidupan sosial yang berkelanjutan dan harmonis. Manusia sebagai khalifah memiliki tanggung jawab untuk membangun masyarakat yang adil, aman, dan damai, serta untuk menghindari segala bentuk kekufuran dan ketidakpatuhan terhadap petunjuk-Nya.Dengan memahami dan menginternalisasi pesan-pesan dari ayat-ayat ini, manusia diharapkan dapat menjalankan perannya sebagai khalifah di bumi dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Hal ini mencakup upaya untuk membangun hubungan yang harmonis dengan sesama, menghormati lingkungan, dan menjalankan tugas sosial serta spiritualnya dengan baik. Dengan pendekatan holistik, universal, dan transendental, manusia dapat mencapai harmonisasi personal dan transendental yang diinginkan, serta berkontribusi dalam membangun masyarakat yang damai dan sejahtera.

Dengan mempertimbangkan konteks universal dan holistik, ayat-ayat ini mengajak manusia untuk merenungkan tujuan hidup yang sejati dan menilai ulang perbuatannya. Pesan-pesan ini mencakup seluruh spektrum manusia, memperingatkan akan bahaya kerugian yang diakibatkan oleh kesesatan dan mengingatkan akan pentingnya mengikuti petunjuk Allah dalam mencapai keberhasilan sejati dalam kehidupan ini dan di akhirat.????

SEMOGA BERMANFAAT

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.