Virus Corona dalam Pandangan Filsafat Metafisika

Begitu banyak lelucon yang mengkaitkan virus Corona dengan pertarungan geopolitik – ekonomi, konspirasi global, dan teori surealiasme perang asimetri sampai lupa manusia hidup dalam satu bumi dan tak ada satu pun negara yang luput dari serangan virus Corona.

Sesungguhnya virus Corona merupakan bencana kemanusiaan seluruh umat manusia. Lalu apa yang sebenarnya telah, sedang dan akan terjadi pada manusia ?

Bacaan Lainnya

Pandangan metafisika menyimpulkan ada yang salah pada umat manusia dalam membangun peradaban. Peradaban dibangun mengikuti kerakusan manusia mengeksploitasi bumi. Terjadilah peradaban satu arah, sebuah peradaban yang bergerak mengikuti arah jarum jam.

Maka demi waktu, sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi, terjatuh dalam dosa dan samsara. Virus Corona membuka tabir peradaban manusia menuju matahari tenggelam. Manusia mengingkari sunatullah, kegelapan dimuka bumi pun kian pekat.

Kehidupan mengajarkan kita apa pun yang dilakukan manusia dalam membangun peradaban hanya ekspose dari penderitaan spritualnya.

Oleh karena itu peradaban yang dibangun sepanjang sejarah kemanusiaan adalah kutub negatif yang menghancurkan kehidupan manusia itu sendiri. Kehidupan manusia adalah kegelapan yang diciptakan Tuhan untuk memantulkan cahaya keilahian, demikian pandangan ontologis kaum yang telah tercerahkan

Tuhan menciptakan segala sesuatu bukan untuk melawan dirinya. Kegelapan dalam kehidupan diciptakan agar manusia mengenal Tuhan melalui pantulannya. Pantulan inilah yang membangun gerakan thawaf untuk memutar balik peradaban menuju kutub positif dan kita menamakannya dengan Pancasila.

Dengan demikian pancasila adalah perangkat yang diberikan Tuhan agar manusia mengenal kebaikan – kebaikan dalam kegelapan dunia

Tulisan ini hendak memberikan kabar : bencana kemanusiaan virus Corona merupakan sunatullah yang mendorong pancasila pada tingkat tertinggi evolusi peradaban manusia dalam bentuk kesadaran spritual yang tersempurnakan.

Bila kutub negatif peradaban melahirkan sikap hidup materialistik dengan ukurannya yang serba kuantitatif dan penguasaan alam sebagai tujuannya, Pancasila adalah loncatan spritual untuk melepaskan diri dari unsur materialistik menuju latar peradaban kebalikannya yaitu Memayu Hayuning Bhawana.

Oleh karena peradaban baru yang kelak dibangun Pancasila bukanlah masyarakat dengan tingkat ekonomi yang mengagumkan, tetapi kesalehan sosial suatu masyarakat dengan hubungan antar manusia yang welas asih.

Bukankah setiap gelap malam akan bermuara pada fajar pengharapan esok pagi ? Insya Allah virus Corona merupakan bencana kemanusiaan yang menyadarkan manusia mengikuti sunatullah. Mari kita sambut bencana kemanusiaan ini dengan membangun solidaritas sosial dan berdoa untuk kebaikan bersama sambil menunggu peradaban baru tiba.

Kita berada dalam satu bumi dengan kehidupan yang menciptakan tahkiknya sendiri….

Penulis: Habib Jansen Boediantono,  Imam Besar JAMA’AH ISLAM GEMBIRA

( Tulisan Ini Terinspirasi dari Puisi ‘Sabda Bumi ‘ KH Ahmad Musthofa Bisri)

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *