Memilih pasangan hidup bukan perkara mudah. Salah-salah memilih pasangan, seseorang akan mendapatkan akibatnya seumur hidup. Kita bersyukur kalau pasangan yang kita pilih cocok.
Kalau tidak cocok, kita akan menderita seterusnya. Hal ini terjadi pada diri saya ketika harus memutuskan gadis mana yang harus saya pilih dan nikahi saat saya usia 25 tahun. Saya punya dua calon yang sama-sama saya cintai, dan tentu saja mereka mencintai saya. Cantik? Ya, dua-duanya cantik sehingga sulit untuk memutuskan pilih yang mana.
Saat berumur 25 tahun saya masih menyelesaikan kuliah S1 saya di perguruan tinggi yang dulunya bernama IKIP Jakarta (kini UNJ: Universitas Negeri Jakarta). Saat mengikuti sholat Jumat di masjid kampus, sang khotib menjelaskan tuntunan dalam memilih istri.
Pas sekali yang saya butuhkan. Khotib memberikan ulasannya mengutip hadist Rasulullah saw, yang artinya: “Perempuan dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena garis keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu memilih karena agamanya sebab kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Al Bukhari).
Isi khotbah ini membuat saya merenung berhari-hari karena saya membuat penilaian untuk memutuskan gadis mana yang harus saya tinggalkan. Dan akhirnya saya menyampaikannya dengan berbagai alasan supaya hubungan kami tetap baik. Saya memilih gadis yang sekarang menjadi istri saya karena faktor garis keturunan dan agamanya.
Saya merintis berbagai usaha untuk menopang kehidupan rumah tangga. Istri ikut berbagai kursus untuk bekal mendampingi saya, suaminya. Salah satu usaha yang saya rintis, yakni usaha pendidikan, berkembang sangat cepat sehingga saya harus fokus dan meninggalkan pekerjaan kantoran saya.
Perkembangan usaha yang saya rintis juga memaksa istri meninggalkan usaha salonnya untuk fokus membantu saya di usaha kursus Bahasa Inggris: BBC. Dan tentu saja juga fokus mengurus dua anak kami yang memerlukan perhatian khusus dari ibunya.
Saya memilih istri dengan benar. Latar pendidikannya di manajemen keuangan sangat membantu saya dalam mengelola keuangan yang semakin besar seiring dengan perkembangan usaha. Kami banyak berdiskusi tentang peluang lembaga kursus ke depan.
Kami juga banyak berdiskusi tentang visi usaha, membuat tujuan-tujuan tahuan dan target-target jangka pendek. Kami bersdiskusi tentang berbagai strategi untuk mencapai target. Kami membahas langkah-langkah tindakan yang mau diambil dan tentu saja evaluasinya.
Latar belakang keturunan dan agama yang kuat sangat membantu pengembangan usaha kami khususnya dalam pengamalan sisi spiritualnya. Kami berdiskusi waktu sarapan, berdiskusi waktu makan siang, berdiskusi waktu makan malam dan waktu tidur.
Kebersamaan kami berjalan dengan selalu disertai pembahasan tentang usaha yang kami jalankan. Bagaimana mengembangkan lembaga kursus BBC menjadi lembaga menjadi lembaga pilihan masyarakat, dan berada dimana-mana. Apa yang selalu kami bicarakan dan lakukan selalu didengar anak-anak kami. Dampaknya, sekarang secara tidak langsung kami juga menanamkan nilai-nilai kewirausahaan kepada mereka.
Usaha yang kami rintis berkembang sangat cepat. Selain kursus Bahasa Inggris, kami juga membuka sekolah, madrasah, akademi, dan sekolah tinggi. Semuanya usaha di bidang jasa pendidikan.
Pertiwi adalah nama lembaga kami gunakan untuk nama sekolah dan perguruan tinggi kami. Sekolah dan perguruan tinggi kami kini berada di beberapa kota. Kampus-kampusnya di jalan-jalan utama di tengah kota. Kami masih punya cita-cita lanjutan: membangun Universitas Pertiwi.
Faktor pasangan memang menjadi faktor pendukung kesuksesan seseorang. Pasangan tidak saja enak dipandang, enak diajak berdiskusi, juga dapat memberikan ketenangan jiwa. Pasangan yang mengerti dan memahami suami juga dapat memberikan dorongan semangat.
Ketenangan jiwa dan dorongan semangat ini sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan yang besar dalam kehidupan. Sebesar apapun tantangannya, kalau pasangan kita mendukung dan memiliki pemikiran yang sama, tantangan tersebut dapat ditaklukkan.
Beberapa teman pengusaha, menjadi jatuh usahanya setelah berganti pasangan. Berganti karena pasangannya meninggal atau alasan lainnya. Kelihatannya sederhana, tetapi ternyata pasangan memiliki peran penting dalam kesuksesan seseorang.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang diadakan di Amerika. Beberapa pertanyaan diberikan kepada ratusan orang-orang kaya dan sukses dalam berbagai bidang, di antaranya: faktor-faktor apa saja yang membuat mereka sukses.
Setelah jawaban dikumpulkan, ternyata empat faktor teratas pendukung kesuksesan mereka adalah: 1. Jujur, 2. Disiplin, 3. Bekerja di atas rata-rata orang, dan 4. Memiliki pasangan yang mendukung. Ternyata pasangan yang mendukung punya peran penting terhadap orang-orang kaya dan sukses di Amerika.
Bagi Anda yang belum memiliki pasangan, tuntunan tadi sangat bagus untuk diikuti. Karena sayapun sudah mengikuti, dan ternyata benar. Bagi Anda yang sudah memiliki pasangan, latih pasangan Anda untuk memahami usaha dan bisnis Anda.
Kalau mereka tidak paham seluk beluk usaha Anda, minimal libatkan mereka dalam hal-hal yang mereka sukai di usaha Anda. Buat mereka suka dan bahagia dengan usaha-usaha Anda. Dan Andapun akan merasakannya.
Pasangan Anda adalah orang yang selalu menyertai Anda di kala suka dan duka. Selalu ciptakan rasa bahagia bersama pasangan Anda.
“Kekurangan terhadap pasangan menjadi sesuatu yang membuat hubungan seharusnya saling melengkapi.” (BJ Habibie)