Salafi Kekinian dan Ekspansi Arab Saudi

 

Salafi Kekinian berbeda dengan salafi kekunoan. Salafi kekinian hakikatnya kaki tangan Kerajaan Arab Saudi di dunia Islam untuk melayani kebijakan ekonomi dan politik sekaligus pengaruh keagamaan kerajaan Arab Saudi ke berbagai negara. Hasil nyatanya ialah meningkatnya pasar produk Arab Saudi kepada dunia Islam. Produk utamanya ialah layanan hotel dan pariwisata religi, yaitu haji dan umroh. Produk ikutannya ialah makanan dan oleh-oleh. Sedangkan salafi kuno, atau salafussahalih, belum ada Kerajaan Arab Saudi.

Bacaan Lainnya

Salafi Kekinian diorganisir secara sel-sel pengajian seakan-akan terpisah dan berserak, padahal sebenarnya terkoordinasi dan tunduk melayani kepentingan kerajaan Arab Saudi. Sudah barang tentu, dari berbilang pengajian salafi itu, akan mengalir berbilang kunjungan mandatory ke Arab Saudi baik untuk umroh, haji maupun studi dan pelatihan. Jamaah-jamaah asuhan ustadz salafi kekinian itu, akan menjadi pendukung kerajaan arab saudi dengan dalih haram oposisi kepada pemerintah yang berkuasa.

Bila negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang memperluas pengaruhnya dengan menargetkan pasar produk teknologi bagi dunia ketiga melalui layanan pendidikan dan pelatihan untuk penduduk dunia ketiga, Arab Saudi dengan cerdik mengonsentrasikan keunggulan komparatifnya sebagai lokasi destinasi religi. Kerajaan ini tidak hanya fokus untuk destinasi religi, tapi juga mentransformasikan negaranya sebagai tujuan kunjungan pariwisata secara umum. Kota-kota baru yang sarat sentuhan teknologi yang diimpor dari Barat, mengisi wilayah-wilayah Arab Saudi dan negara-negara teluk pada umumnya.

Memang kebijakan transformasi negara Paman Saud tersebut masuk akal karena tren transportasi listrik di masa depan akan berimbas pada permintaan dunia yang menyusut terhadap minyak Arab Saudi. Untuk itu, negara itu akan mentransformasi menjadi negara pariwisata dan kegiatan keuangan guna mengalihkan sumber pemasukan bagi megaranya.

Sementara Arab Saudi telah menentukan wujud transformasinya di masa depan, Indonesia masih saja meraba-raba wujud transformasinya di masa akan datang. Ekspor jamaah haji/umroh, TKI/TKW, Indomie, bahan baku segar dari alam, dan posisi sebagai importir produk teknologi, masih terus dipertahankan oleh negara besar di planet bumi bagian selatan ini.

China daratan atau Republik Rakyat China (RRC) telah sampai pada bentuk transformasi yang mulai mandiri dan adidaya sekarang ini, padahal Indonesia (1945), empat tahun lebih tua menemukan bentuk dan wujud negaranya daripada RRC (1949).

Sekarang, apakah partai-partai telah menyusun skenario transformasi Indonesia di masa depan? Sebab, selarang ini, sistem yang berlaku, memberikan partai kekuasaan untuk menentukan wujud transformasi Indonesia.

~ Abu Hafiezh, Pengamat Gerakan Islam

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *