Miris melihat kondisi Wamena saat ini. Sudah berjalan hampir sebulan tapi kondisi keamanan belum bisa dikendalikan oleh negara, khususnya pihak keamanan. Presiden selaku pemegang pucuk pimpinan di negeri ini juga sepertinya kurang serius. Terus bagaimana dengan nyawa saudara kita yang meninggal dunia di sana.
Tulisan ini bukan untuk memprovokasi massa atau agama tertentu untuk ke sana. Tulisan ini ingin agar pemerintah bertanggung jawab, mengurus kerusuhan ini dengan serius. Sama seriusnya mengurus atau membubarkan massa demo mahasiswa dan pelajar STM di Jakarta beberapa waktu lalu di Gedung DPR RI.
Sangat sedih jika ada korban terus berjatuhan. Sementara kita masih aman tak ada masalah. Apalagi pelaku kerusuhan sudah diketahui siapa tinggal menciduknya. TNI Polri pasti bisa melakukan itu karena sudah terlatih.
Redaksi juga sepakat dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Papua
Saiful Islam Al Payage bahwa kerusuhan Wamena tak berlatar belakang agama. Dan himbauan jihad bagi umat Islam ke sana tidak tepat, masih ada aparat yang bisa tangani semuanya. Berikan saja aparat tanggung jawab secara penuh untuk menyelesaikannya.
Yang jadi persoalan, jika aparat atau negara tak bisa menyelesaikannya sementara korban terus berjatuhan. Kami mengkhawatirkan ada yang memanfaatkan untuk berjihad ke sana, dan itu sudah ada info viral yang hoaks. Syukurnya lagi, MUI Papua langsung bergerak cepat menjawabnya, membantahnya.
Kita sebagai bangsa perlu saling ingat mengingati, mengimbau bagi masyarakat di Papua untuk lebih tenang.
Namun, saat mendapatkan cerita korban kerusuhan di sana sedih miris bercampur emosi atas kejadian itu. Bisa dibayangkan, seorang ibu meninggal usai dibantai oleh warga setempat. Padahal sang ibu itu sudah bersembunyi di kandang babi. Tapi sang ibu yang memakai pakaian khas muslimah (jilbab) terus dikejar hingga wafat. Oleh suaminya yang berdarah Bugis, sangat emosi. Termasuk keluarganya di Sulawesi Selatan. Dan info ini viral di instagram, twitter, facebook dan lain sebagainya.
Maksud tulisan ini, wahai pemegang kunci kuasa negeri ini ayo bergerak cepat menyelesaikan persoalan ini. Ayo kerja fokus karena ini persoalan nyawa manusia. Jangan sampai ditunggangi atas perusuh seperti atasi demonstran mahasiswa dan pelajar STM di Jakarta.
Seperti dikutip dari Republika, dari kerusuhan di Wamena, Papua Barat telah menyisakan trauma mendalam bagi keluarga Indonesia yang pernah tinggal di sana. Sebut saja Widodo (57) yang sudah lama tinggal di sana dan telah menganggap Papua ‘kampung halamannya’ juga.
Akhirnya dengan terpaksa Widodo pulang ke kampung kelahirannya di Banyuwangi membawa istri dan empat anaknya. Meski selamat tiba di Banyuwangi dari Biak, Papua tapi troma sekeluarga tak hilang. Tentu ini berpengaruh bagi masa depan anak-anaknya kelak.
Miris, jika kita dengar cerita warga yang selamat, mirip zaman penjajahan atau PKI. Rata-rata nyawa mereka selamat bisa selamat lantaran merayap dan bersembunyi. Widodo mengaku selamat dari pembantaian karena bersembunyi di semak-semak. Kita sudah merdeka tapi keamanan belum bisa terjamin di NKRI
Sedihnya lagi, harta bendanya berupa mobil dan beberapa motor miliknya hangus dibakar oleh massa. (tak usa kita sebut agama dan sukunya. Untung bukan agama tertentu, ampir disebut teroris)
“Saya merayap di semak-semak, bersembunyi dan melompat pagar. Hingga akhirnya sampai di Kantor Polisi. Mobil dan 10 sepeda motor milik saya dan teman di rumah hangus dibakar,” aku Widodo, mengaku sudah 27 tahun tinggal bersama keluarga di Wamena, Jumat (4/10/2019) lalu pada wartawan.
Seperti warga yang lain, kerusuhan yang terjadi Senin (23/9/2019) terekam jelas oleh Widodo bersama keluarga. Sesuai ceritanya, saat kejadian sekitar pukul 09.00 WIT waktu setempat, ada sekelompok orang atau massa berdatangan dan langsung mengamuk mencari para pendatang (yang bisa disebut mayoritas Islam, kita berdoa tak ada serukan Jihad). Saat itu Widodo baru saja pulang dari pasar membeli kebutuhan keluarga.
Cerita yang sama dari Misri Astuti, warga asal Pesisir Selatan, Sumatra Barat (Sumbar). Ia mengaku sudah tidak sanggup lagi bertahan hidup bersama keluarga di Wamena, Papua. Kasian yaa?
“Kami sudah tidak sanggup lagi, Pak. Ungsikan kami ke kampung halaman kami sekarang juga,” kata Misri sambil terisak menangis pada wartawan Republika, Sabtu (28/9/2019) malam.
Yang perlu disyukuri dari kejadian ini, warga lokal Papua yang membantu warga pendatang untuk menyelamatkan diri para pendatang hingga ke lokasi pengungsian.
Sesuai info yang diperoleh dari warga Bugis yang sudah lama tinggal di sana. Kerusuhan di Wamena seperti direncanakan dengan baik. Mengingat yang melakukan kerusuhan bukan warga lokal setempat (Papua) yang melakukannya.
“Kerusuhan ini seperti terkordinasi dengan baik, ada orang luar yang tidak pernah kami lihat masuk pemukiman kami dan kemudian bikin kerusuhan di sini,” ungkap warga Bugis itu, meminta identitasnya disembunyikan.
Tangkap Aktor kerusuhan
Aparat segera tangkap aktor kerusuhan itu. Oleh Ketua Dewan Adat Papua Domin Surabut, juga ikut merasakan trauma mendalam meski dia warga asli Papua. Menurut Domin, tak hanya warga pendatang yang trauma. Warga lokal Wamena pun merasakan ketakutan serupa dengan pendatang.
“Siapa kira-kira aktor intelektual kerusuhan ini? Ini yang tidak jelas siapa orangnya. Situasi demonstrasi kemarin itu sangat aneh, semacam ada yang sudah setting mengondisikan supaya tiba-tiba meledak dan rusuh,” terang Domin.
Domin merasa yakin warga tempatan di Wamena tak punya niat melakukan kerusuhan seperti saat ini, apalagi hingga menimbulkan korban jiwa hingga puluhan.
Oleh Menko Polhukam Wiranto mengungkapkan tokoh separatis Papua, Benny Wenda, beradad di balik kerusuhan itu. Siapa pun orangnya tindak? Tangkap jika Bapak sudah menemukan orangnya. Jangan diam. Ayo segera bekerja dan bekerja, kata Jokowi.
Sesuai data yang dimiliki pemerintah, kelompok perusuh diduga dari Komite Nasional Papua Barat (KNPB). Mereka menyusup dengan menggunakan seragam SMA ke kelompok pelajar PGRI. Mereka membakar sejumlah bangunan, termasuk kantor bupati di Wamena. Gawat.
Dan terbaru, oleh Wiranto dengan jelas menyebutkan ada sosok Benny Wenda di balik kericuhan di Wamena. Wiranto juga dengan tegas mengatakan KKB mendapat instruksi dari Benny untuk menyerang warga pendatang di Wamena, Papua.
“Kita terus mengejar siapa aksi-aksi provokasi, karena serangan-serangan bersenjata dan mereka menyebar info di media sosial,” ujar Wiranto di kantor Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (4/10/2019) lalu.
Kita berharap aktor nama yang disebut Wiranto ditangkap segera. Kita ingin Pemerintah BELA RAKYAT.
Pki mana perduli nasib rakyat