Cara Menghadapi Bos yang Gila Kerja

Selamat pagi, pak Dr. Suharsono.
Saya Toni Darmawan, umur 47 tahun, karyawan perusahaan swasta lebih dari 10 tahun. Tinggal di Denpasar, Bali. Sudah nikah dan punya 4 orang anak. Dulu pernah punya usaha tetapi gagal dan tabungan habis. Jadi sekarang jadi karyawan.

Saya mulai kerja di perusahaan yang dulu masih kecil. Sekarang berkembang pesat dan memiliki beberapa kantor cabang. Karyawannya sekitar 30 orang.

Bacaan Lainnya

Saya punya jabatan manajer dan punya gaji yang cukup baik. Hanya saja saya kadang-kadang sebel, karena boss saya orangnya gila kerja. Kalau punya kemauan, harus jadi. Apapun resikonya. Kami, karyawan sering ngedumel karena sering lembur dan pulang lambat.

Saya sering berpikir untuk keluar dan bikin usaha sendiri lagi. Tetapi saya tidak memiliki keberanian untuk mengambil keputusan tersebut. Takut gagal lagi.
Saya sering membaca Inspirasi Pagi dari pak Dr. Suharsono. Isinya menarik dan memotivasi saya.

Saya ingin tanya pendapat bapak. Apakah bijak untuk keluar dan mulai bisnis seperti orang-orang yang punya bisnis? Yang kedua, bagaimana sikap saya menghadapi boss yang punya obsesi kebesaran menurut kami?

Terima kasih, atas jawaban dan saran bapak.

Toni Darmawan, Bali (08135*******)

Jawaban:

Pak Toni punya pengalaman yang luar biasa. Ikut terlibat dalam pengelolaan perusahaan dari kecil hingga besar. Perusahaannya punya beberapa kantor cabang, dan punya karyawan banyak. Saat ini punya jabatan sebagai manajer. Pastinya pengalaman pak Toni sangat berharga karena ikut membesarkan perusahaan.

Pak Toni juga sudah punya pengalaman membangun usaha sendiri. Bagaimana susahnya membangun usaha, bapak sudah mengalaminya. Bahkan juga mengalami kebangkrutan sehingga menghabiskan tabungan.

Semua pengalaman itu menjadi pembelajaran bagi kita. Juga sebagai dasar pembuatan keputusan kita kedepan.
Pertama, saya ingin mengajak pak Toni mensyukuri apa yang didapat dari pekerjaan sekarang. Gaji cukup, jabatan manajer, kehidupan keluarga tercukupi. Semuanya harus disyukuri agar Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan lebih banyak lagi apa-apa yang kita syukuri.

Sehubungan dengan pertanyaan bapak, saya ingin memberikan beberapa pendapat yang mungkin dapat dijadikan acuan.

1. Usia pak Toni sudah 47 tahun. Suatu usia yang sudah matang, dan pastinya sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan.

Pada umumnya, usia pensiun bekerja adalah 55 tahun. Berarti bapak masih punya 8 tahun lagi untuk bekerja di perusahaan yang sama. Ini kalau tidak ada program pension dini. Akan lebih bijak bila pak Toni tetap bekerja sampai masa pension.

2. Pengalaman pak Toni cukup banyak. Bapak mengalami perjalanan dan perjuangan membangun perusahaan hingga besar. Bapak punya jabatan sebagai manajer. Kalau bapak ingin punya usaha sendiri, akan lebih baik jika bapak menjadi konsultan. Konsultan manajemen atau konsultan apapun yang bapak ahli dapat menjadi pertimbangan. Perusahaan tempat pak Toni bekerja atau perusahaan lain dapat menjadi klien bapak.

3. Bila ingin memulai bisnis baru, bapak harus punya income lain untuk menopang ekonomi rumah tangga bapak. Istri dan empat orang anak, semuanya pasti butuh biaya. Apalagi bila anak-anak masih pada sekolah.

Memulai bisnis baru pada usia 47 tahun, dengan tanggungan 5 orang anggota keluarga memang suatu kondisi yang memerlukan banyak pertimbangan. Kalau salah, semuanya akan menjadi berantakan.

4. Sukses memang hak semua orang. Untuk menjadi sukses, seseorang tidak harus memiliki usaha sendiri. Kita bisa menjadi sukses walaupun kita bekerja di perusahaan milik orang lain. Kita dapat menjadi intrapreneur, yakni menjadi pengusaha dalam ruang lingkup perusahaan. Kita jual ide, pemikiran, dan sistem pada perusahaan. Perusahaan pastinya akan menghargai kita bila pemikiran kita dapat mengembangkan perusahaan menjadi lebih besar.

5. Pak Toni harus bersyukur memiliki boss yang luar biasa. Pemikiran pemimpin memang berbeda dengan pemikiran karyawan biasa. Pemimpin adalah pemimpi. Pemimpin selalu punya visi besar tentang oraganisasinya.

Pemimpin membangun budaya kerja yang baik. Pemimpin membuat perencanaan dan melaksanakan rencana tersebut. Pemimpin harus melibatkan orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin selalu target oriented.

Kalau pak Toni sering menggerutu, sebel, dan mengeluhkan pekerjaan berarti bapak belum menjadi pemimpin yang baik. Kalau pak Toni ada di posisi boss, apa yang akan bapak lakukan? Mungkin bapak akan melakukan hal yang sama seperti yang boss pak Toni lakukan.

6. Saran saya, bapak ikuti sistem yang ada. Ikuti budaya kerja yang dibangun. Bantu boss pak Toni mewujudkan visi perusahaannya. Nikmati petualangan kerja yang ada. Pelajari hal-hal terbaik dari budaya yang ada. Jadilah pelaku, pemimpin, agen perubahan dalam organisasi. Jangan hanya jadi pengikut.

Pak Toni harus belajar menjadi pengusaha yang memiliki pemikiran berbeda dengan karyawan. Jadilah karyawan yang pengusaha. Suatu saat semuanya akan bermanfaat bagi kehidupan bapak.

Semoga pemikiran diatas dapat menjadi pertimbangan dalam membuat keputusan. Ingat, keputusan kita menentukan masa depan kita dan keluarga.

Semoga bermanfaat!

 

[ Kali ini DR Suharsono memberi kesematan buat Anda sekalian yang ingin curhat, ada personalan hidup yg susah diselesaikan terkait keluarga, karir, bisnis, keuangan dll.

Daftar pertanyaan bisa dihubungi Nomor what’s App 081364923457

Catatan: identitas bisa disembunyikan dan jawabannya dimuat di belarakyat.com

Terimakasih

Cc: DR SUHARSONO, MM, MPd]

 

Pos terkait