JAKARTA – Badan Eksekutif Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama Se-Nusantara (BEM PTNU) bersama Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta serta jajaran civitas akademika dan mahasiswa menggelar acara Ngaji Nusantara bertemakan “Tangkal Politik Identitas, Stop Ujaran Kebencian, Tolak Hoax Menuju Pemilu 2024”.
“Kegiatan ini diselenggarakan dengan tujuan untuk mengedukasi masyarakat terkhusus para mahasiswa agar tidak mudah terpengaruh dengan hoax-hoax yang muncul mendekati tanggal pemilu 2024, supaya pemilu tetap sami dan adil,” ujar Presidium Nasional BEM PTNU Se-Nusantara, Achmad Baha’ur di lokasi kegiatan, Senin (12/2/24).
Pertemuan itu dihadiri beberapa kampus, yaitu UNIV. PTIQ Jakarta Selatan, STAI PUBLISISTIK THAWALIB Jakarta Pusat, UNUSIA Jakarta Pusat, IPRIJA Jakarta Timur, STAI AL AQIDAH Jakarta Timur, MAHAD ALY AN-NU’AIMY Jakarta Selatan, IIQ Jakarta Selatan, STAI SADRA Jakarta Selatan, UNIV. DARUNNAJAH Jakarta Selatan, STAISA Jakarta Utara, STAINDO Jakarta Timur, STAI AL-HIKMAH Jakarta Selatan, STAI AL-HIKMAH GLOBAL Jakarta Selatan, STAI AZ-ZIYYADAH Jakarta Timur, UNIV. ISLAM ASYAFI’IYAH Jakarta Timur.
“Sebagaimana telah disepakati oleh pendahulu kita, bahwa pemilu ini adalah kontestasi resmi yang diakui oleh bangsa dan negara. Jangan jadi penonton, tapi kita harus jadi pemain, harus jadi bagian dari kontestasi ini, untuk memastikan tongkat estafet reformasi kita ini terus berjalan sesuai UUD 45,” kata Ketua STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Jakarta, DR. H. Muslihan Habib.
Dia juga berpesan kepada seluruh mahasiswa harus dan wajib belajar politik karena pemuda harus berperan dari ini semua. Hal-hal berbau politik dan sara, sambungnya, adalah bentuk kerusakan demokrasi.
“Maka dari itu kita harus hindari ini semua penggiringan-penggiringan opini di era digital yang sangat gamblang saat ini, bisa menjadi kekisruhan diantara kita nantinya,” imbuhnya.
Koordinator Wilayah BEM PTNU DKI Jakarta Yusuf Hidayatullah mengatakan, pro-kontra yang terjadi hari ini, jangan sampai mahasiswa menjadi bagian dari mereka. Karena, lanjutnya, khawatir mahasiswa menjadi alat atau objek bagi mereka yang memiliki kepentingan politiknya masing-masing. Cebong dan kampret adalah salah contoh dan bukti bahwa politik itu tidak ada yang abadi.
“Kawan menjadi lawan, lawan menjadi teman. Tergantung kepentingannya masing-masing,” ujarnya saat ditemui wartawan di Kayumanis, Jakarta Timur.
Selain itu, Yusuf menambahkan, sebagai generasi hebat, mahasiswa harus lebih peka dalam merespon segala sesuatu yang terjadi saat ini. Hindarilah segala sesuatu yang dapat menyulut pecah belahnya suatu bangsa.
“Kita semua pasti ingin semua berjalan damai,” harapnya.
Terakhir, dia menghimbau, sebagai mahasiswa harus berwawasan luas, menerima pandangan orang lain dalam perspektif yang berbeda. Warga Indonesia dilahirkan dalam wadah NKRI yang budaya saling menghormati satu sama lain dalam setiap perbedaan.
Berikut ini pernyataan sikap hasil diskusi peran mahasiswa Nahdlatul Ulama dalam menjaga demokrasi aman dan damai:
1. Kami BEM PTNU Se-Nusantara mengajak seluruh masyarakat agar datang ke TPS pada tanggal 14 Februari 2024 untuk menggunakan hak pilih sesuai hati Nurani, jangan takut diintimidasi dan jangan takut diintervesi oleh pihak manapun.
2. Kami BEM PTNU Se-Nusantara mengajak masyarakat agar bersama-sama menjaga Pemilu agar tetap adil dan damai.
3. Kami BEM PTNU Se-Nusantara menolak segala bentuk upaya-upaya memecah belah ummat yang mengganggu stabilitas keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
4. Kami BEM PTNU Se-Nusantara mengajak seluruh masyarakat untuk mengawal pemerintahan Presiden Joko Widodo sampai akhir masa jabatan sebagaimana amanat konstitusi.