Berita koran harian Rakyat Merdeka hari ini (31/01), salah satunya mengabarkan bahwa Anas Urbaningrum, eks Ketua Umum Partai Demokrat, akan bebas pada bulan April tahun ini.
Sahabat beliau, Gede Pasek, yang saat ini menjadi Ketua Umum Partai Kebangkinan Nasional (PKN), memastikan bahwa begitu keluar dari tahanan, Anas akan bergabung dengan PKN dan akan di tempatkan dalam posisi yang terhormat.
Saya pribadi tidak akan mempermasalahkan kembalinya Anas ke ranah politik Indonesia. Itu hal biasa. Tahun ini masyarakat Indonesia sudah diberikan kejutan pembuka dengan bergabungnya kembali Romy ke PPP pasca keluar dari masa tahanan.
Jadi Anas kembali ke dunia politik, bergabung dengan partai yang didirikan oleh sahabat dan para loyalisnya, bukan lagi menjadi satu hal yang mengejutkan. Cukup di jadikan catatan saja.
Saya hanya kagum dengan keputusan SBY dahulu kala yang membatasi ruang gerak Anas hingga kemudian eks Ketua Umum HMI itu mengundurkan diri Partai Demokrat.
Karena jika tujuan SBY adalah Demokrat hari ini, dimana trah Cikeas melanjutkan estafet kepemimpinan, dan ‘Putra Mahkota’ AHY mengambil alih kepemimpinan dari SBY, maka menyingkirkan Anas dan para loyalisnya adalah satu keharusan.
Kita bisa membayangkan kekuatan loyalis Anas hanya dengan melihat lolosnya PKN sebagai peserta Pemilu tahun 2024. Betapa masifnya kekuatan ini hingga mampu membawa partai yang baru saja di dirikan pada tahun 2021, kemudian bisa langsung di tetapkan menjadi partai peserta pemilu di tahun 2022.
Jika gerbong ini tidak melepaskan diri dari Demokrat, tidak membentuk partai baru dan tetap berada di dalam. Maka rencana SBY untuk AHY mungkin tidak akan semulus sekarang.
Kita bisa melihat bagaimana AHY saat ini mencoba melepaskan diri dari bayang-bayang SBY, walaupun gagal. Jika ditambahkan dengan bayangan Anas dan dihantui oleh sekelompok loyalisnya di dalam partai, bisa kita simulasikan betapa sulitnya hidup menjadi AHY.
Walaupun kita tidak bisa menyimpulkan bahwa seluruh anggota dan pengurus PKN adalah loyalis Anas atau eks anggota Demokrat, kita harus mengakui kharisma ketokohan Anas dalam politik.
Terpilih menjadi Ketua Umum partai terbesar di Indonesia pada masanya di usia muda, membuktikan kecakapan Anas dalam berpolitik. Sayangnya konflik kepentingan membawa beliau menjadi seorang tahanan.
Bebasnya Anas pada April tahun ini jelas membawa satu lagi variabel dalam dunia politik Indonesia. Apakah ketokohan beliau mampu membawa PKN lolos ambang batas parlemen 4 persen, dan melenggang ke Senayan, menjadi ujian pertama bagi kecakapan politik Anas.
Dan menarik juga untuk melihat posisi apa yang akan disiapkan oleh Gede Pasek untuk Anas, mungkin posisi yang sama dengan SBY di Demokrat, Anas Urbaningrum akan menjadi Ketua Majelis Tinggi di PKN. Mungkin saja.
Oleh: Muhammad Syaifulloh, Ketua Umum DPP Angkatan Muda Khatulistiwa