Merawat HMI, Indonesia Maju

Oleh: R. Wijaya Dg Mappasomba, eks Sekretaris Umum HMI Cabang Jakarta

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) didirikan pada 5 Februari 1947 silam oleh Lafran Pane dan kawan-kawannya. Saat itu, Indonesia baru merdeka (1945) dan masih mempertahankan kemerdekaan dari gangguan negara Belanda dan sekutunya. Semangat Lafran Pane untuk mendirikan HMI demi menguatkan ajaran Islam pada mahasiswa dan menjaga kedaulatan Indonesia.

Saat ini, HMI memasuki usia yang ke-74, yang telah banyak berbuat demi Islam dan Indonesia. Sejarah awal berdirinya hingga kini, sebuah fakta bahwa HMI bisa melawati tiap era Presiden Indonesia dengan segala dinamikanya. Mulai dari Soekarno dengan orde lamanya, Soeharto dengan orde barunya, BJ Habibie zaman reformasi, KH. Abdurrahman Wahid, Megawati, Susilo Bambang Yudhoyono, dan saat ini Joko Widodo.

Independensi HMI membuatnya dapat bertahan karena mampu menjaga keislaman dan jiwa nasionalisme tetap terpatri dalam sanubari kader dan alumni HMI. Bukan tanpa sebab, Jenderal Besar TNI Soedirman pernah berpidato: HMI bukan saja Himpunan Mahasiswa Islam, tetapi HMI juga Harapan Masyarakat Indonesia.

Merawat HMI

Perkaderan dan perjuangan HMI sebagai bentuk keberlangsungan organisasi yang dilahirkan di Yogyakarta itu. Perkaderan berfungsi untuk memperkenalkan HMI, mengajarkan Islam, membentuk kader agar menjadi khalifah fil ardh (pemimpin di dunia), dan setiap kader ditempah untuk memiliki keyakinan demi mencapai tujuannya.

Bukan saja itu, perjuangan HMI diberbagai bidang tercatat dalam membantu Indonesia pada saat awal kemerdekaan, membantu negara dalam menggalang dana demi korban bencana, memperjuangkan Islam, dan memperjuangkan hak-hak rakyat ke pemerintah. Perjuangan itu sebagai bentuk komitmen HMI dalam menganalisa setiap persoalan dan diaktualisasikan dalam bentuk gerakan.

Setiap langkah HMI tentunya memiliki warna yang berbeda dari zaman ke zaman. Lantaran tantangan dan kondisi yang sering membenturkan HMI pada pilihan independensinya. Sejarah telah membuktikan pada zaman Soekarno, HMI didesak untuk dibubarkan oleh PKI, namun PKI yang ditumpaskan oleh negara hingga menjadi organisasi terlarang. Belum lagi zaman Soeharto, yang saat ikut campur dalam urusan ideologi HMI. Namun semua itu, HMI mampu melewati meskipun dibawah tekanan dari berbagai pihak.

Di usia yang ke-74, HMI seyogyanya mampu lebih merapikan lagi organisasinya, memperkuat kaderisasi, mempertajam analisa, dan memperjuangkan hak-hak konstitusional rakyat Indonesia. Demikian itu merupakan bentuk merawat HMI demi melahirkan insan-insan yang memiliki integritas dalam mempersiapkan kader-kader yang unggul.

 

 

Di era modern dan keterbukaan publik, Indonesia dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia di dunia Internasional. Salah satunya sebagai bukti konkrit, ketika Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta, pihaknya mampu membuat pelayanan cepat dan terbuka di setiap instansi. Dan itu pun diimplementasikan lagi dalam pemerintahan Jokowi saat ini selaku Presiden.

Kemajuan Indonesia, bukan saja andil dari pemerintah belaka. Namun ada civil society di dalamnya yang turut membantu pemerintah dalam mensukseskan kinerjanya. Sebut saja ada Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Dewan Dakwah, dan lain sebagainya. Khusus untuk ormas kemahasiswaan ada HMI, PMII, IMM, GMNI, PMKRI, GMKI, dan lain sebagainya.

Di dalam pemerintahan Jokowi periode pertama, ada Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden yang nota bene alumni HMI dan lain sebagainya. Kemudian, di periode kedua, Presiden Jokowi juga tetap mempercayakan lagi alumni HMI untuk berkiprah di pemerintahan, ada Mahfud MD, Zainuddin Amali, Bahlil Lahadalia, dan lain sebagainya. Dan juga ada Bambang Soesatyo selaku Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI. Hal itu membuktikan bahwa alumni HMI memiliki integritas dan komitmen kebangsaan demi terwujudnya Indonesia maju.

Meskipun alumni HMI sudah banyak dipercayakan oleh Presiden Jokowi untuk memajukan Indonesia, bukan berarti HMI sebagai organisasi independen tinggal diam. HMI tetap pada koridornya dalam melakukan langkah-langkah perjuangannya agar Indonesia sejahtera.

Untuk itu, HMI memiliki tanggung jawab dalam memajukan Indonesia seperti halnya mempertahankan kemerdekaan Indonesia di awal sejarah berdirinya HMI. Bahkan tantangan Indonesia begitu kompleks, sehingga HMI sebagai agent of change dibutuhkan pemikiran dan gerakannya.

Pemikiran HMI sebagai kader umat dan bangsa, tentunya memiliki peran sentral dan strategis yang bisa ditawarkan ke pemerintah. Dan sikap kritis konstruktif HMI terhadap pemerintah dalam berbagai bidang sebagai langkah nyata dalam membantu negara.

Kemudian, gerakan HMI yang berkemajuan juga diperlukan dalam setiap dinamika yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dan pemerintah. Dan akhirnya, semoga HMI semakin jaya dan Indonesia maju. (Jay)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *