Bahas RUU di DPR, Elit vs Massa

Semua RUU yang diributkan hari ini, baik RUU MINERBA, Omnibus Law maupun RUU HIP, berpusar pada persaingan para elit dalam menggasak ekonomi dan kedudukan kekuasaan mereka.

Elite dan massa dipisahkan oleh demarkasi yang lebar dan dalam. Inilah akibat ketimpangan yang terus dijaga oleh elite dalam menjaga kedudukan mereka yang terus berkuasa dan memelihara massa tetap dalam kemiskinan materi dan informasi hingga mental. Dengan demikian elite tetap leluasa memeras dan menyembelih massa guna permainan dan tumbal politik.

Bacaan Lainnya

Demarkasi Massa – Elite akan tetap lebar dan dalam manakala negara tetap mengutamakan usaha skala besar ketimbang usaha kecil milik massa. Usaha skala besar apalagi BUMN merupakan tempat elite mempertahankan kedudukan ekonominya sekaligus tempat menyedot bagaikan parasit terhadap massa secara tidak langsung secara ekonomi. Elite mempergunakan negara sebagai perkakas dan properti semata untuk kelanggengan kedudukan dan kekuasaan ekonomi mereka terhadap massa.

Sulit melihat prospek masa depan dimana ketimpangan elite – massa menyempit manakala sistem demokrasi transaksional dan elektoral masih dibiarkan oleh massa sebagai solusi palsu dalam menciptakan sirkulasi elite. Sebab pada kenyataannya, elite itu sama saja kepentingannya: mengisap surplus tenaga ekonomi massa, walaupun warna partai mereka beragam.

Elite politik itu cara kerja dan mentalitasnya adalah komplotan pemburu keuntungan. Tak ada yang bisa terekomendir menjadi komisaris jika bukan bagian dari komplotan politik (kepentingan).

Adapun massa cara kerjanya berbeda. Massa bekerja secara naluriah saja, dalam memenuhi hajat hidup mereka yang pokok, seperti terlepas secara langsung dari kelaparan dan ketakutan.

Sebenarnya, tidak ada makhluk yang paling pengecut dan takut mati, kecuali elite. Hal itu disebabkan terlalu kuatnya ketergantungan mereka terhadap kehidupan mewah dan serba mudah dan dilayani setiap saat dan tempat.

Apabila massa bergerak menekan elite agar menyingkir dari kedudukan mereka sebagai parasit, maka hanya ada dua yang akan dilakukan elite:

1. Memanipulasi massa agar bentrok antar sesama massa, baik dengan dibayar atau ditipu dengan narasi agama atau sentimen identitas massa.

2. Lari terbirit-birit mencari tempat aman dari kejaran dan perskusi massa yang mengamuk. Bila massa mengamuk terhadap elite, elite sadar bahwa keadaan sudah tidak bisa lagi dikendurkan dan massa diyakinkan, di situ elite itu akan melupakan kenikmatan hidup mereka yang mewah dan hanya memusatkan diri menyelamatkan nyawa dan keluarga mereka saja. Bahkan digertak sedikit saja oleh massa yang mengamuk, elite itu akan mengkerut seperti “anu”.

Jadi sebenarnya, kemapanan dan kelangsungan kedudukan elite ditentukan oleh sikap bungkam dan diam diri massa itu sendiri yang terus ditipu dan dieksploitasi oleh para elite. Sekali massa bangkit dan mengamuk menuntut hak-hak mereka yang diperkosa, maka selesailah riwayat kekuasaan suatu komploton elite.

~ Syahrul Efendi Dasopang, The Indonesian Reform Institute

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *