17 Parpol Lolos Pemilu: Antara Harapan dan Pesimisme Demokrasi RI

Dr. H. Baeti Rohman, MA, Ketua Umum DPN ISQI (Ikatan Sarjana Al-Qur’an Indonesia)

Sikap pesimis terhadap pemilu memiliki akar sejarah yang panjang, sikap ini sudah muncul sejak pemilu langsung yang digelar berulang kali pasca reformasi dinilai tidak berkontribusi pada perubahan nasib bangsa.

Pemilu justru ditunggangi penumpang gelap, baik dari kelompok pemodal hitam maupun dari kandidat yang minim integritas. Namun sangat ambisius memburu kekuasaan, keduanya berkolaborasi, pemodal hitam membiayai kandidat minim integritas yang mereka bisa kendalikan bila kandidat tersebut memenangkan pemilu.

Bacaan Lainnya

Akibatnya, regulasi yang dikeluarkan kandidat saat telah menjabat merupakan pesanan pemodal hitam, bukan kebijakan yang berorientasi pada kemaslahatan rakyat.

Sebaliknya, karena tingginya cost politik dalam pemilu maka kandidat minim integritas membutuhkan sokongan modal besar dari pemodal hitam, terjadilah kolaborasi yang menjadikan rakyat sebagai tumbal, fenomena ini berulang setiap pemilu, akibatnya muncul pesimisme terhadap pemilu dan demokrasi.

Di sisi lain, pihak yang masih menaruh harapan terhadap pemilu dan demokrasi menilai dengan rendahnya kualitas pemilu dan demokrasi akibat ulah penumpang gelap. Namun masih ada ruang untuk memperbaiki kualitas pemilu dan demokrasi.

Meskipun kelompok ini juga sadar bahwa upaya perbaikan tersebut bukan sesuatu yang mudah, membutuhkan usaha keras dan keterlibatan banyak pihak, kelompok masyarakat sipil khusunya NGO dan lembaga pemerhati pemilu dinilai sebagai kelompok di tengah masyarakat yang paling punya perhatian besar terhadap perbaikan kualitas pemilu dan demokrasi.

Bagaimana dengan partai politik? Partai politik semestinya memainkan peran penting dalam mendorong pemilu dan demokrasi berkualitas, namun tingginya sikap paragmatisme di internal parpol menjadi penghalang untuk secara tulus berpartisipasi mewujudkan pemilu dan demokrasi berkualitas.

Pemilu dan demokrasi yang kita rasakan hari ini memang jauh panggang dari api, tetapi kita juga semestinya tidak berputus asa untuk melakukan tindakan guna memperbaiki kualitas demokrasi melalui pemilu, tentu tidak mudah namun bukan berarti mustahil.

Penulis: DR. H. Baeti Rohman, MA, Ketua Umum DPN ISQI (Ikatan Sarjana Al-Qur’an Indonesia)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *