Solusi untuk Sistem Pendidikan Formal Indonesia yang Korup

Sistem pendidikan formal Indonesia sungguh korup dan gagal dan tidak memiliki relevansi dalam menjawab permasalahan hidup yang riil.

Pernyataan ini bukan tanpa alasan. Bayangkan, fenomena berikut. Untuk diterima di tingkat SMP Negeri atau SMA Negeri, karena rintangan sistem rekruitmen siswa baru berbasis nilai raport tertinggi, maka tiba-tiba sulap nilai raport massal terjadi. Tentu banjir uang sogok pun terjadi. Tahun ini, nilai raport siswa-siswa Indonesia mencengangkan karena rata-rata tinggi.

Kemudian karena rintangan sistem zonasi, domisili KK siapa yang terdekat dari lokasi sekolah, mendadak banyak yang pindah KK yang diatur jauh-jauh hari oleh para orang tua. Manipulasi keterangan domisili dan sogokan kepada yang berwenang pun massal terjadi. Setidaknya salam tempel.

Selain itu, ditengarai beberapa anggota dprd dan kepala sekolah serta guru-gurunya beredar kabar memiliki jatah siswa.

Walhasil, manipulasi, kecurangan dan korupsi menembus setiap lini komponen sosial.

Setelah diterima dan lulus dari sekolah formal, anak-anak itu selain sejak dini sudah terkontaminasi oleh penyakit korupsi, juga tidak mempunyai kemampuan untuk memiliki formula solusi bagi masalah kehidupan dirinya secara riil dan aktual.

Oleh katena itu, sudah waktunya, parameter dan kriteria kelulusan sekolah formal dibasiskan dan diorientasikan pada upaya menjawab hal-hal berikut:

Seorang siswa harus mampu menjawab pertanyan berikut dan dijawab secara konkret selama masa studi;

1. Apa project Anda dalam menjawab masalah kehidupan dan upaya kesejahteraan hidupmu?

Itu diterapkan untuk setingkat SMA. Jadi begitu lulus dia sudah siap menerapkan project yang dia susun sendiri menurut minat dan kecenderungannya. Dan selama masa studinya, dia sebenarnya sedang magang dan dilatih agar berhasil mewujudkan project impian hidupnya sendiri.

2. Jika setingkat sarjana, maka pertanyaan yang ditantangkan kepada setiap calon sarjana ialah berapa project hidupmu yang berhasil diwujudkan dan berkembang hingga nanti?

Asumsinya, sejak lulus SMA, seseorang sudah memiliki project yang berhasil dilaksanakan dan dicapai. Maka dia tinggal menambah jenis dan kuantitas atau kapasitas saja. Diharapkan dia menemukan dan menguasai formula dalam menginisiasi project dan mengembangkan.

Segala mata pelajaran dan mata kuliah juga kurikulum disusun berbasiskan tujuan dan desain sekolah atau kuliah untuk memecahkan pilihan-pilihan project hidup orang per orang dari siswa dan mahasiswa tersebut.

Adalah tragedi pendidikan jika masih menerapkan sistem yang beroperasi seperti sekarang ini, yang korup dan disoriented. Walllahu a’lam bisshowab.

Oleh: SE Dasopang, Pengamat Sosial

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *