BANDUNG – Bekal terbaik bagi calon jemaah haji yang perlu disiapkan sebelum berangkah ke tanah suci adalah Bekal Takwah. Sebab, ketakwaanlah yang membuat seseorang meraih haji mabrur.
Hal itu disampaikan Ketua Yayasan Darul Hikam Bandung DR. Ir. H. Sodik Mudjahid, MSc saat menyampaikan materi ‘Keistimewaan Haji untuk Jemaah Haji KHusus Qiblat di Hotel Mercure NExa Bandung, Jawa Barat, Ahad (7/1/2024).
“Saya memberi pembekalan kepada jamaah, bahwa dalam berangkat haji, bekal yang paling utama adalah ketakwaan,” kata Sodik seperti dikutip di akun tiktok dan Instagram Sodik Mudjahid.
@sodikmudjahid2024 Hari ini Ahad 7 Januari 2024 menyampaikan materi keistimewaan haji untuk jamaah haji khusus qiblat di Hotel Mercure Nexa Bandung. Sempat memberi pembekalan kepada jamaah, bahwa dalam berangkat haji, bekal yg paling utama adalah ketakwaan. Karenanya, persiapan terbaik bukan hanya pengetahuan tatacara serta do’a2 saja, tapi menyiapkan mental takwa. #haji #sodikmudjahid #allahuakbar #naikhaji
Menurut Anggota Komisi X DPR RI ini, perjalanan sebagai tamu Allah di tanah suci bukan perkarah mudah. Alasannya, karena banyak yang perlu disiapkan menuju ke sana terutama kesiapan mental takwa.
“Karenanya, persiapan terbaik bukan hanya pengetahuan tatacara serta do’a2 saja, tapi menyiapkan mental takwa,” terang Sodik.
Pada kesempatan itu, Sodik yang pernah aktif di HMI-PII ini mengukit firma Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 197 yang menjelaskan bahwa sebaik-baiknya bekal adalah takwa.
“Dan apabila kamu pergi haji berbekallah, sungguh nya sebaik-baik bekal adalah takwa,” kutipnya.
Surat al-Baqarah ayat 197: اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيْهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوْقَ وَلَا جِدَالَ فِى الْحَجِّۗ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَّعْلَمْهُ اللّٰهُۗ وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ
Al-ḫajju asy-hurum ma‘lūmāt, fa man faradla fîhinnal-ḫajja fa lā rafatsa wa lā fusūqa wa lā jidāla fil-ḫajj, wa mā taf‘alū min khairiy ya‘lam-hullāh, wa tazawwadū fa inna khairaz-zādit-taqwā wattaqūni yā ulil-albāb.
“(Musim) haji itu (berlangsung pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Siapa yang mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, janganlah berbuat rafaṡ, berbuat maksiat, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala kebaikan yang kamu kerjakan (pasti) Allah mengetahuinya. Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat.”