Oleh : Denny JA
Siapa yang menang dalam debat Presiden kemarin, tanggal 12 Desember 2023? Prabowo kah? Anies atau Ganjar kah?
Inilah pertanyaan yang paling hot hari-hari ini. Disusul pertanyaan penting lainnya: seberapa banyak pemilih yang mengubah pilihannya setelah menonton debat kemarin?
Sebelum kita menjawab dua pertanyaan penting, kita simak hasil riset soal debat capres di negara lain.
Scientific America melaporkan tak banyak efeknya dari debat capres kepada pemilih yang menontonnya. Gallup Poll yang juga sudah rutin membuat riset mengenai debat presiden, karena ini tradisi sejak 63 tahun yang lalu, juga mengatakan hal yang sama.
Menurut Gallup, sangat jarang sekali ada debat Presiden yang mengubah ranking calon presiden, yang menjadi the game changer.” Misalnya sebelum debat, capres itu elektabilitsnya nomor satu. Lalu setelah pemilih menonton debat, elektabilitasnya berubah nomor dua.
Lembaga Pointers juga melaporkan hal yang sama. Judul laporannya: Do the debate effect presidential election? Di jawabnya sendiri: Not much! Tak banyak efeknya.
LSI Denny JA sendiri berapa kali juga melakukan survei mengenai efek dari debat presiden. Hasilnya sudah dimuat di beberapa media di tahun 2019. Misalnya Kompas mengutip survei LSI Denny JA yang mengatakan hanya 2,9% saja dari responden yang mengubah pilihannya setelah menonton debat.
Ini profil data hasil debat presiden yang lebih detail. Mereka yang menonton debat itu kita bisa bagi dalam dua kelompok. Pertama, mereka yang sudah memilih siapa capres yang akan mereka coblos. Kedua, mereka yang masih ragu-ragu atas capres pilihannya. Mereka disebut the swing voters.
Penonton debat yang sudah memilih capres, umumnya mengatakan 70% sampai 90% capres yang sudah mereka pilih itulah yang menang debat. Clear. Jelas itu. Bukan capres lain.
Sebanyak hanya 10 sampai 30% mengatakan yang menang debat adalah pihak lawan, bukan capres pilihannya. Tapi mereka pun tetap mengatakan tak mengubah pilihan.
Pemilih yang sudah punya pilihan, mereka tidak mengubah pilihan capres yang didukungnya hanya karena menonton debat.
Namun bagi swing voters, memang benar mereka mengubah pilihan setelah menonton debat. Tapi jumlah yang mengubah pilihannya hanya 2,9% saja.
Dari debat perdana capres 2023, kita bisa analisa tiga hal. Pertama, positioning capres. Kedua, isi dan kualitas materi yang disampaikan. Ketiga, gaya komunikasi capres.
Dari segi positionioning, jelas sekali terlihat, dalam banyak pertanyaan, memang Prabowo memilih melanjutkan dan membela Jokowi.
Posisi Anies Itu sebaliknya. Atas banyak pertanyaan, Anies memilih posisi yang kritis pada Jokowi, dan pro perubahan.
Tapi Ganjar terlihat kesulitan meletakkan posisinya terhadap Jokowi.
Dari isi materi dan kualitas pesan, bisa dikatakan ketiga capres itu seimbang. Gagasan yang ditampilkan oleh Ganjar, oleh Prabowo, dan oleh Anies tidak ada yang terlalu mencolok sekali menangnya.
Tapi ketiga capres sangat berbeda sekali soal gaya komunikasi. Jangan dilupakan, gaya komunikasi ini bahkan 60% paling mempengaruhi pemilih soal siapa pemenang debat capres.
Anies Itu gayanya khas. Serius. Teoritik. Ini gaya seorang intelektual, seorang profesor yang terjun ke dalam politik praktis.
Gaya ini memang disukai dan populer di kalangan terpelajar. Tapi kaum pelajar dalam pemilih Indonesia jumlahnya hanya 10% saja.
Gaya Prabowo, itu ada jenakanya. Ada humornya. Kadang ia menyeletuk: “Anies, Anies.” Atau “Sorry ye.” Juga Prabowo bermain silat ketika moderator memotong ucapannya.
Itu justru membuat audiens tertawa. Gaya jenaka ini lebih disukai oleh pemilih Indonesia pada umumnya, di luar kalangan terpelajar. Dan jumlah mereka jauh-jauh lebih banyak.
Keuntungan Prabowo, gaya komunikasinya itu lebih disukai oleh corak pemilih yang kebetulan di Indonesia sekarang ini jumlahnya paling banyak.
Ganjar bergayanya selayaknya seorang motivator. Ia menyentuh hati. Ia kisahkan pertemuannya dengan pemilih di daerah ini, dan di daerah itu. Ganjar mengesankan pemimpin yang sangat mendengar publik.
Tapi jumlah pemilih yang suka gaya ini masih kalah banyak dibandingkan dengan jumlah pemilih yang senang gaya pidato jenaka, yang ada selipan humornya.
Prabowo juga diuntungkan oleh situasi sebelum debat capres. Aneka survei yang dikerjakan oleh setidaknya tiga lembaga: LSI Denny JA, Kompas dan Indikator Politik, menggambarkan keunggulan telak Prabowo-Gibran.
Berdasarkan data tiga lembaga itu: pendukung Prabowo sekarang jumlahnya antara 39% sampai 45%. Ganjar-Mahfud sekitar 15% sampai 25%. Anies-Muhaimin: 16 sampai 24%.
Kita pun tahu. Bahwa mayoritas pemilih yang sudah memilih mengatakan calon yang sudah dipilihnya itulah yang menang debat capres.
Kesimpulannya bersifat tentatif. Tepatnya, ini hipotesis. Jika ditanya kepada kalangan terpelajar siapa yang menang debat? Lebih banyak yang mengatakan Anies yang menang.
Tapi jika dilempar kepada publik luas, keseluruhan pemilih Indonesia, lebih banyak yang akan mengatakan Prabowo lah yang menang debat capres perdana.
*Penulis adalah Konsultan Politik, Founder LSI-Denny JA, Penggagas Puisi Esai, Sastrawan, Ketua Umum Satupena, dan Penulis Buku.