JAKARTA – Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS) Habib Aboe Bakar memberikan tanggapan atas terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) pada Pilpres 2024.
Menurut Habib Aboe, perubahan kepemimpinan di AS ini memerlukan antisipasi kebijakan oleh Indonesia, khususnya terkait dampak potensial terhadap hubungan bilateral dan kepentingan ekonomi nasional.
“Sebagai negara dengan hubungan bilateral yang strategis, Indonesia perlu memperhatikan kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh Presiden Trump, terutama yang berpotensi mempengaruhi perdagangan, investasi, serta kerjasama ekonomi yang selama ini terjalin. Kami berharap pemerintah siap mengantisipasi setiap perubahan yang dapat memengaruhi kepentingan Indonesia,” jelas Aboe.
Pada bidang perdagangan dan ekonomi, Habib Aboe mengingatkan bahwa kebijakan “America First” yang sering menjadi fokus Trump berpotensi memperketat perdagangan luar negeri, yang mungkin berdampak pada ekspor produk Indonesia ke pasar AS. Selain itu, dalam konteks investasi, perubahan kebijakan yang mendorong repatriasi investasi AS dari luar negeri dapat berdampak pada aliran investasi AS di Indonesia.
“Gubernur BI sudah mengangatkan tiga hal. Pertama, adanya tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Kedua, adanya potensi tekanan kepada arus modal. Ketiga, perlunya mengantisipasi pengaruh terhadap ketidakpastian di pasar keuangan. Tentunya pemerintah harus memberikan atensi terhadap hal tersebut,” terang Anggota Komisi III DPR RI tersebut.
“Ketidakpastian kebijakan AS di bawah Trump cenderung mempengaruhi stabilitas pasar global. Kebijakan Trump biasanya pro-bisnis, langkah yang diambil pastilah pemotongan pajak perusahaan dan deregulasi. Kebijakan tersebut akan menarik kembali investasi AS yang selama ini tersebar di luar negeri. Bagi Indonesia, ini bisa berarti potensi penurunan investasi langsung dari AS dan perubahan dinamika pasar modal”, lanjut Wakil Ketua MKD tersebut.
Terkait isu keamanan regional, Aboe juga menekankan pentingnya kerja sama antara negara-negara ASEAN jika AS mengurangi kehadirannya di kawasan. “Kemitraan strategis di Asia Tenggara perlu diperkuat agar stabilitas dan keamanan kawasan tetap terjaga, khususnya dalam mengantisipasi pergeseran pengaruh di wilayah ini,” pungkasnya.