Menyebut nama Persigawa mungkin tidak semua pecinta sepak bola di tanah air mengenalnya. Dan itu wajar, karena Persigawa dirintis dari gang sempit yang diliputi banyak kekurangan.
Namun, kekurangan itu diracik dengan kesederhanaan dan keihlasan agar enerji remaja bisa tersalurkan dengan baik. Siapa sangka sejumlah nama tenar di dunia sepak bola Indonesia lahir dari dari Persigawa di antaranya ada M Robby mantan pemain timnas dan Adam Alis yang saat ini bermain di Arema Malang bahkan sempat main di Liga Utama Bahrain. Itu di antara pemain Persigawa.
Dan Sekolah Sepak Bola Perkumpulan Sepak Bola Indonesia Gawang (SSB Persigawa) awalnya hanya bermain bola ala kadarnya di kawasan Utan Kayu, Matraman, Jakarta Timur. Kini, Persigawa sudah hadir di beberapa wilayah di Indonesia hingga menjuarai sejumlah turnamen bergensi di negeri ini.
Tahun ini genap usia 36 tahun kipra Persigawa di republik ini membangun sepak bola Indonesia dari gang. Tepatnya di tanggal 7 Juni 1987 lalu Persigawa masih dikenal sebagai Perkumpulan Sepak Bola Gang Wahab.
Dari masa ke masa, Persigawa terus melakukan transpormasi dari berbagai lini mengikuti perkembangan sepak bola dunia. Di dukung, anak didik Persigawa makin banyak dari berbagai tempat di Jakarta hingga se-Jabotabek maka diubahlah Persigawa sebagai Perkumpulan Sepak Bola Indonesia Gawang, tidak hanya mendidik anak Gang Wahab menjadi pesepak bola profesional. Persigawa punya cita-cita tinggi go internasional.
Pendiri alias Founder Persigawa Al Ajri mengaku, tujuan awalnya mendirikan klub sepak bola kala itu biar anak di lingkungannya di Gang Wahab RW 10 Utan Kayu Utara, Matraman, Jakarta Timur tidak terlibat hal negatif seperti narkoba, tawuran dan kenakalan remaja lainnya. Apa yang dicita-citakan oleh Al Ajri terwujud.
“Awalnya, saya mengumpulkan anak-anak biar jauh dari kenakalan. Itu saja. Saya arahkan anak didik saya biar memiliki ahlak yang baik, fisik yang baik, dan mental yang baik,” kata Al-Ajri pada wartawan saat ditemui di rumahnya di Utan Kayu, Matraman, Jakara Timur, Senin (12/6/2023).
Ia mengenang awal dirinya bersama anak didik di Persigawa dari bola plasitk memasuki dunia sepak bola modern. Tanpa modal dan tanpa dukungan dari siapapun, Al Ajri terus melangkah biar anak didiknya yang punya bakat tersalurkan dengan baik.
“Saya pikir-pikir bagaimana kalau main di lapangan besar dan main bola di lapangan besar. Saya temui pengurus lapangan, saya ceritakan kondisi anak-anak ini dan pengurus lapangan mengizinkan anak-anak ini bermain di lapangan. Awalnya, ada yang main dengan sepatu bola, ada juga yang pakai sepatu kets. Makin hari makin banyak, maka saya mendaftarkan diri dengan masuk di Askot PSSI Jakarta Timur.
Al Ajri menceritakan, dirinya melatih anak-anak dari bola plastik di gang sempit tanpa menggunakan alas kaki. Seiring waktu terus bergulir, bola plastik ditinggalkan dengan menggunakan sepatu.
“Awalnya kita pakai bola plastik dari anak-anak kecil di lingkungan saya. Waktu saya kecil dulu itu, kenakalan remaja belum pada narkoba, hanya minuman keras tapi waktu itu sudah mulai ada narkoba. Dulu (pertandingan sepak bola) tidak pakai kelompok umur, tapi pakai ukuran (badan). Tinggi badan berapa? Dari waktu ke waktu, makin banyak anak-anak ingin dididik sama saya, saya kan tak bisa tolak hingga sekarang kita sudah punya cabang 5 meski sempat (diterpa) pandemi Covid-19,” jelas Al Ajri.
Suami Ibu Sani ini mengenang merintis klub sepak bola ini. Ia menyampaikan, banyak pilih dalam perjuangan membangun sepak bola di Indonesia.
Meski demikian, Al Ajri tak pernah mundur memeruskan cita-cita tertingginya biar anak didik Persigawa berprestasi. Betul saja, banyak prestasi yang telah dicapai. Atas prestasi yang sudah diraih, ia bersama kepengurusan Persigawa yang baru punya target baru nan besar ke depannya.
“Banyak kisah perjuangan membangun klub ini. Semua penguat bagaimana Persigawa ke depan bisa lebih maju lagi. Alhamdulillah dengan kepengurusan yang baru kita makin mantap dengan Ketua Umumnya Bang Habib (Habibie Mahabbah). Kita sudah ada Lazis Persigawa, Ada Persigawa Mart dan ada Persigawa Peduli, semua itu kita rintis dari nol tanpa modal, asal jalan saja,” terang Al Ajri.
Saat ditanya, apa Persigawa pernah mendapatkan bantuan? Dengan enteng Al Ajri menjawab Persigawa tak pernah mendapatkan bantuan dari mana pun kecuali dari ALLIANZS, itupun dalam bentuk barang.
“Tidak ada bantuan dari manapun kecuali dari ALLIANZS berbentuk barang alat perlengkapan latihan,” aku Al Ajri.
Dari Mana Biaya Persigawa!
Sebuah wawancara di Gan Channel Youtube dipandu oleh host Bang Joel diposting 2022 lalu, Al Ajri mengungkapkan biaya Persigawa. Al Ajri mengaku biaya tersebut diperoleh dari urunan dari orangtua murid untuk membayar ongkos bensin para pelatih.
Mirisnya, per siswa hanya dikenakan biaya Rp50.000 untuk bayar lapangan yang disewa. Sementara untuk mengganti uang transportasi para pelatih setiap siswa membayar Rp 10.000 per datang.
“Per bulan Rp 50 ribu, sementara per datang anak-anak dikenakan Rp 10 ribu. Pembayaran ini dari tujuannya dari mereka untuk merek,” jawab Al Ajri.
Bang Joel kembali bertanya heran, apa dengan biaya Rp 50 ribu bisa membiayai Persigawa dengan biaya hidup makin tinggi di Jakarta. Di era modern ini, biaya SSB atau akademi sepak bola sangat mahal.
“Sekarang, banyak sekolah akademi atau SSB yang memungut biaya yang luar biasa (mahal) gitu. Apalagi dengan adanya turnamen butuh biaya ekstra. Kenapa Persigawa bisa eksis, 35 tahun loh. Tidak gampang loh, itu bukan waktu yang pendek,” tanya Bang Joel.
“Alhamdulillah, Persigawa tetap eksis meski tidak ada donaturnya. Itu karena kita menjalin kekompakan dan kekeluargaan,” ujar Al Ajri.
“Bahkan bisa menghadirkan pemain Timnas dan pemain top yang ada di Liga Indonesia. Padahal dari Rp50 ribu yaa,” timpal Bang Joel.
Bagaimana jika ada turnamen yang diikuti dari Persigawa? Al Ajir menjelaskan, selain dari orang tua murid, dirinya bertanggungjawab agar pemain tersebut bisa mengikuti turnamen tersebut.
“Orang tua murid kan ada yang mampu, ada yang nggak. Jika anak kita tidak mampu, maka kita bebaskan (pembayarannya) anak itu asal bisa ikut turnamen. Untungnya, pelatih dari alumni Persigawa jadi mereka tahu kondisi bagaimana kita membangun klub ini tanpa uang dan fasilitas yang memadai,” terang Al Ajri.
Secara jelas, Al Ajri mengenang masa sulit merintis Persigawa hingga saat ini. Banyak rintangan yang dilalui dengan kesabaran dan kerja keras. Kunci sukses Persigawa; Sabar, Kerja Keras, Kekompakan dan Kekeluargaan.
“Pasang surut dan berbagai hal kita alami, tapi kita harus ihlas. Sebagai pendidik, kita harus sabar dan bekerja keras dengan berbagai ujian yang ada. Inti dari pembinaan kita di Persigawa, anak-anak kita berahlaq, punya mental bagus, punya fisik yang bagus biar sukses dalam bekerja depannya. Ada yang jadi pemain bola profesional, ada jadi PNS, ada TNI Polri, ada pekerja swasta. Kita ada murid kita si kembar, (Abdur) Rahman Rohim ini jadi TNI, awalnya minta maaf sama saya karena tak bisa jadi pemain Timnas. Dia bilang, ‘Bang Aji (sapaan Al Ajri) mohon maaf tak bisa menjadi Timnas seperti yang diinginkan’ tapi saya bilang, itu sudah sukses karena sudah membanggakan orang tua. Meski tak bisa main sebagai pemain Timnas,” kisahnya.
Untuk itu, Al Ajri ingin agar pembinaan dunia sepak bola di Indonesia makin maju. Baginya, pembinaan adalah hal utama untuk meraih prestasi tinggi.
“Saya sebagai owner sekaligus founders, sekaligus pembina di Persigawa berharap ada pembinaan dari (pemerintah) yang berjenjang dari daerah hingga nasional bahkan internasional,” terangnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Persigawa Habibie Mahabbah, SIP, MM mengaku sudah memiliki formula agar klub bermarkas di Rawamangun-Utan Kayu ini makin maju. Habibie yakin, Persigawa bisa meraih sukses di masa akan datang.
“Dengan banyaknya murid-murid kita yang ikut latihan dan belajar di Persigawa, membuat kita di manajemen berpikir lebih visioner. Alhamdulillah, kita sudah menemukan formula tersebut,” terang Habibie.