Oleh : Jacob Ereste
Dimensi yang paling fundamental dalam kehidupan manusia adalah spiritualitas. Karena dimensi spiritualitas terkait erat dengan beragam masalah budaya manusia.
Akibat dari alienasi, anomali sosial dan berbagai persoalan lain, dalam versi Ngainun Naim dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Tulungagung, munculnya fenomena budaya baru dalam masyarakat, yaitu kegandrungan terhadap segala hal yang berkaitan dengan spiritualitas.
Ketertarikan terhadap dimensi spiritualitas ini ditandai dengan tingginya minat masyarakat. khususnya masyarakat perkotaan mengikuti berbagai kegiatan yang berhubungan dengan aspek spiritualitas.
John Naisbitt dan Patricia Aburdene sudah meramalkan fenomena kebangkitan spiritual. Namun kebangkitan spiritual tidak identik dengan kebangkitan agama. Sebab menurut pasangan suami istri yang jenial itu, spiritualitas dan agama bukan sesuatu yang tunggal.
Fenomena kebangkitan spiritual ini kemudian melahirkan jargon; spirituality yes, organized religion no. Sehingga kebangkitan spiritual dalam perspektif ini merupakan sesuatu yang terlepas dari agama. Dan dalam perkembangan kehidupan sosial masyarakat di berbagai negara Barat, ramalan Naisbitt dan Aburdene, menurut Ngainun Naim menemukan relevansinya.
Meski tidak sepenuhnya benar, tapi secara umum membenarkan ramalan pasangan suami istri yang mengagumkan ini. Setidaknya, ada gairah dan semangat yang meningkat dari masyarakat yang terkait dengan laku spiritualitas.
Kebangkitan spiritualitas dalam versi Naisbitt dan Aburdene seperti yang ditandai oleh gairah dan semangat masyarakat mengikuti beragam kegiatan yang bernuansa spiritualitas.
Termasuk kegemaran warga bangsa asing yang gemar berkunjung ke Indonesia untuk menyaksikan dan mengikuti acara budaya yang memiliki muatan spiritualitas, seperti kunjungan anggota perkumpulan Yoga dunia mengikuti upacara keselamatan untuk bumi di sendang Jawa Barat tahun 2022.
Sehingga penampilan Sri Eko Sriyanto Galgendu sebagai Pemimpin Spiritual Nusantara menemukan model Yoga Raja yang sangat mengagumkan bagi peserta yang hadir dari berbagai negara untuk mengikuti upacara meruat bumi dalam acara yang sangat mengesankan sakral itu.
Di Indonesia pun telah lahir Generasi S (Spiritual For All) Untuk Semua, sebagai reaksi terhadap kepongahan Generasi Z yang mengklaim satu-satunya yang mampu mengatasi masalah generasi muda di Indonesia hari ini.
Fenomena gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritualitas di Indonesia yang sudah digelindingian oleh Sri Eko Sriyanto Galgendu sejak 23 tahun silam, relatif lebih dahulu dari apa yang ditulis atas ramalan John Naisbitt bersama Aburdene itu, sudah menggugah beragam kalangan termasuk mereka yang berada pada wilayah agama sehingga membentuk Forum Indonesia Damai yang terdiri dari semua tokoh dan pemuka agama di Indonesia, hingga ikut menyusul kemudian wakil dari Penghayat Kepercayaan di Indonesia.
Jadi tidak sepenuhnya benar gejala adanya gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual hanya terjadi di dunia Barat. Karena gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual sangat potensial dilakukan oleh masyarakat Timur, khususnya Nusantara yang pernah menikmati masa kejayaannya yang gemilang di masa lampau. Dan negeri Timur akan kembali menjadi kiblat peradaban serta spiritual dunia seperti yang pernah ditandai oleh adanya pusat pendidikan yang bernama Nalendra semasa Kerajaan Sriwijaya berjaya.
Karena itu, upaya untuk perempuan persaudaraan lintas agama dan negara yang tengah dirintis GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) semakin relevan dan mendesak untuk segera dilaksanakan di Indonesia dalam waktu dekat.
*Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa.