PESAN HIKMAH QS Hud: 6: Tidak Ada Suatu Binatang Melata di Bumi Melainkan Allah Memberi Rezeki

PESAN HIKMAH:

Oleh: Munawir Kamaluddin, Dosen UIN Alauddin, Makassar

Bacaan Lainnya

﴿۞ وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ﴾
[ هود: 6]

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).” (QS. Hud: 6)

PENJELASAN PESAN HIKMAH (PPH):

Pesan Hikmah dari ayat Al-Qu’an ini menggambarkan prinsip fundamental dalam keyakinan Islam tentang pengaturan ilahi atas seluruh ciptaan-Nya, termasuk hewan-hewan melata. Melalui pemahaman yang mendalam, kita dapat menguraikan beberapa poin filosofis dan sistematik yang terkandung dalam ayat tersebut:

Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita cenderung mengabaikan keberadaan makhluk-makhluk kecil dan remeh seperti hewan melata. Namun, ayat ini dari Surah Hud mengingatkan kita akan keberadaan dan peran penting mereka dalam ciptaan Allah SWT. Dengan kedalaman filosofis yang terkandung di dalamnya, ayat ini mengajak kita untuk merenungkan hubungan antara penciptaan, pengaturan, dan pengendalian Allah terhadap segala sesuatu di alam semesta.

Pertama-tama, ayat ini menegaskan bahwa rezeki setiap makhluk, termasuk hewan melata, sepenuhnya berasal dari Allah SWT. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada satu pun yang terlepas dari perhatian-Nya, bahkan yang mungkin dianggap remeh oleh manusia. Dalam pandangan Islam, segala sesuatu di alam semesta ini merupakan tanda kebesaran dan kekuasaan Allah, dan rezeki yang diberikan-Nya kepada setiap makhluk adalah bagian dari rencana-Nya yang sempurna.

Selain itu, ayat ini menyiratkan bahwa Allah SWT memiliki pengetahuan yang lengkap tentang setiap detail dalam ciptaan-Nya. Dalam konteks hewan melata, hal ini mencakup pengetahuan tentang tempat tinggal mereka, cara mereka memperoleh makanan, dan semua aspek kehidupan mereka. Pengetahuan yang mendalam ini menunjukkan bahwa tidak ada yang tersembunyi dari-Nya, dan bahwa segala sesuatu telah ditentukan oleh-Nya dengan kebijaksanaan yang luar biasa.

Pengaturan ilahi yang terkandung dalam ayat ini juga mengajarkan kita tentang ketertiban dan harmoni dalam alam semesta. Meskipun mungkin sulit bagi manusia untuk memahami atau menghargai peran hewan melata, mereka memiliki tempatnya dalam ekosistem yang kompleks yang telah diciptakan oleh Allah SWT. Hal ini mengingatkan kita bahwa setiap makhluk, tidak peduli sekecil apapun, memiliki nilai dan tujuan yang telah ditetapkan oleh penciptanya.

Pesan Hikmah yang terdapat dalam surah Hud ayat :6 ini menghubungkan segala sesuatu dengan Kitab yang nyata, yang disebut Lauh Mahfuzh. Lauh Mahfuzh adalah kitab yang berisi takdir dan rencana ilahi yang tidak dapat diubah oleh siapapun. Dengan demikian, ayat ini mengajarkan kita bahwa segala sesuatu telah ditentukan oleh Allah SWT sejak awal, dan bahwa tugas manusia adalah untuk menerima ketentuan-Nya dengan lapang dada dan menjalankan kehidupan sesuai dengan ajaran-Nya.

Secara keseluruhan, ayat ini tidak hanya menyampaikan pesan tentang pengaturan ilahi dalam alam semesta, tetapi juga mengajak kita untuk merenungkan kebesaran, kebijaksanaan, dan rahmat Allah SWT. Melalui pemahaman yang lebih dalam tentang ayat ini, kita dapat memperkuat keimanan dan ketaatan kita kepada-Nya, serta mengembangkan rasa syukur dan kepedulian terhadap seluruh ciptaan-Nya.

Tulisan di atas menggambarkan pesan hikmah dari ayat Al-Quran yang menekankan pengaturan ilahi rezeki bagi seluruh ciptaan, termasuk hewan-hewan melata. Namun, sementara ayat tersebut secara khusus menyoroti rezeki bagi hewan melata, kita juga dapat mengaitkannya dengan konsep rezeki bagi manusia dan makhluk lainnya.

Allah SWT dalam Al-Quran menyatakan bahwa Dia adalah pemberi rezeki bagi setiap makhluk di alam semesta, baik manusia maupun hewan, dan bahkan tumbuhan. Oleh karena itu, konsep pengaturan ilahi dalam rezeki tidak hanya berlaku untuk hewan melata, tetapi juga untuk seluruh makhluk ciptaan-Nya.

Pada manusia, Allah SWT telah menetapkan rezeki masing-masing sesuai dengan kehendak-Nya. Hal ini termasuk rezeki dalam bentuk materi, seperti harta dan penghidupan, serta rezeki yang lebih luas, seperti kesehatan, kebahagiaan, dan ketentraman jiwa. Semua ini telah diatur dan ditetapkan oleh-Nya dalam ketetapan-Nya yang maha bijaksana.

Selain manusia, rezeki juga telah diatur bagi makhluk-makhluk lain, seperti binatang, burung, ikan, dan tumbuhan. Allah SWT menciptakan setiap makhluk dengan kebutuhan dan keperluannya sendiri, dan Dia memberikan rezeki yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Sebagai contoh, Allah SWT memberi rezeki rumput kepada sapi, biji-bijian kepada burung, dan air kepada ikan.

Dalam konteks ini, pengaturan ilahi rezeki tidak hanya mencakup aspek materi, tetapi juga mencakup aspek spiritual dan kebutuhan hidup yang lebih luas. Semua ini mencerminkan rahmat dan kebijaksanaan Allah SWT dalam menciptakan dan mengatur alam semesta.

Oleh karena itu, ketika kita merenungkan ayat tersebut, kita tidak hanya diingatkan akan pengaturan ilahi dalam rezeki bagi hewan melata, tetapi juga untuk mengenali dan bersyukur atas rezeki yang telah Allah SWT berikan kepada kita sebagai manusia. Selain itu, kita juga diajak untuk memperhatikan dan menghargai rezeki bagi seluruh makhluk di alam semesta ini, sebagai bentuk penghargaan terhadap kebijaksanaan dan rahmat-Nya.

Dengan pendekatan holistik, mari kita telaah ayat tersebut secara lebih analitis, filosofis, sistematis, dan komprehensif:

1. Analisis Filosofis

– Ayat ini menegaskan bahwa segala sesuatu di alam semesta ini adalah hasil penciptaan Allah SWT. Ini mencerminkan konsep tauhid dalam Islam, bahwa tidak ada tuhan selain Allah SWT, yang menciptakan dan mengatur seluruh ciptaan-Nya.
– Filosofi di balik pengaturan ilahi dalam rezeki dan pengetahuan yang luas tentang makhluk-makhluk melata menggambarkan bahwa Allah SWT adalah Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui. Hal ini mengajarkan manusia untuk merenungkan keagungan dan kebijaksanaan-Nya dalam menciptakan serta mengatur alam semesta.

2. Analisis Sistematik

– Ayat ini membawa dimensi sistematis dalam pemahaman tentang kehidupan dan alam semesta. Setiap makhluk, termasuk hewan-hewan melata, memiliki tempat dan peran yang telah ditentukan dalam ekosistem yang kompleks.
– Konsep sistematis ini menekankan bahwa alam semesta ini tidak tercipta secara acak, tetapi diatur dengan cermat oleh Allah SWT. Setiap aspek kehidupan memiliki hubungan yang terkait satu sama lain, menciptakan keseimbangan dan harmoni.

3. Analisis Holistik

– Dengan pendekatan holistik, ayat ini mengajarkan manusia untuk melihat alam semesta dan kehidupan dengan pandangan yang menyeluruh. Segala sesuatu, dari yang terbesar hingga yang terkecil, saling terkait dan membentuk bagian integral dari ciptaan Allah SWT.
– Melalui pemahaman yang holistik, manusia diajak untuk memahami bahwa segala sesuatu memiliki tujuan dan makna yang telah ditetapkan oleh penciptanya. Tugas manusia adalah untuk menjalani kehidupan sesuai dengan kehendak-Nya dan menjaga keseimbangan alam semesta.

Dengan menggabungkan analisis filosofis, sistematik, dan holistik, kita dapat memahami ayat ini secara lebih komprehensif. Hal ini mengajarkan kita untuk menghargai kebesaran dan kebijaksanaan Allah SWT dalam menciptakan alam semesta, serta memperkuat keimanan dan ketaatan kita kepada-Nya.????

SEMOGA BERMANFAAT

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.