PESAN HIKMAH
Oleh: Munawir Kamaluddin, Dosen UIN Alauddin, Makassar
QS.Al-Anam: 44:
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّىٰ إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُم بَغْتَةً فَإِذَا هُم مُّبْلِسُونَ﴾
[ الأنعام: 44]
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.
(QS.Al-Anam: 44)
PENJELASAN PESAN HIKMAH( PPH):
Ayat ini menyoroti tentang konsekuensi dari melupakan peringatan atau ajaran yang telah diberikan kepada seseorang. Mari kita urai dengan mendalam:
1. Latar Belakang:
Ayat ini menyoroti kondisi manusia yang cenderung melupakan ajaran atau peringatan yang telah diberikan kepada mereka. Ini mencerminkan sifat manusia yang terkadang terpaku pada urusan dunia dan melupakan aspek spiritual atau moral dalam kehidupan mereka.
2. Peringatan yang Dilupakan:
Pengabaian terhadap peringatan atau ajaran yang telah diberikan kepada manusia menggambarkan betapa mudahnya manusia terbawa arus kesenangan duniawi dan melupakan nilai-nilai yang seharusnya dipegang teguh. Ini adalah pengingat akan fitrah manusia yang terkadang terpaku pada kebutuhan jasmani dan melupakan kepentingan spiritual.
3. Pintu-pintu Kesenangan:
Allah menggambarkan bagaimana ketika manusia melupakan-Nya, Dia membukakan “pintu-pintu kesenangan” bagi mereka. Ini mencerminkan ujian bagi manusia, di mana kesenangan dunia seringkali menjadi godaan yang menghalangi manusia dari pencapaian tujuan spiritualnya. Kesenangan dunia bukanlah hal yang salah, tetapi ketika manusia terlalu terpaku padanya dan melupakan peranannya sebagai hamba Allah, itu menjadi masalah.
4. Siksa yang Sekonyong-konyong:
Ketika manusia terlena oleh kesenangan dunia dan melupakan peringatan-Nya, Allah dapat menguji mereka dengan menimpakan siksa secara tiba-tiba dan tidak terduga. Ini menunjukkan bahwa manusia sering kali lalai dan terlena oleh kesenangan duniawi, dan bahwa Allah memiliki kuasa untuk mengingatkan dan menguji hamba-Nya. Siksa tidak selalu bersifat fisik, tetapi juga bisa berupa kekosongan batin, ketidakpuasan, atau kebingungan hidup.
5. Reaksi Manusia:
Allah menjelaskan bagaimana manusia yang sebelumnya bergembira dengan kesenangan dunia, tiba-tiba terdiam dan berputus asa ketika mereka dihadapkan dengan siksa-Nya. Ini menggambarkan betapa rapuhnya kesenangan dunia dan betapa pentingnya untuk tidak melupakan ajaran-Nya. Reaksi manusia yang terkejut dan putus asa menunjukkan ketidakstabilan kesenangan dunia yang sebelumnya mereka anut.
Dengan demikian, ayat ini tidak hanya menyoroti perilaku manusia dalam menghadapi kesenangan dunia, tetapi juga mengajak kita untuk merenungkan betapa pentingnya menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat, serta mematuhi ajaran-ajaran agama atau nilai-nilai moral yang telah diberikan kepada kita.