Pengaruh Budaya Asing, Ancaman atau Peluang Peradaban?

 

Anak-anak Indonesian lebih suka pizza, apakah itu masalah atau peluang? Ya, bisa masalah, tapi juga terbuka peluang. Menjadi masalah bagi eksistensi makanan khas Indonesia. Bisa juga menjadi peluang hadirnya jenis kuliner baru, yaitu pizza aneka rasa berciri Nusantara.

Di kampung Komering di Sumatera Selatan, ada kue olahan mirip pizza, namanya bingka. Bingka ini campuran olahan tepung terigu dengan pisang matang. Adonan pisang dan terigu dimasak di kuali dengan sedikit sekali minyak. Nah, pengombinasian pizza dan bingka ini, bisa menghasilkan kue baru. Bahan-bahannya pun tentu disesuaikan dengan kondisi di wilayah setempat. Tentu kuliner baru ini akan memperkaya budaya dan peradaban Indonesia.

Aspek budaya Indonesia lainnya berupa wayang. Wayang ini merupakan warisan seni budaya yang bagus. Inspirasi utamanya berasal dari budaya luar, yaitu cerita Ramayana dan Mahabarata dari India. Ketika masuk ke wilayah Nusantara, cerita wayang ini tidak sepenuhnya sama dengan negeri asalnya, India. Ia mengalami perubahan/ pengubahsuaian dengan situasi dan kondisi di Indonesia. Pengubahsuaian itu melahirkan wayang Jawa, wayang Sunda, wayang Betawi, dan lain-lain. Cerita wayang tersebut pun telah menginspirasi lahirnya wayang orang, ketoprak, maupun ludruk. Tentu berbagai seni budaya ini telah memperkaya khasanah budaya dan peradaban bangsa Nusantara. Hebatnya lagi, India sebagai pemasok utama dan pertama cerita Ramayana dan Mahabharata tidak pernah mempermasalahkan atau menggugat budaya Nusantara tersebut. Mereka legowo, bahkan bangga bahwa budaya nenek moyang bangsa mereka telah banyak memengaruhi budaya dan peradaban yang nun jauh di sana, di tanah Nusantara. Toh, pengaruh mempengaruhi budaya, sudah lumrah terjadi. Biasanya lagi, budaya dan peradaban besar dan lebih tua, banyak memengaruhi budaya dan peradaban lain sesudahnya.

Jadi, jangan khawatir terhadap pengaruh. Budaya dan peradaban suatu bangsa di dunia ini, selalu saling pengaruh mempengaruhi. Tidak ada budaya dan peradaban yang murni (suci dari hadas besar dan hadas kecil). Apa lagi yang murni total diturunkan begitu saja dari langit.

Berbicara tentang kekhawatiran adanya pengaruh budaya dan agama dari luar, tentu nenek moyang kita dulu bangsa Sriwijaya, amat khawatir pengaruh dari luar. Agama Budha dan budayanya begitu dalam berpengaruh terhadap kerajaan Sriwijaya yang besar. Bahkan, cerita dari pelaut/ pengembara Cina, menggambarkan orang-orang dari wilayah Nusantara dan bahkan Asia Tenggara, kalau ingin belajar secara mendalam tentang agama Budha, mestilah belajar ke kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang. Akan tetapi, sejarah membuktikan, justru agama luar dan budaya luar tersebut mengalami pengubahsuaian dengan situasi dan kondisi di Nusantara. Terbukti pula, justru pengaruh tersebut memperkaya khasanah budaya dan peradaban Nusantara.

Jadi, para pemuka agama Budha di Sriwijaya pada masa itu tidak sedang memusnahkan budaya Nusantara yang telah lebih dahulu ada. Hal yang terjadi, malah justru memperkaya khasanah budaya dan peradaban bangsa.

Dengan begitu, berarti tarik-menarik, pengaruh-mempengaruhi, antarbudaya dan antarperadaban, bahkan antaragama merupakan sesuatu yang amat lumrah terjadi. Bahkan sejarah membuktikan bahwa saling pengaruh-mempengaruhi itu justru memperkaya budaya dan peradaban suatu bangsa. Yakinlah bahwa Tuhan Yang Mahatahu mengetahui apa-apa yang terbaik bagi suatu bangsa. Semoga.

Jakarta, 11 Juni 2023

Erfi Firmansyah,
Pengamat Bahasa dan Budaya UNJ

Pos terkait