Masa pandemic COVID-19 seperti ujian bagi setiap pemimpin, kalimat bijak “pemimpin diuji saat krisis” benar adanya dan masa pandemic COVID-19 menjadi medan ujian itu. Dimasa inilah kualitas pemimpin benar-benar diuji dan warga menilai langsung cara pemimpin memimpin. Ujian ini berlaku bagi seluruh umat manusia di dunia, dari pemimpin keluarga, pemimpin tingkat RT, pemimpin tingkat RW, sampai pada level Kabupaten/Kota, pemipin Provinsi dan juga Presiden. Sekaligus ini juga ujian bagi diri kita sendiri menekan dan mengendalikan diri sendiri untuk komitmen jalankan protap.
Penyebaran COVID-19 yang begitu mudah bagi siapa saja yang tidak disiplin menjalankan prosedur tetap (protap) kesehatan menguji pemimpin tidak hanya cepat dan tepat dalam mengambil kebijakan tetapi juga menguji kempuan pemimpin menyampaikan narasi agar rakyatnya mampu menahan diri diam di rumah saja, jaga jarak dan tidak berkerumun. Butuh kebijakan cepat dan tepat sebab COVID-19 yang telah menjadi pandemic juga menyebar dengan sangat cepat. Lambatnya pemimpin mengambil kebijakan atau bahkan salah mengambil kebijakan tentunya pasti berdampak bertambahnya pasien COVID-19.
Pada saat yang bersamaan, COVID-19 yang penyebarannya begitu cepat sejauh ini hanya dapat diputus penyebarannya lewat kedisiplinan tinggi warga mengikuti protap kesehatan. Tetap di rumah saja, jika keluar rumah wajib gunakan masker, tidak diizinkannya menggelar acara berkerumun, jaga jarak satu meter, cuci tangan rutin dengan air dan sabun dan lain sebagainya adalah sejumlah protap kebersihan dan disiplin hidup untuk memutus mata rantai COVID-19. Secara teori sejumlah protap ini terkesan mudah tetapi setelah dijalankan apalagi untuk masyarakat seperti di Indonesia yang terbiasa dengan budaya serimonial dan budaya gotong royong menjadi sangat sulit diterapkan. Disini butuh pemimpin yang mampu menyampaikan pesan kesehatan dengan artikulasi yang tersusun secara sistimatis, dengan bahasa dan gesture yang mudah dicerna, dan sistimatika berfikir yang jelas. Jika ini tidak dapat dilakukan oleh seorang pemimpin maka arahan bahkan perintah menjalankan protap kesehatan di masayarakat justru akan menjadi pemicu konflik aparat dan warga.
Anies Baswedan, Gubernur Provinsi DKI Jakarta satu dari sedikit pemimpin dunia yang dinilai berhasil cepat, tepat mengatasi pandemic COVID-19. Anise juga dapat menyampaikan pesan dengan bahasa yang terstruktur, mudah dimengerti dan dengan alasan yang tepat, sehingga tidak menimbulkan kegaduhan interpertasi ditengah masyarakat. Hasil survei yang disampaikan Anies pada tanggal 4 Juni 2020 mengakhiri Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ketiga lewat konferensi pers menyebutkan kesuksesan mengendalikan penyebaran COVID-19 karena 60% warga Jakarta menjalankan prosedur tetap kesehatan masa pandemic COVID-19. Kemampuan Anies menyampaikan narasi yang sangat baik juga mislanya terlihat ketika Anies menjelaskan dengan nada perintah kepada Aparatur Sipil Negara (ASN) DKI Jakarta tentang maksud dan tujuan memangkas 50% Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) ASN DKI Jakarta. Seperti warga Jakarta begitu juga respon positif ASN DKI Jakarta.
Sabtu, 06 Juni 2020, pukul 21.20 lewat media social facebook Anies Baswedan memposting pertemuan virtual para Gubernur/Walikota di Dunia dalam “Mayoral Meeting, Cities Against COVID-19 GLOBAL SUMMIT 2020-Virtual” yang diselenggarakan Selasa, 2 Juni 2020. Dalam acara tersebut Gubernur DKI Jakarta menjadi salah satu pembicara dari empat pembicara utama yang ditunjuk panitia, diantaranya, Sebagai Pembicara Kunci adalah Walikota Seoul, Mr. Park Wonsoon, dilanjutkan dengan 4 pembicara utama yaitu 1) Walikota London, Mr. Sadiq Khan, 2) Gubernur Maryland, Mr. Larry Hogan, 3) Gubernur Jakarta, Mr. Anies Baswedan, 4) Walikota Moscow, Mr. Sergei Sobyanin.
Pertemuan secara virtual Anies Baswedan dengan para pemimpin dunia membicarakan solusi memutus mata rantai penyebaran pandemic COVID-19 tentu bukan sekali saja, ini dilakukan Anies bahkan berkali-kali. Pertemuan berkala secara virtual dengan pempimpin dunia ini juga yang membuat Anies lebih sigap, cepat, dan tepat mengambil keputusan hadapi pandemic COVID-19. Setidaknya Anies belajar dari Negara dan Kota lain di dunia yang lebih dahulu dihantam pandemic COVID-19. Sebagaimana yang pernah dijelaskan Anies dalam satu pertemuan di acara Indonesia Lawyers Club oleh stasiun televis TVOne.
Anies dalam keterangan-keterangan pers dan juga penjelasan terkait penangan pandemic COVID-19 selalu tampil dengan penuh percaya diri. Apa yang membuat Anies selalu bersikap pasti dan konsisten melawan penyebaran COVID-19 jawabannya adalah Sains sebagai pijakan Anies. Anies yang lahir dari keluarga berpendidikan, Ayahnya, Drs. Rasyid Baswedan, merupakan dosen di Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, sementara ibunya, Prof. Dr. Aliyah Rasyid, M.Pd. merupakan guru besar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta, membuatnya mengambil keputusan selalu berdasarkan fakta, data dan riset. Menghadapi pandemic COVID-19, Anies tetap menunjukan kualitasnya sebagai pemimpin yang cendekiawan sehingga menghadapi pandemic COVID-19 Anies selalu menggunakan pendapat para ahli epidemiologic dari Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.
Dengan data sains dari para ahli epidemiologic dan belajar dari pengalaman Negara-kota besar dunia yang lebih dahulu menghadapi pandemic COVID-19 keputusan Anies selalu konsisten mementingkan nyawa manusia diatas segalanya. Dalam salah satu kesempatan lain di ILC TVOne, Anies mengatakan, “Kehilangan pekerjaan itu memang amat berat, tapi kehilangan nyawa tidak tahu bagaimana mengembalikannya. Jika kehilangan pekerjaan nantinya dapat dicari jalan keluar dan solusinya. Tapi kalau kehilangan nyawa saya rasa belum ada rumus untuk mengembalikan itu”.
Karena yang dihadapi adalah wabah virus yang menyebarkan penyakit maka sudah sangat tepat kebijakan yang diambil bersandar pada sains dalam hal ini ilmu epidemiologic. Sifat sains yang pasti maka setiap keputusan juga menuntut konsistensi dan kekonsistensi ini taruhannya nyawa manusia. Keputusan yang bersandar pada hasil riset sains sudah pasti minim perdebatan bahkan tidak ada perdebatan, pun jika harus didebat dibutuhkan pendekatan teori sains yang lain, dan ini tidak dimiliki banyak orang kecuali ahlinya.
Kegaduhan menghadapi pandemic COVID-19 dikarenakan pilihan pijakan keputusan dan pilihan mengutama kan nyawa manusia. Selama nyawa manusia bukan menjadi prioritas untuk diselamatkan menghadapa pandemic COVID-19 maka pijak keputusan sudah pasti bukan sains. Dan Anies memilih menyelamatkan nyawa warga Jakarta dari bahaya pandemic COVID-19 dengan pendekatan sains. Dengan memilih jalan sains maka, Anies jauh dari perdebatan baik itu ekonomi apatahlagi politik.
Selesai….
AMR
Sekum PW. MASIKA-ICMI DKI Jakarta