Orang Mukmin Saling Mencintai, Mengasihi, dan Menyayangi Bagaikan Satu Tubuh

PESAN HIKMAH:

Oleh: Munawir K, Dosen UIN Alauddin Makassar

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Orang-Orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).”
( HR. Muslim)

PENJELASAN PESAN HIKMAH (PPH):

Pesan Hikamah dari Hadits ini menggambarkan sebuah metafora yang mendalam tentang hubungan antar sesama mukmin dalam masyarakat Islam. Mari kita analisis secara sistimatis :

1. “مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ”Perumpamaan Mukmin Sebagai Satu Tubuh:

Hadits menyamakan hubungan antar mukmin dengan sebuah tubuh manusia. Tubuh manusia terdiri dari berbagai anggota yang berbeda, namun bersatu dalam satu kesatuan yang utuh. Demikian pula, masyarakat Muslim terdiri dari individu-individu yang berbeda, namun saling terhubung dalam satu ikatan keimanan yang kokoh.
2. “مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ”Salah Satu Anggota Tubuh Sakit:

Jika salah satu anggota tubuh mengalami sakit, misalnya terkena luka atau penyakit, maka seluruh tubuh akan merasakan dampaknya. Hal ini mencerminkan solidaritas dan kepedulian antar sesama mukmin ketika ada yang mengalami kesulitan atau penderitaan. Mereka tidak hanya merasa simpati, tetapi juga ikut berpartisipasi dalam meredakan penderitaan tersebut.

3. “تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى”Reaksi Tubuh Terhadap Sakit:

Tubuh secara otomatis akan merespon ketika salah satu anggotanya sakit. Ini tercermin dalam kalimat “tadā‘ā lahu sā’irul jasad bi as-sahari wal-ḥumma” yang berarti bahwa seluruh tubuh akan ikut merasakan sakit dengan terjaga (tidak bisa tidur) dan merasakan panas (turut merasakan sakitnya). Reaksi tubuh ini mencerminkan sikap empati dan kepedulian yang mendalam.

4. Makna Filosofis:

Metafora ini mengandung makna filosofis yang dalam. Hubungan antar sesama mukmin tidaklah sekadar hubungan sosial biasa, tetapi mencakup dimensi spiritual dan kebersamaan yang mendalam. Mereka tidak hanya terikat oleh ikatan kekerabatan atau hubungan fisik semata, tetapi juga oleh ikatan iman yang menghubungkan hati dan jiwa mereka.

Saling Mencintai, Mengasihi, dan Menyayangi:

Kunci dari hubungan yang dijelaskan dalam hadits ini adalah saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi. Ini menunjukkan bahwa solidaritas dan kepedulian antar sesama mukmin tidak hanya bersifat pasif atau sekadar simpati, tetapi juga aktif dalam bentuk tindakan nyata untuk membantu sesama yang membutuhkan.

Dengan demikian, hadits ini mengajarkan kepada umat Islam tentang pentingnya memelihara hubungan yang baik antar sesama mukmin, serta pentingnya sikap empati, solidaritas, dan kepedulian dalam membangun masyarakat yang berkeadilan dan harmonis.

Dari uraian dan analisis yang mendalam dengan menggunakan pendekatan filosofis dan sistimatis diatas, maka kita bisa simpulkan hal berikut:

1. Solidaritas dan kebersamaan adalah dasar yang penting untuk membangun masyarakat yang damai dan adil. Ketika kita saling membantu dan peduli satu sama lain, kita bisa mengatasi masalah bersama dengan lebih baik.

2. Pentingnya memiliki perasaan empati dan peduli terhadap sesama adalah hal yang universal. Ini berlaku di semua bidang kehidupan, baik itu dalam hubungan antarindividu, keluarga, masyarakat, bahkan antarnegara.

3. Konsep tentang ikatan batiniah yang menghubungkan hati dan jiwa dalam keimanan mengajarkan kita tentang pentingnya membangun hubungan yang mendalam dan bermakna. Hal ini melampaui hanya hubungan fisik atau materi.

Dengan memahami pesan ini secara sederhana, kita diingatkan akan pentingnya menjaga nilai-nilai kemanusiaan, saling mendukung, dan saling mencintai untuk membangun masyarakat yang lebih baik bagi semua orang.

SEMOGA BERMANFAAT

Pos terkait