Muhammad Rifai Darus dan Tikus-tikus Birokrasi Menikam Gubernur Papua dari Belakang

Oleh: By Marinus Yaung, Dosen UNCEN

RIFAI DARUS DAN TIKUS – TIKUS BIROKRASI TELAH MENIKAM GUBERNUR LUKAS ENEMBE DARI BELAKANG

Kepada Yth :
Bapak Lukas Enembe, Gubernur Provinsi Papua
Di Jayapura, Papua.

Shalom dan salam kesembuhan ilahi bagi Bapak Gubernur. Saya sudah berdoa kepada Tuhan Yesus dua minggu yang lalu, sehingga saya percaya Bapak Gubernur sudah melewati masa kritis dan akan pulih kesehatannya.

Ijinkan saya menulis surat terbuka ini untuk memberikan masukan konstruktif terhadap Bapak Gubernur. Karena Bapak Gubernur Enembe memiliki hati yang tulus mensejahterahkan rakyat Papua. Tetapi iblis dan pengikutnya tidak senang kalau Bapak Gubernur berhasil dalam kepemimpinannya.

Karena itu iblis dengan liciknya beroperasi disekitar kekuasaan Bapak Gubernur Enembe. Dalam politik dan kekuasaan pemerintahan, ada ideologi yang masih hidup bahwa musuh paling berbahaya adalah orang – orang terdekat. Merekalah yang memiliki potensi besar menikam dan membunuh karir politik kita.

Orang – orang seperti Rifai Darus dan kelompoknya, yang saya sebut tikus – tikus birokrasi, adalah musuh paling berbahaya dan beresiko disekitar kepemimpinan Bapak Gubernur Enembe. Mereka tidak sayang Bapak Gubernur dan rakyat Papua. Misi mereka merampok uang otsus Papua sebanyak mungkin. Sehingga pembangunan di Papua gagal. Rakyat Papua akan terus salahkan Bapak Gubernur Enembe dan Presiden Jokowi.

Betapa jahatnya dan iblisnya, Rifai Darus dan tikus – tikus birokrasi koloninya. Mereka makan enak sambil pesta pora, Gubernur Enembe dan Presiden Jokowi yang harus cuci piring makan mereka. Benar – benar iblis.

Mereka adalah salah satu sumber kegagalan pembangunan di Papua. Sumber Uang otsus Papua dan fasilitas privasinya adalah tujuan utama mereka ” menjilat ” disekitar kekuasaan Gubernur Enembe.

Demi kepentingan mereka merampok uang otsus Papua. Rakyat Papua mau mati karena karena buruknya infrastruktur kesehatan, mereka tidak peduli. Mereka akan menyingkirkan pejabat – pejabat berkompeten yang menghalagi niat jahat mereka merampok uang otsus, dari kursi jabatannya.

Kedok dan modus kejahatan mereka terbongkar atau terkuak saat ini. Melalui juru bicara Gubernur Papua, Rifai Darus, seorang politisi dan bukan ASN Pemda Papua, muncul pernyataan manipulatif dan pembohongan publik. Rifai Darus seperti seorang ” gubernur kecil ” yang memimpin para tikus – tikus birokrasi.

Pernyataan Rifai Darus tentang pencopotan pejabat eselon II di Pemprov Papua, itu ibarat MALING TERIAK MALING. Pencuri atau para perampok yang ingin mencuri uang di bank, tetapi terhalang banyak orang termasuk security bank, mereka membuat kegaduhan lain, sehingga teralihkan perhatian semua orang di bank kepada kegaduhan tersebut.

Kegaduhan dibuat di luar bank, sehingga mereka bisa dengan leluasa melakukan niat jahat mereka di dalam bank. Ilustri ini menggambarkan bagaimana elit partai politik dan pejabat bermental korup bekerja di sekitar kekuasaan Gubernur Enembe. Tujuan utama mereka, merampok uang milik rakyat Papua. Uang rakyat mereka rampok untuk menghidupi dirinya, keluarganya dan partai politiknya.

Sehingga kehadiran mereka merupakan ancaman serius terhadap keberhasilan pembangunan di Papua. Selama para perampok ini bebas berkeliaran di sekitar kekuasaan Bapak Gubernur Enembe, rakyat Papua akan tetap menderita. Rakyat Papua akan tetap jadi korban pembangunan dan modernisasi. Karena itu, tikus – tikus birokrasi seperti Rifai Darus dan gang perampoknya, sudah harus dievaluasi keberadaan mereka di sekitar Bapak Gubernur Enembe.

Karena sekali lagi kalau tikus – tikus birokrasi seperti Rifai Darus dan koloninya, dibiarkan bebas berkeliaraan di sekitar kekuasaan Gubernur Lukas Enembe, maka pejabat eselon yang berkompeten dan berintegritas, akan disingkirkan mereka. Karena bagi Rifai Darus dan tikus – tikus birokrasi koloninya, pejabat berkompeten dan berintegritas seperti Aloysius Giay dan Christian Sohilait, adalah ancaman bagi misi mereka merampok uang rakyat.

Melalui mulut politisi Rifai Darus, keluarlah pernyataan korupsi dana kesehatan dan pendidikan, adalah alasan Gubernur Lukas Enembe mencopot Aloysius Giay dari Direktur RSUD Dok 2 Jayapura dan Christian Sohilait, dari jabatan Kepala Dinas Pendidikan.

Rifai Darus ini orang hukum dan juga mantan aktivis anti korupsi. Kenapa bisa jadi bodoh ya. Tetapi memang, orang kalau hatinya jahat, logikanya mati. Orang kalau hatinya penuh kejahatan, kepintaranya akan digunakan untuk mencuri uang rakyat.

Dia bodoh karena pertama, pernyataan atau komentar mengenai evaluasi kinerja ASN Pemda Prov. Papua adalah tugas pejabat sekertaris daerah. Apalagi untuk jabatan eselon II. Kedua, pernyataan ke publik yang masih sebatas asumsi, tentang dugaan tindak pidana seseorang, sebelum ada putusan hukum dari pihak berwenang, itu bisa dikatagorikan pencemaran nama baik. Selama seseorang belum ada putusan pengadilan untuk tindak pidana yang diduga dilakukannya, asas hukum praduga tak bersalah harus dihormati dan dimuliakan.

Kalau sampai Rifai Darus dan tikus- tikus birokrasi koloninya, mengeluarkan pernyataan karena korupsi, Gubernur Enembe mencopot Aloysius Giay dan Christian Sohilait, maka ini pernyatasn politis. Pernyataan dari mulut seorang politisi yang kepentingannya dan gang perampoknya dirugikan selama ini oleh kedua pejabat eselon dua ini.

Bapak Gubernur Enembe yang saya hormati. Menurut hemat saya, keputusan mencopot Aloysius Giay dan Christian Sohilait dari jabatan mereka berdua, adalah keliru. Bapak Gubernur harus meninjauh kembali keputusan tersebut. Untuk saat ini, hasil kinerja mereka cukup berhasil. Mereka berdua sejauh ini sangat berkompeten dan berintegritas di posisi jabatan mereka.

Keputusan Bapak Gubernur mencopot mereka berdua, bisa menjadi bumerang politik terhadap platform politik Bapak Gubernur Enembe ke depan. Rifai Darus dan tikus – tikus birokrasi koloninya, sebenarnya sedang menikam Bapak Gubernur dari belakang dengan keputusan ini. Mereka sedang mencelakan Bapak Gubernur Enembe.

Karena itu, saya berharap Bapak Gubernur meninjauh kembali keputusannya. Dan mengevaluasi Rifai Darus dan tikus – tikus birokrasi koloninya yang berkeliaran bebas di sekitar kekuasaan Gubernur. Terimakasih.

Pos terkait