Setelah hampir dua dekade, oligarki diamankan kepentingan legal dan politiknya di dalam UUD 2002, sekarang mereka telah melahirkan ideologi yang mengkonsentrasikan, mengadaptasi dan menduplikasi pandangan hidup oligarki, dengan apa yang disebut milenial. Ternyata kesadaran eksistensial kaum oligarki, tidak hanya bagaimana kelangsungan hidup mereka tetap nyaman di wilayah politik. Tapi juga merambah pada wilayah kebudayaan dan ideologi sekaligus.
Milenialisme pada dasarnya tak lebih daripada ekspresi perayaan hidup dengan rasa asyik, banal, dan oportunis. Kalau pun dicitrakan ada perayaan kreativitas, tak lebih daripada kreativitas mencari profit. Semuanya dengan tujuan utama merayakan kemakmuran material dan dengan bibir tersungging seolah sudah mencapai kejayaan yang sempurna. Padahal palsu. Dan hampir semuanya pencitraan belaka. Khas gaya hidup kaum oligarki yang mengemplang pajak di satu sisi, menjadwal ulang pembayaran utang di sisi lain, menangguhkan kewajiban membayar tuntutan buruh di sisi yang lain, dan mengonsolidasi investor dengan gairah di sisi berikutnya guna meningkatkan pamor sekaligus meraup keuntungan harga saham.
Kecenderungan utama milenial mengambil panutan dan role model pada kaum oligarki.
Sejak awal, mengangkat dan mensejajarkan isu milenial laiknya suatu golongan aspirasi yang tipikal seperti halnya golongan agama, etnik, buruh, pengusaha, mahasiswa, dan sebangsanya, membuat saya sangsi dan mendeteksi ada kepentingan oligarki di dalamnya. Dan ternyata, setelah saya dialami, memang benar.
Apa yang disebut milenial itu–dan tragisnya sampai diakui secara politik dan direkrut oleh presiden sebagai pembantu garis belakangnya–hanya golongan aspirasi palsu. Kaum oligarki yang rakus pasar dan uanglah yang berada di balik isu milenial ini. Milenial tak lebih daripada urusan politik pasar dari kaum oligarki. Mereka merekayasa opini yang menargetkan kaum muda dan mensegrasikannya lalu menyelaraskannya dengan ideologi profit dan akumulasi kapital dari kaum oligarki. Dan tragisnya lagi, anak-anak muda yang tergiring itu menggelinjang joget di dalam alunan gendang kaum oligarki.
Milenial tak lebih daripada urusan ekonomi dan menyerempet ke politik ke arah yang memberikan iklim yang kondusif bagi ekonomi. Itu saja. Maka citra dan profil milenial hanya soal asyik, hidup penuh bergaya, dan kreativitas usaha.
(Catatan Ringan Ketigabelas)
Syahrul Efendi Dasopang, Penulis