Kenapa Penjelasan Al-Quran dari Realitas Tak Banyak Orang Tertarik?

Salah satu sebabnya ialah penjelasan Al-Quran terhadap realitas kehidupan yang disampaikan oleh para ulama dan ahli, tetap tidak menyajikan makna baru, apalagi sudut pandang baru. Realitas berlari kencang, pendekatan dan penjelasan tertinggal di abad 20, malahan di abad pertengahan.

Hal ini dapat dimengerti, karena pada umumnya para pengkaji teks Al-Quran, masih mengandalkan alat-alat keilmuan yang lama, yang hampir tidak mengalami updating. Bukan keilmuan lama tidak berguna, tetapi mengandalkan alat-alat keilmuan tersebut untuk memahami kehidupan masa kini, dan mencari petunjuknya dari Al-Quran, bisa terjadi gagap memahami realitas.

Bacaan Lainnya

Malahan yang paling repot, realitas itu dipaksakan tunduk dengan perspektif yang dihasilkan oleh ilmu-ilmu klasik itu. Akibatnya terjadilah kesenjangan antara pemahaman dan kenyataan hidup yang tidak pernah berhenti berubah dan berkembang dari waktu ke waktu sebagaimana nature dari manusia itu sendiri.

Harusnya keilmuan yang digunakan oleh para ulama itu berkembang secara signifikan, baik dari segi metodologinya, perspektifnya maupun hasil-hasil temuannya. Di antara yang terkait dengan hal ini ialah ilmu-ilmu tradisional Islam, seperti Tafsir, Mantiq, Ilmu Hadits dan Kalam, untuk sekedar contoh.

Sebagaimana yang ditunjukkan oleh Syeikh Imran Hosein, penafsir perlu mendalami ilmu-ilmu yang paling berurusan dengan kehidupan kontemporer, seperti ilmu ekonomi, geopolitik, ilmu politik, psikologi, hukum, hubungan internasional, medis, farmasi, dan sebagainya.

Sehingga kehidupan hari ini yang dominan dibentuk oleh Barat dapat dipahami hakikat dan arahnya. Setidak-tidaknya bilapun tidak dikuasai, tapi dipahami logika dan isu-isu terpenting dari berbagai disiplin ilmu modern ciptaan peradaban Barat tersebut.

Hal ini penting, agar tidak seperti kasus Ekonomi Syariah atau Perbankan dan Keuangan Syariah, halmana yang terjadi ialah prinsip kapitalisme dan nilai-nilai Barat sekular dipaksakan untuk dilegitimasi syariah demi meraup pasar Muslim yang mementingkan identitas ketimbang nilai.

Sejauh ini, Syeikh Imran Hosein telah memulai rintisan yang menarik untuk dipertimbangkan dalam pendekatan teks Al-Quran terhadap realitas masa kini dan prediksi kehidupan akan datang.

Oleh: Syahrul Efendi Dasopang, Pengamat Agama

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *