Hilangnya Tata NIlai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Oleh Prihandoyo Kuswanto, Ketua Pusat Studi Kajian Rumah Pancasila (foto: pribadi)

Sejak reformasi yang kemudian mengamandemen UUD 1945, tanpa disadari kita telah mengganti negara yang dirahmati Allah menjadi negara yang Liberal Sekuler.

Indonesia hari ini bukan negara yang diproklamasikan 17 Agustus 1945, sebab kaidah berbangsa dan bernegara yang terurai di dalam pembukaan UUD 1945 diabaikan, tidak lagi menjadi pedoman, arah, tuntunan, cita-cita dalam berbangsa dan bernegara.

Bacaan Lainnya

Apa masih ada rasa kecintaan kita pada bangsa dan negara ini? Apa masih ada rasa bangga menjadi bangsa ini dan apa masih ada kedaulatan bangsa ini sebagai bangsa yang merdeka?

Semua pertanyaan di atas bergelantung pada situasi diusia ke 77 tahun kemerdekaan Indonesia.

Kita semakin tidak paham terhadap apa itu Indonesia dan apa itu Pancasila sebab 20 tahun telah dicekoki dan dicuci otak dengan Individualisme, Liberalisme dan Kapitalisme. Kita kagok dengan negara berdasarkan Pancasila, dianggapnya yang serba Liberal dan Kapitalis ini sebuah kemajuan, sementara sistem negara berdasarkan Pancasila adalah kemunduran.

Padahal pendiri negeri ini mendirikan negeri bukan asal jiplak dari negara asing, bahkan berani membuat sendiri sistem negaranya. Dasar yang dipakai digali dari budaya sendiri, bukan menjiplak dari bangsa lain.

Rupanya para pemimpin tidak memahami bahwa sistem yang dijalankan hari ini justru menjiplak dari asing dengan sangat mendewakan demokrasi liberal.

Demokrasi liberal dengan sistem presidensial dianggap sebagai agama baru dan dianggap kemajuan, sementara sistem sendiri yang mengedepankan kekeluargaan dan gotong royong dianggap mundur, puritan.

Jokowi, Prabowo, Megawati, SBY, Jusuf Kalla, Surya Paloh, Amien Rais dan semua elite politik telah berkhianat terhadap Pancasila, sebab mereka bicaranya ideologi Pancasila tetapi yang dijalankan Individualisme, Liberalisme, Kapitalisme.

Rakyat ditipu, dikatakan negara berdasarkan Pancasila tetapi mereka menjalankan Liberalisme Kapitalisme.

Selanjutnya di halaman berikutnya:

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *