Banyak pengertian tentang politik yang dikemukakan oleh para ahli, salah satunya oleh Hans Kelsen (filsuf Austria 1881-1973) yang mendefinisikan bahwa politik memiliki 2 arti yaitu pertama sebagai etik, agar manusia tetap hidup dengan sempurna dan kedua sebagai teknik dengan berbagai cara manusia dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Mengacu pada pengertian ini maka kegiatan politik atau berpolitik bisa dilakukan oleh perorangan maupun berkelompok
Politik sebagai sarana atau berbagai cara manusia atau kelompok dalam mencapai tujuan, maka sering mengabaikan etika yaitu menghalalkan berbagai cara. Guna mencapai tujuannya tersebut tidak jarang seseorang atau dengan kelompoknya sengaja menjatuhkan mencoreng reputas orang lain atau lawan politiknya dengan cara menyebarkan keburukan dalam Islam disebut Ghibah bahkan sering yang disebarkan itu adalah fitnah. Upaya upaya menjatuhkan reputasi orang lain atau lawan politik dengan cara menyebarkan kelemahan, mencemooh orang lain bahkan berupa fitnah disebut pembunuhan karakter.
Anies Rasyid Baswedan dalam kancah perpolitikan bermula bukanlah apa apa. Dia tidak tergabung dalam Partai Politik manapun dan bukan pula pemimpin organisasi politik non partai manapun atau organisasi keagamaan apapun, tapi dengan kesadarannya dia berpolitik. Takdir Allah dan dengan dukungan partai Gerindra telah membawanya dan sukses sebagai Gubernur DKI.
Dalam perjalanannya sebagai Gubernur DKI Namanya mencuat dan sangat berpotensi menduduki jabatan tertinggi di Indonesia. Ibarat bola salju yang terus menggelinding dan membesar, suara rakyat semakin membahana menyuarakan Anies Rasyid Baswedan sebagai calon Presiden Republik Indonesia di tahun 2024.
Sebenarnya Anies tetap bukan apa apa dan bukan siapa siapa bila suara suara yang menginginkan Anies sebagai calon presiden terus menguat. Ada orang orang atau kelompok orang menjadi gelisah dengan kenyataan tentang Anies ini. Mereka gelisah karena hal ini bertentangan dengan kepentingan mereka atau kelompok mereka. Mereka menginginkan buka Anies yang menjadi Presiden di tahun 2024.
Maka dijalankanlah berbagai misi yang bertujuan untuk memadamkan suara suara rakyat yang menginginkan Anies Rasyid Baswesan sebagai Presiden RI tahun 2024. Misi tersebut antara lain:
1. Anies dituduh/diframing sebagai bapak politik identitas Indonesia. Pada Pilgub DKI (15 Feb sd 19 April 2017) yang dimenangkan oleh Anies dan Sandhi maka dituduhkanlah kepada Anies melakukan politik identitas. Padahal kenyataannya Ahok pada tanggal 27 Sept 2016 menyatakan bahwa “nggak pilih saya karena dibohongi (orang) pakai surat Al Maidah 51 macam-macam itu” (dikutip dari BBC Indonesia 17 Nov 2016).
Bahkan jauh sebelum Pilgub DKI tersebut Ahok telah menulis dalam bukunya yang berjudul “Merubah Indonesia” yang telah diterbitkan tahun 2008 juga mengutib surat Al Maidah 51 (Berita satu 4 Jan 2017). Dari pernyataan Ahok ini sesungguhnya dialah yang telah menggunakan politik Identitas agar orang tidak memilih lawannya berdasarkan identitas agama.
Padahal memilih seseorang dengan identitas apapun adalah hak tidak dilarang oleh UU manapun, karena sesungguhnya identitas apapun apakah itu agama, suku, warna kulit dan lain lainnya melekat dan tidak terlepas dari identitas seseorang.
Fakta lainnya adalah selama Anies menjadi Gubernur DKI kebijakannya dalam pembinaan umat beragama tidak pilih kasih dan tidak ada penolakan dari warga beragama apapun.
Dengan demikian untuk memudarkan atau menjatuhkan reputas Anies Rasyid Bawedan sebagai calon presiden adalah dengan menyebarkan fitnah atau framing Anies melakukan politik identitas.
Selanjutnya baca di halaman berikutnya: