Covid-19: Jokowi di Tengah Tantangan Bangsa

Oleh : Abd. Hamid Rahayaan, Penasehat Pribadi Ketua Umum PBNU

Indonesia adalah Negara yang lahir atas kesepakatan bersama anak bangsa yang merasa senasib seperjuangan untuk keluar dari keterjajahan bangsa asing, para pemimpin bangsa ini selalu meletakkan kepentingan Bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi dan kelompok, mereka rela berkorban jiwa dan raga demi kesejahteraan rakyat Indonesia.

Jika berkaca dari sejarah perjuangan Bangsa Indonesia dari awal kemerdekaan sampai hari ini, yang selalu dikedepankan dalam menghadapi setiap permasalahan bangsa adalah persatuan dan kesatuan.

Dengan semangat persatuan dan kesatuan semua permasalahan bisa diselesaikan. Itulah semangat persatuan dan kesatuan yang dicontohkan oleh para pemimpin terdahulu dan menjadi teladan bagi generasi penerus bangsa.

Persatuan dan kesatuan itu semakin hari semakin terkikis disebabkan kurangnya keteladanan yang diberikan oleh pemimpin dalam menjiwai tradisi dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Ironisnya, nilai-nilai luhur itu tidak lagi tercermin dari sikap dan perbuatan. Kita telah kehilangan pemimpin yang bisa memberikan teladan bagi rakyatnya dalam menghadapi setiap permasalah Bangsa dan Negara.

Dalam menghadapi penyebaran penyakit virus corona 2019 (coronavirus disease/Covid-19) misalnya, terjadi perbedaan yang sangat mendalam antar sesama anak bangsa dalam menyikapinya.

Padahal, sesungguhnya virus corona ini tidaklah menjadi suatu penyakit yang luar biasa jika pemimpin kita memiliki sifat tawadhu dan konsisten antara ucapan dan perbuatan. Sehingga, dengan sendirinya rakyat akan bersatu padu dalam melawan penyebaran Covid-19 ini.

Kemampuan untuk merangkul dan memberdayakan seluruh elemen bangsa serta tidak dapat diintervensi oleh siapapun adalah karakter yang harus dimiliki oleh pemimpin kita.

Saya melihat karakter itu tidak dimiliki oleh Presiden Jokowi selaku pemimpin tertinggi di Negara ini. Hal ini dapat terlihat dari kebijakan yang selama ini dikeluarkannya cenderung menguntungkan kelompok tertentu. Bahkan, kebijakan yang dikeluarkan tidak dilaksanakan atau juga dimentahkan oleh para bawahannya sendiri.

Untuk membangun bangsa ini dibutuhkan kerjasama dari semua elemen bangsa tanpa terkecuali. Membuat polarisasi di tengah masyarakat hanya akan merusak kebersamaan antar sesama anak bangsa.

Kini saatnya Presiden Jokowi harus keluar dari belenggu kelompok yang selama ini hanya mengambil keuntungan tanpa memikirkan kepentingan bangsa dan negara.

Kesalahan terbesar Presiden Jokowi adalah dengan tidak melibatkan organisasi keummatan yakni NAHDLATUL ULAMA (NU) dan MUHAMMADIYAH dalam memecahkan permasalahan bangsa dan negara.

Kelompok tersebut yang mareka diutamakan hanyalah mementingkan pribadi dan kelompoknya karena itu, saya menghimbau kepada kedua Pimpinan Organisasi Masyarakat (Ormas) terbesar di Indonesia yaitu NAHDLATUL ULAMA (NU) dan MUHAMMADIYAH untuk menemui atau meminta kepada Presiden Jokowi untuk mengundang Pimpinan NAHDLATUL ULAMA (NU) dan MUHAMMADIYAH dalam rangka memberikan solusi dan pokok-pokok pikiran dalam pemecahan masalah Bangsa dan Negara yang ada diambang kehancuran saat ini. ()

Pos terkait