Muhammadiyah baru saja menggelar Muktamar Ke-48 di Solo Jawa Tengah, agenda Akbar tersebut berlangsung dengan sejuk dan elegan.
Pergelaran Muktamar yang sukses tanpa ada riak dan intrik menandakan Muhammadiyah merupakan organisasi kemasyarakatan yang sangat matang dalam menjaga ritme estafet kepemimpinan.
Acara ini tidak banyak menghadirkan pihak luar sebagai pembicara, yang diundang hanya Presiden Jokowi dalam rangka membuka secara resmi perhelatan Muktamar dan Wakil Presiden KH Makruf Amin yang didaulat menutup acara.
Keputusan Muhammadiyah untuk tidak banyak melibatkan pihak luar bisa dianalisis dari dua sisi. Pertama, Muhammadiyah ingin menegaskan diri sebagai organisasi yang independen dalam kata dan tindakan. Kedua, Muhammadiyah bermaksud membuktikan diri bahwa mereka sangat mandiri mengelola kegiatannya.
Independensi Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi tidak diragukan lagi, independensi ini bisa terbangun karena adanya kemandirian yang diperlihatkan Muhammadiyah, faktor penentu terciptanya kemandirian di internal Muhammadiyah sebab organisasi ini sangat mapan secara finansial, Muhammadiyah memiliki aset yang sangat besar, dengan begitu Muhammadiyah tidak perlu lagi berharap kepada pihak diluar organisasi.
Jika kita mengamati secara kritis penyebab sebuah organisasi yang keputusan internalnya selalu diintervensi oleh pihak luar karena organisasi tersebut belum mandiri secara finansial, akibatnya bergantung kepada pihak lain untuk mendapatkan bantuan, malangnya pihak yang membantu terkadang merasa punya hak untuk mengintervensi urusan internal organisasi tersebut, dari sinilah benih kebijakan organisasi yang tidak independen bermula, hal ini bila dianalisis dari sisi pengaruh eksternal.
Kehadiran Muhammadiyah selalu dibutuhkan dalam ruang kebangsaan, Muhammadiyah hadir sebagai perekat antara Islam dan negara, di bagian ini pemerintah tidak mungkin bisa mengacuhkan Muhammadiyah, menjalin hubungan baik dengan Muhammadiyah merupakan pilihan rasional yang memang sudah sepatutnya diambil pemerintah guna memastikan keharmonisan rakyat Indonesia yang mayoritas Islam dengan Indonesia sebagai sebuah negara. Bahkan ketika Muhammadiyah bersikap kritis kepada pemerintah maka tetap saja pemerintah akan berupaya menjaga hubungan baik dengan Muhammadiyah.
Tidak banyak organisasi masyarakat baik yang berbasis agama maupun non agama yang bisa konsisten bersikap kritis kepada pemerintah layaknya yang ditunjukkan Muhammadiyah, semua itu bisa dilakukan Muhammadiyah karena organisasi ini sangat mandiri dan independen dalam menjalankan roda organisasi sehingga Muhammadiyah mampu konsisten untuk terus melakukan kerja memajukan Indonesia dan mencerahkan semesta. Masyarakat akan terus menantikan kiprah Muhammadiyah
Penulis: Zaenal Abidin Riam,
Pengamat Kebijakan Publik/Koordinator Presidium Demokrasiana Institute