JAKARTA – Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum/Kepala Badan Bela Negara Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI Polri (FKPPI) Bambang Soesatyo mengingatkan, keberhasilan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap 24 tersangka teroris kelompok Negara Islam Indonesia (NII) di Bali, Banten hingga Sumatera Barat sepanjang Maret 2022, merupakan peringatan bagi semua pihak bahwa upaya menyerang Pancasila tidak pernah berhenti dilakukan oleh kelompok teroris. Terbaru, pada 20 April kemarin, Densus 88 Antiteror Polri berhasil menangkap tujuh tersangka teroris di Bandung, Cirebon, Bogor, dan Garut, Jawa Barat.
“Untuk melawan para teroris tersebut, tidak cukup hanya sekadar melakukan penangkapan dan penegakan dari sisi hukum. Mengingat yang kita lawan bukan orang ataupun kelompok, melainkan ideologi. Karenanya, sangat penting bagi seluruh pihak untuk mengamalkan kembali nilai-nilai dalam Pancasila, yang tidak hanya sekedar menjadi hafalan semata, melainkan dipraktikkan dalam keseharian. Pemupukan terhadap nilai-nilai Pancasila juga harus semakin digencarkan. Baik melalui pendidikan di sekolah formal, maupun melalui berbagai kegiatan kebangsaan lainnya,” ujar Bamsoet usai bertemu Gubernur Lemhannas Andi Widjajanto dan Wakil Ketua Umum FKPPI Indra Bambang Utoyo di Jakarta, Rabu (27/4/22).
Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Keamanan dan Pertahanan KADIN Indonesia ini menjelaskan, jika di masa lalu para kelompok teroris menyebarkan propagandanya melalui pertemuan tatap muka secara langsung, kini mereka juga sudah mulai menggunakan kekuatan media sosial untuk menyebarkan ideologi terorisnya. Khusus di Indonesia, penggunaan media sosial tersebut tidak lepas karena pesatnya penetrasi internet di Indonesia. Laporan We Are Social bersama dengan Hootsuit menyebutkan ada 202,6 juta pengguna internet di Indonesia.
“Litbang Kompas dalam survey yang dilakukan pada 17-19 Mei 2021 via telepon terhadap responden usia 17-34 tahun melaporkan, media sosial seperti Instagram, Whatsapp, Twitter dan lainnya menjadi sarana yang paling besar dalam melancarkan intoleransi, yakni sebesar 51,9 persen. Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada tahun 2020 melaporkan, potensi Gen-Z (rentang usia 14-19 tahun) terpapar radikalisme mencapai 12,7 persen. Sementara generasi millenial (berumur 20-39 tahun) mencapai 12,4 persen. Gen-Z dan milenial menjadi sasaran empuk lantaran mereka sangat aktif mengakses internet dan pengguna aktif berbagai platform media sosial,” jelas Bamsoet.
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini mengajak seluruh elemen bangsa menjaga kedaulatan bangsa. Baik dari ancaman terorisme yang mengganggu ideologi Pancasila maupun dari ancaman yang bersifat non militer lainnya. Mengingat posisi geografis Indonesia yang strategis dalam lalu lintas kemaritiman, telah menempatkan bangsa Indonesia sebagai magnet bagi berbagai kepentingan global.
“Karenanya, MPR RI gencar melaksanakan vaksinasi ideologi berupa Sosialisasi Empat Pilar MPR RI ke berbagai kalangan masyarakat. Sehingga, akan memperkuat imun ideologi setiap anak bangsa dalam menghadapi berbagai gempuran ideologi yang tidak sejalan dengan jati diri bangsa Indonesia,” pungkas Bamsoet. (*)