Perang Baliho ‘Kaum Elit’ di Tengah Pandemi Covid-19

Bahwa kita masih dalam suasana Pandemi Covid-19. Itu fakta, tidak mungkin ada yang tidak sepakat. Bahwa pilpres masih jauh, masih menyisakan waktu tahunan, itu juga fakta, tidak ada yang bisa memungkiri.

Dua pernyataan ini sengaja saya cantumkan di bagian pembuka untuk menegaskan hadirnya dua peristiwa besar yang bertolak belakang, Pandemi Covid-19 adalah fakta memilukan, ia merenggut sangat banyak nyawa, akan tetapi perang Baliho para capres ditengah Pandemi adalah fakta yang lebih memilukan lagi.

Bacaan Lainnya

Di mana ambisi kekuasaan dipertontonkan saat rakyat sedang berjuang mempertahankan nyawa, kita tentu sedih dengan ambisi politik kekuasaan yang dibangun di atas gelapnya kepekaan atas penderitaan rakyat.

Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa haram mengajukan diri sebagai capres untuk 2024, karena itu bagian dari hak politik setiap individu, yang saya sorot kenapa ambisi nyapres tersebut harus dipertontonkan terlalu dini di tengah masyarakat sedang berada dalam titik kesusahan terendah sejak bangsa ini merdeka?

Seorang politisi seharusnya tidak hanya berpikir memburu rente kuasa, ini target pencapaian yang terlalu rendah, jauh lebih tinggi dari itu seharusnya seorang politisi bekerja keras memajukan bangsanya, menjadi politisi merupakan jalan pengabdian kepada rakyat dan negara.

Oleh sebab itu tindakannya harus berbasis pada konsep pengabdian. Namun seorang politisi baru bisa mencapainya bila memiliki karakter kebangsaan yang kuat.

Belajarlah pada politisi generasi awal bangsa ini, saat bangsa ini masih berumur sangat belia, para politisi masa itu yang mendapatkan kesempatan untuk berkuasa legowo dengan fasilitas yang terbatas, jauh dari standar seorang pejabat, pakaian mereka tidak mencerminkan kemewahan. Bahkan ada yang bertahun-tahun tidak bisa membeli rumah, tenaga mereka benar-benar difokuskan untuk bekerja melayani rakyat dan memajukan bangsa.

Contoh luhur seperti ini yang tidak bisa kita jumpai di era politik kekinian yang minim karakter kebangsaan dan sibuk memenuhi syahwat kekuasaan.

Saat ini kita menunggu para individu yang memamerkan diri di Baliho sebagai capres menyudahi aksi perang Baliho di antara sesama mereka. Lalu mengalihkan anggaran pembuatan balihonya untuk memberikan bantuan langsung kepada rakyat yang terkena dampak Pandemi Covid-19.

Belum terlambat untuk berubah pikiran, terlebih setelah banjir kritik mengalir tanpa henti. Jika mereka nekat melanjutkan aksiya, percayalah, yang kalian dapat bukan kenaikan elektabilitas, sebaliknya kalian hanya akan memanen rasa antipati dan ketidaksukaan dari rakyat.

Zaenal Abidin Riam
Pengamat Kebijakan Publik/Koordinator Presidium Demokrasiana Institute

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *