Kalau ada gagasan yang brillian tentang sesuatu sebaiknya kita catat dan segera kita laksanakan. Suatu ide yang bagus kadang hilang atau dilupakan gegara tertimbun oleh pikiran dan masalah baru yang datang bertubi-tubi dalam keseharian kita.
Gagasan yang bagus hanya akan menjadi sampah kalau tidak ada tindakan untuk melaksanakannya. Gagasan akan bernilai kalau ditindak lanjuti dengan tindakan-tindakan nyata. Diperlukan tindakan segera untuk mewujudkan gagasan itu menjadi sesuatu yang memiliki nilai tambah dalam kehidupan.
Dalam buku ‘Berpikir dan Berjiwa Besar’, David C. Schwartz menyatakan, “Gagasan yang bagus saja tidak cukup. Gagasan sederhana yang dlaksanakan, dan dikembangkan, adalah seratus persen lebih baik dari pada gagasan hebat yang mati karena tidak ditindak lanjuti.”
Kelompok orang-orang sukses adalah para aktivionis atau pelaksana. Mereka mengambil tindakan, melaksanakan ide dan gagasan, dan menyelesaikan segala sesuatu sesuai rencana.
Tahun 2014 saya pulang kampung ke daerah kelahiran saya di Surakarta. Seperti biasa, saya bersilaturahmi ke orang-orang yang aktif mengurus masjid, termasuk ke kiai saya yang sudah sepuh. Ada ide untuk membangun madrasah untuk melengkapi aktifitas masjid yang sudah ada. Saya ada tanah dan bangunan di dekat masjid yang sudah saya wakafkan untuk pengembangan kegiatan pendukung masjid. Saya bersama kiai saya ini dan dua orang aktifis masjid berdiri di jalanan samping tanah wakaf.
Kami berdiskusi tentang persyaratan untuk mendirikan madrasah. Intinya, lahan wakaf itu belum cukup. Masih ada kekurangan lahan dan bangunan untuk dapat mengurus pendiriannya. Tiba-tiba kiai saya itu nyeletuk: “Masih kurang berapa lahannya? Ok, ini bangun saja tanah saya dari sini sampai ke batas halaman masjid.”Saat itu dia menunjuk-nunjuk batas tanah kebun yang dapat dibangun.
“Benar pak Kiai?” tanya saya dan beliau mengiyakan disaksikan oleh dua orang lainnya.
Apa yang kami bahas saat itu sebagai alternatif, solusi yang kami hadapi. Langsung saya panggil dua orang yang ikut berdiskusi bersama kami dan mencari tenaga untuk memulai membangun gedung madrasah. Minimal pondasinya saja dulu.
Saya menyumbang untuk pondasi. Dua hari kemudian ‘proyek gedung madrasah’ dimulai dengan membuat pondasi untuk bangunan dua lantai. Semangat yang timbul dengan dimulainya pondasi gedung madrasah membuat panitia kecil bekerja all out.
Sumbangan mengalir dari berbagai pihak. Rencana hanya membangun pondasi berlanjut dengan dibangunnya ruang-ruang kelas dan kantor sampai dua lantai.
Kekuatan ‘bertindak sekarang’ dalam mewujudkan ide besar telah menarik orang-orang dan pihak-pihak yang memiliki pemikiran yang mirip dengan ide besar tersebut. Iniah yang disebut dengan ‘Law of Attraction’.
Pikiran kita mengirimkan sinyal yang kuat ke alam semesta dan alam menyambutnya. Kekuatan bertindak sekarang juga menumbuhkan motivasi orang-orang yang melaksanakannya.
Ide besar yang dibicarakan dijalanan, disambut dengan pernyataan pak Kiai, dilanjutkan dengan memulai bangun pondasi berjalan sangat cepat dan spontan. Luar biasa?
Tujuh tahun berlalu. Idea besar pendirian madrasah untuk anak-anak kampung telah terlaksana. Tidak saja ada satu gedung tetapi dua gedung. Tidak saja satu lantai tetapi bahkan 2 lantai dan satu gedung lagi mau dibuat tiga lantai. Saat ini madrasah ini telah menamatkan satu angkatan.
Bantuan manajemen diberikan oleh Universitas Muhammadiyah Surakarta. Madrasah telah menjadi madrasah unggulan, dan beberapa tahun terakhir bahkan sudah menolak murid baru karena kapasitas yang terbatas. Spontanitas pak Koai telah menginspirasi dan menyemangati kami semua. Semoaga hal ini menjadi amal jariyah beliau, Almarhum Kiai Haji Maskuri.
“Berpikirlah dalam pengertian sekarang. Besok, minggu depan, nanti dan kata-kata serupa kerap merupakan sinonim dari dari kata kegagalan ‘tidak pernah’. Jadilah jenis orang yang ‘Saya memulai sekarang juga’.”
“Ingat, gagasan saja tidak akan memberikan keberhasilan. Gagasan mempunyai nilai hanya jika Anda melaksanakannya.” (David J. Schwartz)