Terima Kasih Jokowi

Pilpres akhirnya saya pahami bukan sekedar politik saja. Tak sekedar suara saja. Tak sekedar memburu kemenangan saja. Golkar, Jusuf Kalla (JK), Jenggala Center dan Jokowi adalah 4 nilai yang mendorong saya menemukan banyak hal baru di tengah hiruk pikuk pemilihan presiden 2019.

Di tengah bangunan issue bahwa Jokowi tak cukup respek terhadap Islam, saya ditugasi untuk mengetuk pintu-pintu pesantren di hampir semua daratan Jawa. JK mengingatkan saya, bahwa ada darah santri yang mengalir dari ayah saya, dan itu adalah jembatan dialog yang baik. Maka saya menarasikan ulang bahwa Jokowi juga tumbuh dari tradisi Islam di Solo. Ibunya Aisyiah dan tangannya telah meneken hari santri. Saya sampaikan bahwa hari santri adalah bukti real rasa hormat Jokowi terhadap keberadaan pesantren dan para santri.

Perjalanan panjang yang tentu saja melelahkan itu ternyata berjejak, pesantren-pesantren itu akhirnya mengambil sikap, mendorong Jokowi untuk Indonesia 5 tahun ke depan.
Dan saya harus berterimakasih pada Jokowi atas perjalanan panjang menemui sedemikian banyak orang-orang baik itu. Orang-orang yang senantiasa berharap bahwa Indonesia tetap damai dan berujung sentosa.

Tentu saja, saya hanya instalasi kecil di peristiwa keberpihakan pesantren-pesantren itu. Allah jua yang menggerakkan semuanya. Namun syukur yang sungguh saya harus haturkan, bisa mendengar petuah Mbah Maimun di Sarangan. Menemui kembali jejak Gus Dur di Kediri. Bersenda gurau dengan KH. Zainuddin dan para guru di Al-Falah Ploso.

Tak itu saja, perjalanan itu juga mempertemukan saya dengan Gus Fuad Mu’nim. Diberi kesempatan mendengar wejangan langsung Kyai H. Miftahul Khaer, raisy am Syuriah PBNU yang begitu teduh.
Bagi saya, perjalanan ini telah mengalami metamorfosis dari perjalanan politik menjadi perjalanan spiritual yang begitu luar biasa.

Maka kepada Jokowi, sekali lagi terimakasih atas posisinya sebagai causa dari peristiwa sublim yang telah memberi saya begitu banyak pelajaran di luar politik.

Pula terimakasih saya kepada bapak Presiden yang telah menjadikan Sulawesi Barat sebagai salah satu titik silaturrahim di proses kampanyenya. Orang-orang yang selama ini tak dihitung sebagai entitas penting dunia politik Indonesia, bangkit dan membayar lunas kehadiran Jokowi dengan kemenangan telak. Ini sekaligus memberi tanda bahwa pameo Polewali Mandar tentang siapa saja yang datang sebagai tamu adalah saudara, tak juga lekang oleh waktu.

Berkali-kali saya menyaksikan ulang prosesi pelantikan Presiden dengan keharuan yang sungguh. Perjalanan-perjalanan panjang melewati malam dan siang itu tak sia-sia. Doa-doa begitu banyak orang baik sampai ke Arasy.

Betul saya tak turut hadir di senayan sebagai legislator lagi, tapi itu hanya bahagian kecil dari resiko perjuangan untuk mengantar negeri ini ke arah yang lebih baik.

Saya malah sangat berbangga bisa menjadi bahagian dari kemenangan yang bersahaja ini.

Hari ini, Presiden, Wakil Presiden dan juga kabinet telah utuh. Tugas kita semua merawatnya dengan doa, agar senatiasa sehat untuk kemudian secara sungguh-sungguh bekerja untuk menyiapkan negeri ini sebagai rumah masa depan yang cemerlang bagi anak cucu kita. Rumah yang membuat seluruh penghuninya senantiasa bisa berbangga sebagai sebuah bangsa yang besar. Rumah yang bernama Indonesia.

Sekali lagi, terimakasih pak Jokowi yang telah membuka ruang untuk saya turut di kemenangan bangsa ini.

Saya Ibnu Munzir
Saya Golkar
Saya Jenggala
Saya Jokowi-Ma’ruf
Saya Indonesia!!!

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *