Tanggung Jawab Nafkah dalam Islam: Memprioritaskan Keluarga di era Modern

PESAN HIKMAH:

Oleh: Munawir K, Dosen UIN Alauddin Makassar

Bacaan Lainnya

دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي رَقَبَةٍ وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِي أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ

“Dinar (harta) yang kamu belanjakan di jalan Allah dan dinar (harta) yang kamu berikan kepada seorang budak wanita, dan dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin serta dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu. Maka yang paling besar ganjaran pahalanya adalah yang kamu nafkahkan kepada keluargamu.”

HR Muslim)

PENJELASAN PESAN HIKMAH (PPH):

Pesan Hikmah dari Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim ini menyampaikan pesan penting tentang pengeluaran harta dan prioritas dalam kehidupan seorang Muslim. Dalam hadis tersebut, Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa dari berbagai bentuk pengeluaran harta, yang paling besar pahalanya adalah nafkah yang diberikan kepada keluarga.

Hadis ini menekankan pentingnya tanggung jawab dan kepedulian terhadap keluarga sebagai prioritas utama dalam pengeluaran harta seorang Muslim.

Pendekatan Filosofis dan Analitis

1. Nilai dan Makna Pengeluaran dalam Islam

Pengeluaran dalam Islam tidak hanya dipandang sebagai aspek ekonomi, tetapi juga sebagai tindakan ibadah yang memiliki nilai spiritual. Setiap pengeluaran yang dilakukan dengan niat yang benar dan sesuai dengan ajaran Islam akan mendapat ganjaran pahala dari Allah SWT.

Dimensi Ibadah

Setiap tindakan seorang Muslim, termasuk pengeluaran harta, dapat dianggap sebagai ibadah jika dilakukan dengan niat yang ikhlas dan sesuai dengan syariat. Dalam konteks ini, menginfakkan harta untuk keluarga adalah bentuk ibadah yang sangat dianjurkan.

Niat dan Ikhlas:

Dalam Islam, niat adalah faktor yang menentukan nilai suatu perbuatan. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya” (HR Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu, pengeluaran untuk keluarga yang dilakukan dengan niat mencari ridha Allah akan mendapat pahala yang besar.

2. Nafkah kepada Keluarga

Nafkah kepada keluarga adalah bentuk pengeluaran yang paling utama. Ini mencakup kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, dan pendidikan. Filosofi di balik ini adalah bahwa keluarga adalah pondasi dari masyarakat. Memastikan kesejahteraan keluarga berarti memperkuat struktur sosial secara keseluruhan.

Menyediakan makanan, pakaian, tempat tinggal, dan pendidikan adalah kewajiban seorang kepala keluarga. Ini tidak hanya memastikan kesejahteraan fisik tetapi juga memberikan keamanan dan stabilitas emosional.

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, dan kesejahteraan keluarga berkontribusi pada stabilitas dan keharmonisan masyarakat secara keseluruhan. Dengan memenuhi kebutuhan keluarga, seorang Muslim berperan dalam membangun masyarakat yang kuat dan sejahtera.

3. Pengeluaran di Jalan Allah

Pengeluaran di jalan Allah mencakup berbagai bentuk jihad, termasuk berdakwah, menyebarkan ilmu, dan berjuang untuk kepentingan Islam. Ini menunjukkan komitmen seorang Muslim terhadap agamanya dan masyarakatnya.

Pengeluaran di jalan Allah bisa berupa mendukung kegiatan dakwah, pembangunan masjid, dan pendidikan agama. Ini adalah bentuk jihad yang bertujuan untuk menyebarkan dan memperkuat ajaran Islam.

Dengan berkontribusi di jalan Allah, seorang Muslim menunjukkan komitmen dan tanggung jawabnya terhadap perkembangan dan kemajuan komunitas Muslim.

4. Pembebasan Budak

Pembebasan budak merupakan tindakan yang menunjukkan komitmen terhadap keadilan dan kemanusiaan. Dalam konteks modern, ini bisa disamakan dengan upaya memerangi eksploitasi dan memperjuangkan hak asasi manusia.

Dalam konteks sejarah pada masa awal Islam, pembebasan budak adalah salah satu bentuk amal yang sangat dianjurkan. Ini adalah langkah progresif untuk menghapuskan perbudakan secara bertahap.

Sementara dalam konteks modern, pembebasan budak dapat diartikan sebagai upaya untuk melawan perbudakan modern, eksploitasi manusia, dan pelanggaran hak asasi manusia.

 5. Sedekah kepada Orang Miskin

Sedekah kepada orang miskin adalah bentuk solidaritas sosial yang sangat dianjurkan dalam Islam. Ini adalah cara untuk membantu mereka yang kurang beruntung dan mengurangi kesenjangan ekonomi.

Memberikan sedekah kepada orang miskin menunjukkan kepedulian dan solidaritas terhadap sesama. Ini membantu meringankan beban mereka yang kurang beruntung dan memastikan distribusi kekayaan yang lebih merata.

Dengan membantu orang miskin, seorang Muslim berkontribusi pada keberlanjutan sosial dan mengurangi kesenjangan ekonomi yang dapat menyebabkan ketidakstabilan sosial.

Dalil-dalil Al-Qur’an yang Relevan

1. Kewajiban Nafkah kepada Keluarga
Surah Al-Baqarah (2:233)
“`
وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ
“`
“Dan kewajiban ayah adalah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang baik. Seseorang tidak dibebani melainkan sesuai dengan kadar kesanggupannya.”

Ayat ini menegaskan bahwa seorang ayah bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya dengan cara yang baik dan sesuai kemampuan. Ini menunjukkan pentingnya kesejahteraan keluarga dalam Islam.

2.Keseimbangan dalam Pengeluaran
Surah Al-Isra (17:26-27)
“`
وَآتِ ذَا الْقُرْبَىٰ حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا
إِنَّ ٱلْمُبَذِّرِينَ كَانُوٓاْ إِخْوَٰنَ ٱلشَّيَـٰطِينِ ۖ وَكَانَ ٱلشَّيْطَـٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورًا
“`
“Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan. Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”

Ayat ini menekankan pentingnya keseimbangan dalam pengeluaran. Seorang Muslim harus memberikan hak-hak kerabat, orang miskin, dan musafir, serta menghindari pemborosan yang berlebihan.

Pendapat Para Sahabat dan Ulama

1. Umar bin Khattab tentang Nafkah kepada Keluarga
Umar bin Khattab r.a. berkata:
“`
مَا أَعْطَاكُمُ اللَّهُ فَأَنْفِقُوهُ عَلَى أَنْفُسِكُمْ وَأَهْلِيكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَبِالْمَعْرُوفِ، فَإِنَّهُ لَا خَيْرَ فِي بَخْلٍ
“`
“Apa yang Allah berikan kepada kalian, nafkahkanlah kepada diri kalian dan keluarga kalian di jalan Allah dengan cara yang baik, karena tidak ada kebaikan dalam sifat kikir.”

khalifah Umar bin Khattab mengajarkan bahwa apa yang diberikan Allah harus digunakan untuk diri sendiri dan keluarga di jalan Allah. Ini menunjukkan bahwa nafkah kepada keluarga adalah tindakan yang sangat dianjurkan.

2. Ibnu Abbas tentang Keutamaan Nafkah kepada Keluarga

-Ibnu Abbas RA. berkata:

إِذَا أَنْفَقَ الرَّجُلُ عَلَى أَهْلِهِ يَحْتَسِبُهَا، كَانَتْ لَهُ صَدَقَةً
“`
“Jika seorang pria menginfakkan hartanya untuk keluarganya dengan niat mengharap pahala, maka itu akan menjadi sedekah baginya.”

Ibnu Abbas menekankan bahwa nafkah yang diberikan kepada keluarga dengan niat yang ikhlas akan dihitung sebagai sedekah. Ini menunjukkan bahwa nafkah kepada keluarga memiliki nilai spiritual yang tinggi.

3. Ibnu Taimiyah tentang Pembagian Nafkah

Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Al-Fatawa berkata:

إِنَّ أَعْظَمَ الْإِنْفَاقِ مَا كَانَ عَلَى الْعِيَالِ، فَإِنَّ النَّفَقَةَ عَلَيْهِمْ وَاجِبَةٌ، وَهِيَ أَفْضَلُ الْإِنْفَاقِ فِي السُّنَّةِ، كَمَا قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم
“Sesungguhnya nafkah yang paling utama adalah yang diberikan kepada keluarga, karena nafkah kepada mereka adalah wajib dan itu adalah pengeluaran terbaik dalam sunnah, seperti yang disabdakan Nabi SAW.”

Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa pengeluaran yang paling utama adalah nafkah yang diberikan kepada keluarga. Ini karena nafkah kepada keluarga adalah kewajiban yang diatur dalam syariat Islam, dan melakukannya adalah salah satu bentuk pengeluaran terbaik yang diajarkan dalam sunnah Nabi SAW. Pandangan ini memperkuat pentingnya mendahulukan kebutuhan keluarga sebelum mengalokasikan harta untuk keperluan lainnya.

Kesimpulan

Hadis tentang nafkah kepada keluarga mengajarkan pentingnya tanggung jawab dan keseimbangan dalam pengeluaran harta. Ini menekankan bahwa keluarga adalah prioritas utama dalam pengeluaran, sementara tetap berkontribusi pada masyarakat dan agama. Dengan memahami dan mengimplementasikan ajaran ini, seorang Muslim dapat mencapai kesejahteraan material dan spiritual, serta berkontribusi pada masyarakat yang harmonis dan berkeadilan.????

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.