Umar bin Khattab, Khalifah Rasulullah kedua setelah Abu Bakar, terkenal sebagai seorang negarawan (statesman) paling legendaris di dunia. Jejak dan warisan kebijakan dan pemikirannya banyak dipelajari orang hingga hari ini.
Di bawah ini ada dua pesannya kepada gubernurnya sangat mengesankan. Dia meletakkan gubernurnya bukan saja sebagai perpanjangan tangannya, tapi juga panutan dan imam bagi rakyat di bawah kekuasaan gubernur itu. Umar berkata: “Sesungguhnya aku mengutusmu sebagai Imam dan bukan sebagai penguasa yang zalim. Kalian kuutus sebagai pembawa petunjuk dan hidayah bagi manusia. Hendaklah kalian memberikan haknya setiap muslim. Dan janganlah sekali-kali menghina rakyatmu sehingga mereka menjadi pengecut. Dan jangan pula kalian memuji-muji mereka sehingga mereka menjadi sombong dan angkuh.
Janganlah kalian menutup pintu bagi mereka sehingga yang kuat memakan yang lemah. Dan jangan kalian merampas hak mereka sehingga mereka teraniaya.”
Pesan Khalifah Umar bin Khattab berikutnya kepada Abu Musa Al-‘Asyari, gubernur Mesir, sebagai berikut:
“Sesungguhnya kebahagiaan seorang penguasa ditentukan oleh kebahagiaan rakyatnya. Celakanya seorang penguasa karena mencelakakan rakyatnya. Ketahuilah apa yang engkau perbuat akan ditiru oleh pegawai-pegawaimu.”
Demikianlah para penguasa Muslim awal menunaikan tugasnya sebagai Amirul Mukminin. Selain sebagai penguasa, memang mereka adalah ulama. Jika mereka tidak sebagai ulama, mereka senantiasa bermitra dengan ulama guna mendapatkan nasehat dan pandangan terkait keputusan dan kebijaksanaan yang akan mereka ambil. Seperti misalnya berikut ini.
Harun Al-Rasyid, Khalifah Abbasiyah paling masyhur bertanya pada Laits bin Sa’ad, seorang ulama besar: “Usaha apakah kiranya yang dapat memakmurkan dan membahagiakan seluruh rakyat?” Laits menjawab: “Kemakmuran dan kebahagiaan rakyat itu tak ubahnya seperti sungai Nil. Bila muaranya jernih, berarti kejernihan itu dialirkan dari hulu yang jernih pula.”
Maksudnya adalah jika hati penguasanya jernih maka hati rakyatnya juga jernih. Ibarat kata, kemakmuran dan kebahagiaan rakyat ditentukan oleh kualitas kebaikan dan keadilan penguasanya.
Semoga warisan baik dari para penguasa muslim di masa awal itu dapat menjadi iktibar bagi para penguasa sekarang.
~ Syahrul Efendi Dasopang, The Indonesian Reform Institute