MAKASSAR – Setelah melalui masa sulit di bawah kepemimpinan Direktur sebelumnya, Beny Iskandar, kondisi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) mulai menunjukkan pemulihan di bawah kendali Pelaksana Tugas (Plt) Direktur, Hamzah Ahmad. Meski masih dibayangi risiko kebangkrutan, sejumlah indikator keuangan dan operasional mencatat tren positif dalam waktu singkat.
Selama masa kepemimpinan Beny Iskandar, indikator kesehatan keuangan dan operasional PDAM menurun signifikan. Berdasarkan data dari BPKP, skor prediksi kebangkrutan perusahaan menggunakan metode Springate anjlok dari 1,29 di tahun 2022 menjadi hanya 0,61 di tahun 2024, jauh di bawah ambang batas aman (0,862). Ini mengindikasikan ancaman serius terhadap kelangsungan usaha.
Selain itu, cakupan layanan air minum juga memburuk. Tahun 2023 sempat mencatat cakupan teknis dan administratif hingga 67,39%, namun turun drastis menjadi 59,14% pada 2024, menunjukkan menurunnya jangkauan pelayanan kepada pelanggan.
Setelah jabatan Direktur diambil alih oleh Plt. Hamzah Ahmad, arah kebijakan PDAM menunjukkan perubahan yang lebih efisien dan terfokus. Laporan keuangan tahun 2025 hingga bulan Juli mencerminkan perbaikan nyata:
• Triwulan I (Jan–Mar): rugi Rp 5,26 miliar
• Triwulan II (Jan–Jun): rugi menyusut menjadi Rp 624 juta
• Akumulasi hingga Juli: berubah menjadi laba sebesar Rp 825 juta
Hamzah Ahmad menerapkan pendekatan efisiensi operasional dan pengetatan anggaran berdasarkan skala prioritas, sebagaimana disarankan oleh BPKP. Langkah ini terbukti efektif dalam menahan laju kerugian dan mengembalikan PDAM ke jalur surplus.
Bulan Juli 2025 menjadi titik terang bagi kinerja PDAM. Pendapatan tertinggi tercapai di bulan ini sebesar Rp 30,41 miliar, dengan tingkat kehilangan air (NRW) turun drastis ke 45,58% — terendah sepanjang tahun. Penurunan NRW merupakan hasil dari pengawasan distribusi yang lebih ketat dan perbaikan sistem teknis di lapangan.
Hal ini terungkap saat Konferensi pers yang dilakukan PDAM Makassar di Aula Tirta Dharma, Jum’at (08/08/2025). (anr)