Baru-baru ini BPS merilis hasil Program Sensus Penduduk yang dilakukan tahun 2020. Dimana terlihat gambaran demografi Indonesia yang mengalami banyak perubahan dari hasil sensus sepuluh tahunan sebelumnya, yakni di tahun 2010. Salah satunya terkait jumlah penduduk Indonesia hingga tahun 2020 sekarang, berjumlah 270,20 juta jiwa.
Selain itu hasil sensus 2020 menunjukkan komposisi penduduk Indonesia berdasarkan kategori generasi yaitu pre-boomer (lahir sebelum tahun 1945) ada sejumlah 5,03 juta jiwa atau 1,87% dari total jumlah penduduk. baby boomer (generasi yang lahir tahun 1946-1964) berjumlah 31,01 juta jiwa / 11,56%.
Generasi X yakni generasi yang lahir dalam kurun waktu tahun 1965-1980 ada sebesar 58,65 juta jiwa (21,88%). Sementara Generasi Milenial yang lahir di tahun 1981 hingga 1996 berjumlah 69,38 juta jiwa atau 25,87% dari total penduduk Indonesia. Sedangkan Generasi Z yang lahir di antara tahun 1997-2012 berjumlah 74,93 juta jiwa (27,94%), dan Post Generation Z (2013 dst) berjumlah (29,17 juta jiwa atau 10,88% dari jumlah penduduk.
Dari hasil sensus tersebut jelas terlihat bahwa keberadaan Gen Z merupakan yang terbanyak untuk saat ini. Dengan begitu Gen Z memegang peranan penting bagi perkembangan dan kemajuan bangsa Indonesia saat ini dan nanti. Sehingga tentu harus ada sebuah metode atau strategi khusus untuk mendidik atau memberikan sebuah pembelajaran.
Jika sebelumnya banyak anggapan bahwa generasi millenial memiliki karakteristik lebih kritis. Gen Z yang merupakan generasi lebih kekinian dibanding Millenial tentu tidak hanya kritis, namun juga aktif. Hal ini tentu menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi seorang pendidik, agar pembelajaran yang diberikan dapat diterima dengan baik dan nyaman oleh peserta didik yang notabene merupakan bagian dari Gen Z tadi.
Perlu kreatifitas tersendiri dari pendidik di kelas. Tidak hanya menyampaikan apa yang ada dalam buku paket di sekolah, melainkan juga membuat sebuah kreasi agar pelajaran yang akan disampaikan dapat diterima dengan mudah dan baik oleh peserta didik. Bahkan tidak menutup kemungkinan bentuk kreatifitas tersebut dengan menggunakan teknologi sebagai alat bantunya. Karena sebagaimana diketahui salah satu karakteristik Gen Z adalah kekinian atau pengguna teknologi.
Terlebih lagi di masa Pandemi covid-19 seperti yang saat ini baru kita hadapi. Teknologi memiliki peranan yang sangat penting dalam proses belajar Gen Z, maupun Post Gen Z. Jika sebelumnya proses belajar hanya menggunakan teknologi proyektor atau In Focus untuk menayangkan sebuah video atau gambar-gambar tentang materi pelajaran yang tengah dipelajari.
Saat pandemi covid dimana proses belajar mengajar dilakukan secara daring atau online, maka menjadi sebuah keharusan bagi pendidik untuk menguasai berbagai teknologi pendukung. Dengan kata lain Pendekatan TPACK (Technology,
Pedagogic And Content Knowledge) menjadi salah satu syarat mutlak atau kewajiban yang harus dimiliki oleh seorang tenaga pendidik (guru).
Sebut saja penggunaan berbagai aplikasi seperti Class room, WA group, zoom meeting, Google meet, dan ruang guru. Dan ketika kelak kita telah berhasil keluar dari kondisi Pandemi, dimana proses belajar mengajar secara daring tidak lagi dilakukan, dan kembali kepada pembelajaran tatap muka, aplikasi tersebut tetap masih berguna. Salah satunya sebagai media komunikasi pengajar atau pendidik dengan peserta didik dan orangtua di luar jam belajar di sekolah. Jadi, banyak manfaatnya kan jika kita “melek teknologi”.
(Endang Suryawati)