Mitos Pribumi Malas dan Bodoh, Ternyata Malas Merupakan Masalah Biologis

Mitos Pribumi Malas dan Bodoh, Ternyata Malas Merupakan Masalah Biologis

……

Kita orang Indonesia, khususnya orang pribumi Melayu, kerap dituding pemalas, tidak giat dan tidak maju. Tidak seperti etnik dan bangsa lain, seperti Eropa, China, Jepang, India atau Arab yang dianggap lebih maju dan cerdas. Kita kerap melihat bangsa pribumi, khususnya Melayu, pemurung, melankolis dan tidak siap bersaing secara ketat dan keras. Lebih suka mengalah dan melunak ketimbang bertarung hingga menang. Kenapa begitu? Betulkah seperti itu yang terjadi? Apakah hal itu semata-mata gejala kuktural ataukah juga problem biologis?

Maha Suci Allah yang menganugerahkan kita ilmu pengetahuan, sehingga tahu sumber masalah pada manusia.

Manusia, memang makhluk yang menakjubkan dan unik. Suatu hal yang psikologis dapat bereaksi pada tubuhnya menjadi problem biologis. Demikian pula sebaliknya. Ibaratnya saling mempengaruhi. Itulah sebabnya, kadangkala penyakit yang timbul pada manusia, pada awalnya psikologis, tetapi oleh reaksi otak atas masalah psikologis tersebut dan hormon-hormon pada tubuhnya, mengakibatkan organ-organ tertentu pada tubuh, menjadi kehilangan fungsi optimalnya dan akibatnya sakit, seperti yang kita pahami.

Seperti halnya demam yang pada dasarnya hanyalah reaksi tubuh untuk mengamankan diri, tapi menimbulkan suhu tubuh meningkat dari kisaran suhu normal, demikian juga malas dan murung.

Malas pada dasarnya tidak saja problem psikologis, tetapi dapat diketahui juga merupakan problem biologis. Malas, lawannya adalah rajin. Murung lawannya adalah ceria. Kenapa orang malas dan kenapa orang murung, dan bagaimana hal itu terjadi secara biologis, jarang diperhatikan orang. Seperti halnya demam, bila demam nyatanya adalah problem suhu tubuh akibat reaksi di dalam tubuh, maka malas pun diketahui adalah reaksi di dalam otak dan organ-organ lain yang melibatkan hormon. Dalam hal ini, terciduklah hormon yang ikut bertanggung jawab, yaitu hormon dopamin dan kartisol.

Hormon dopamin kerap disebut sebagai hormon bahagia. Sedangkan hormon kartisol disebut hormon stress atau hormon yang mengalir saat manusia tertekan.

Apa yang disebut bahagia, jika kita melihat fenomena produksi hormon di dalam tubuh dan otak manusia ialah yaitu ketika manusia tanpa tekanan dan perasaannya penuh optimis yang secara otomatis otaknya memproduksi hormon dopamin dan selanjutnya memproduksi endorpin. Sebaliknya apa yang disebut sedih, apabila manusia dalam keadaan tertekan dan kehilangan harapan sehingga organ tubuhnya memproduksi hormon adrenalin yang memicu degup. jantung sekaligus memproduksi hormon kartisol.

Dari fenomena muncul tidaknya mekanisme produksi hormon di dalam tubuh manusia ini, memberikan kesimpulan kepada kita, bahwa hanya dengan kondisi seimbanglah antara tingkat produksi hormon dopamin dan hormon kartisol, manusia berada dalam kondisi fit dan sehat. Bila salah satunya melebihi kadar dan dosisnya, maka berakibat kondisi tubuh manusia tidak seimbang dan akhirnya sakit.

Kembali kepada fenomena malas yang menjadi pokok pembicaraan di sini, dari segi fenomena hormon hanyalah berupa kurangnya produksi dopamin di dalam tubuh.

Hormon dopamin merupakan senyawa kimiawi di otak yang berperan untuk menyampaikan rangsangan ke seluruh tubuh. Hormon ini memengaruhi berbagai aktivitas manusia, mulai dari kemampuan mengingat hingga menggerakkan anggota tubuh.

Hormon dopamin juga disebut sebagai hormon pengendali emosi. Saat dilepaskan dalam jumlah yang tepat, hormon ini akan meningkatkan suasana hati, sehingga orang akan merasa lebih senang dan bahagia (goodmood). Sebaliknya, kekurangan hormon dopamin akan membuat suasana hati menjadi buruk (badmood), bahkan dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi.

Beberapa fungsi dopamin yang perlu kita ketahui, yaitu, sebagai neurotransmiter. Hormon dopamin dikenal sebagai neurotransmiter, yaitu senyawa kimia yang berperan sebagai penghantar stimulus (pesan berupa rangsangan) ke sel saraf, baik di otak maupun di otot. Di sinilah hubungannya antara fenomena malas dan hormon dopamin. Malas, adalah organ tubuh yang tidak bergerak aktif dan lebih cenderung pasif. Organ tubuh pasif karena hormon dopamin tidak tersedia cukup merangsang organ tubuh lainnya, seperti otot untuk aktif. Otak tidak memproduksi secara memadai hormon ini. Padahal hormon dopamin ini jika dilepaskan dalam kadar yang tepat, akan membuat seseorang termotivasi dan bersemangat. Adapun orang malas, adalah orang yang kehilangan motivasi dan semangat, dan keadaan apatis. Alhasil, orang pribumi bukanlah pemalas, tetapi tidak seimbangnya hormon dopamin sebagai hormon bahagia pada dirinya.

Apa yang menyababkan pribumi tidak bahagia dan tertekan? Adakah berkaitan dengan hilangnya harapan untuk hidup aman dan sejahtera akibat penjajahan yang menempatkan mereka ratusan tahun sebagai kelas paling bawah dalam stratifikasi sosial, tentu saja ada hubungannya. Jadi, bilamana ingin menghilangkan tudingan dan stigma pemalas terhadap pribumi, buatlah mereka bahagia. Jika mereka bahagia, hormon dopaminnya akan melimpah sehingga mereka akan aktif, giat dan penuh motivasi dan semamgat. Sedangkan yang membuat mereka bahagia, apabila harapan hidup aman dan sejahtera, dapat mereka jangkau tanpa suatu kesulitan dan rintangan yang berarti. Alhasil, kebijakan yang membuat kemudahan hidup sejahtera bagi pribumi dan melayu pada umumnya, merupakan obat mujarab untuk menghilangkan mitos pemalas kaum melayu dan pribumi pada umumnya. Dan ini berarti domain dari rekayasa sosial, ekonomi dan politik secara sekaligus.

Semantara, apabila kebijakan ekonomi dan politik yang menekan terus pribumi dan melayu pada umumnya sehingga membuat mereka sulit bersaing secara ekonomi dalam rangka mencapai kehidupan yang sejahtera tanpa tekanan, hanya akan mengekalkan pribumi dan puak melayu tenggelam dalam kesedihan, apatis, dan akhirnya disudutkan sebagai pemalas dan kurang siap bersaing.

Sekarang, mengertikah kita masalahnya kenapa ada yang disebut pemalas dan ada yang disebut rajin dan giat? Itu semua ternyata ada hubungannya dengan produksi hormon dopamin dan kartisol di dalam tubuh manusia. Saat kita stress, hormon kartisol meningkat kadarnya. Hormon ini sebenarnya berfungsi membantu suplai glukosa ke otak agar kerja otak yang memerlukan asupan tenaga tercukupi. Tetapi bila tidak seimbang dan gula darah terlalu banyak, bisa menimbulkan penyakit diabetes. Orang diabetes pada umumnya hidup dalam keadaan tertekan (stress) dan sedih. Lama kelamaan menyerang fungsi jantung dan akhirnya komplikasi.

Seorang peneliti yang juga ahli saraf dari Oxford, Prof Masud Husain seperti dikutip dari Livescience, menemukan kesimpulan bahwa apati atau malas terkait dengan produksi hormon dopamin. Husain penasaran apa yang menjadi pemicu di balik apati ini. Ia lantas meminta 40 partisipan sehat untuk menjalani psikotes sembari menjalani MRI scan.

Ketika seseorang memutuskan untuk melakukan sesuatu, salah satu bagian otak mereka yang bernama ‘pre-motor cortex’ menjadi aktif. Sebab tugas bagian ini memang mengendalikan pergerakan tubuh manusia, termasuk mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu.

“Tapi pada orang-orang apati, koneksi otaknya tidak begitu efektif, terutama di bagian ini, sehingga otaknya harus bekerja ekstra untuk bisa mendorong seseorang mengubah keputusannya menjadi aksi,” jelas Husain.

Husain menambahkan, apati ekstrem dapat diobati dengan obat semacam dopamine atau yang bisa membuat seseorang merasa bahagia. Dan tubuh manusia sudah tersedia horman bahagia itu, yaitu dopamin yang diproduksi di bagian otak tengah.

Solusi

Mengetahui masalah yang mendera pribumi ini, ada dua jalan keluar. Pertama, perubahan kebijakan yang diambil sendiri oleh pemerintah. Pemerintah harus membuat kondisi yang menguntungkan pribumi agar dapat keluar dari kondisi tertekan itu. Apabila pemerintah tidak peduli dan tidak bisa diharapkan, maka mereka sendiri yang harus mengatasi masalah mereka, yaitu mengubah sendiri persepsi mereka terkait masalah yang mendera mereka. Misalnya, mengubah persepsi tentang kemiskinan dari momok yang bikin stress menjadi tantangan lumrah kehidupan yang harus diatasi dan tidak untuk dihindari dan diabaikan. Kemiskinan dapat diatasi dengan cara menyelesaikan yang terencana dan teratur dengan bersama-sama saling menolong untuk keluar dari masalah tersebut. Apabila menyelesaikan secara sendiri-sendiri, bisa saja diatasi, tetapi secara struktural tidak pernah terbereskan. Perguliran modal di antara sesama si miskin, dalam rangka keluar dari jebakan kemiskinan, merupakan di antara solusinya yang paling baik. Sebab masalah kemiskinan ini telah menyebabkan jiwa apatis dan merosotnya motivasi untuk maju bagi kaum pribumi dan melayu pada umumnya. Beri mereka kesejahteraan, nanti pada mereka akan timbul gairah untuk maju dan berkembang.

~ SED, diekstrak dari berbagai sumber

Pos terkait