JAKARTA — Sebuah warung makan berkonsep kerakyatan dengan cita rasa premium resmi hadir di kawasan Utan Kayu, Jakarta Timur. Mengusung nama “SINDANG HEULA”, tempat makan ini menawarkan sajian lezat nan autentik dengan slogan yang segera menjadi pembicaraan publik: “Rasa Bintang Lima, Harga Kaki Lima.” Kehadiran warung ini membuktikan bahwa kuliner berkualitas tidak harus mahal, sekaligus menghadirkan ruang kuliner inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat.
Warung makan ini digagas oleh Habibi Mahabbah, seorang Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang juga menjabat sebagai Sekjen DPP Pemuda LIRA. Dengan jejak aktivisme dan semangat pemberdayaan sosial, Habibi memadukan misi ekonomi kerakyatan dengan kesadaran moral untuk menghadirkan kuliner yang dapat dijangkau oleh seluruh golongan, tanpa mengorbankan kualitas rasa maupun standar kebersihan.
Kehadiran “SINDANG HEULA” selaras dengan semangat “ekonomi rakyat” sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yang mendorong penguatan usaha kuliner berbasis UMKM sebagai tulang punggung ekonomi nasional. Selain itu, penerapan standar higienis dan mutu bahan pangan juga merujuk pada UU Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yang menekankan keamanan konsumsi sebagai hak dasar warga negara.
Dalam operasionalnya, SINDANG HEULA juga berkomitmen terhadap prinsip perlindungan konsumen sesuai UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, memastikan bahwa setiap hidangan disajikan dengan tanggung jawab, kejujuran informasi, serta pelayanan yang ramah dan transparan. Dengan demikian, warung ini tidak hanya memenuhi aspek rasa dan harga, tetapi juga aspek hukum yang menjamin kenyamanan pelanggan.
Warung ini menawarkan berbagai menu khas Nusantara dengan racikan bumbu autentik. Konsep “kaki lima yang premium” diwujudkan melalui pemilihan bahan berkualitas, proses memasak yang higienis, serta penyajian yang tetap mempertahankan kearifan lokal. Hal ini menjadikan Sindang Heula hadir sebagai destinasi kuliner yang menjangkau mahasiswa, pekerja, warga sekitar, hingga pencinta kuliner yang mencari rasa istimewa dengan harga bersahabat.
Habibi Mahabbah menggambarkan kehadiran warung ini sebagai “perayaan cita rasa yang memihak rakyat.” Ia mengatakan dengan bijak, “Kami ingin menghadirkan meja makan yang tidak memilih siapa yang berhak duduk. Di sini, setiap jejak langkah rakyat disambut dengan aroma hangat, setiap kesederhanaan diberi tempat terhormat, dan setiap piring adalah puisi kecil tentang kebahagiaan yang tidak mahal,” ujarnya kepada awak media, Rabu (19/11/2025).
Lebih lanjut, Habibi menegaskan visi jangka panjangnya bahwa Sindang Heula akan menjadi contoh usaha kuliner yang berdaya saing namun tetap bersandar pada nilai-nilai kearifan lokal dan keberpihakan sosial. Ia berharap warung ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda agar berani menciptakan ruang-ruang ekonomi berbasis kebermanfaatan publik, bukan hanya keuntungan sesaat. Pungkasnya.
Dengan filosofi kerakyatan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, serta cita rasa yang melampaui ekspektasi harga, Sindang Heula hadir sebagai wajah baru kuliner yang merawat rasa, menjaga nilai, dan membuktikan bahwa kelezatan terbaik adalah kelezatan yang dapat dinikmati semua orang. Warung makan ini tidak hanya menjual makanan—ia menawarkan pengalaman, pesan, dan harapan bagi tumbuhnya ekonomi rakyat yang semakin kuat. (CP/red)






